Kerelaan

Karena kesibukan, Syabilla hanya sempat berpamitan pada Zafirah, tapi tidak sempat menceritakan rencana pernikahan dengan pemuda pilihan Ayahnya. Sebenarnya ada satu hal yang ingin sekali dia bagi dengan Zafirah, tapi apa hendak dikata, Ustadzah cantik itu sedang disibukan dengan perayaan kelulusan mereka. Terlebih, Zafirah sudah berkeluarga. Syabilla tentu tidak mau merepotkan Zafirah tentang pilihan hidupnya, padahal waktu senggang sang Ustadzah sangatlah berharga. Syabilla pikir akan lebih baik kalau waktu senggang itu Zafirah habiskan bersama keluarga kecilnya alih-alih terbuang untuk membahas masalah hidupnya.

Sedangkan Yasmine, gadis itu menangis mendengar lanjutan kisah Syabilla tentang calon suaminya.

"Kata Ayah dia nggak bisa melihat. Tapi dia punya seorang teman yang selalu membantunya dalam beraktivitas."

Butiran air bening tak bisa Yasmine bendung. Hatinya merasa sakit, terasa berat sekali merelakan Syabilla menikah dengan lelaki tak sempurna.

"Kenapa kamu mau?. Kan masih banyak lelaki lain di dunia ini."

"Kata Ayah dia lelaki yang baik."

"Kata Ayah!. Kata Ayah!. Syabilla, ini tentang hidup kamu."

Mengambil duduk di samping Yasmine, kala itu mereka berdua tengah mengemasi koper masing-masing"Memang ada banyak kekurangan yang aku dengar tentangnya. Tapi aku yakin, orang tuaku nggak akan memilihnya kalau bukan karena kebaikannya."

"Hick...hick...kamu kok legowo banget."

"Sebab itu yang selalu diajarkan pada kita di sini." Jawab Syabilla.

"Iya aku tau. Tapi itu sangat sulit. Aku nggak rela atas pilihan kamu, tapi aku juga nggak berhak melarang kamu menerima lamaran itu. Aku cuma bisa menangis sekarang. Aku kesal!!."

Apa-apaan Yasmine ini, dia terisak sejadinya malam itu. Syabilla jadi serba salah, harus bagaimana menghadapi sahabatnya yang satu ini. Memang, jauh di dalam hatinya ada rasa takut akan pilihan kedua orang tuanya, tapi selalu saja Syabilla meyakinkan diri bahwa semuanya pasti akan baik-baik saja.

Cepat atau lambat perpisahan itu akan terjadi. Tepat saat Syabilla turun dari bus yang mengantarkan dirinya pulang, saat itu juga dirinya dan Yasmine berpisah. Hanya Yasmine, Zafirah dan Kyai Bahi yang tau tentang lamaran itu. Ada rasa lega sebab kabar itu tak tersebar luas. Entah karena apa, tapi Syabilla merasa akan lebih baik kalau hal itu hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya.

.

.

.

.

Kata Ibu, calon suami pilihan mereka ini seorang pemilik perkebunan sayur dan buah. Dia juga punya toko di pasar yang menjual hasil-hasil dari kebunnya. Dia juga menjadi penyuplai sayur dan buah-buahan bagi pedagang di pasar itu, juga pasar lainnya yang berada di desa sebelah. Intinya dia pengusaha yang sukses.

"Dia punya seorang pelayan yang selalu menjaganya."

Syabilla mengangguk kecil mendengar perkataan Ibunda.

"Terus kalau Syabill jadi istrinya, pelayan itu gimana?. Semua pekerjaan dia akan Syabill ambil alih. Sebab Syabilla menikah untuk mencari pahala, bukan sekedar menyandang status seorang istri saja."

Sudut bibir Harun terangkat naik, dia tau putrinya memanglah gadis berhati baik.

"Jadi, kamu bersedia menikah dengannya?. Meskipun dia buta?."

"Apa dia lelaki baik di mata Ayah dan Ibu?."

"Insa Allah" sahut Ayah dan Ibu bersamaan.

"Apa Ayah dan Ibu yakin Syabilla akan bahagia kalau menjadi Istrinya?."

"Insa Allah" sahut mereka bersamaan lagi.

"Ya sudah, kalau dia sebaik itu maka Syabill nggak punya alasan untuk menolak."

Ada rasa haru ketika mendengar Syabilla berkata seperti itu. Harun dan Mariyam memeluk erat putrinya"Terimakasih nak, semoga keberkahan dan kebahagiaan selalu menyertaimu."

"Amiin" Syabilla tersenyum tulus mengucap kata itu.

Sementara itu Dhuha di kediamannya masih tenggelam dalam pikiran yang berkecamuk. Gadis itu menyetujui pertemuan mereka, meski telah tahu dirinya buta. Andai dia mampu menolak, sungguh dirinya tak ingin memberikan kesedihan kepada gadis itu. Ada banyak pria tampan dan mapan di dunia ini, tapi kenapa dia tak menolak Dhuha.

Merasa hina, itulah perasaan yang selalu memeluk erat Dhuha sejak kegagalannya beberapa taun lalu. Kegagalan itu memukul telak mentalnya, membuat dirinya yang semula ceria menjadi pendiam. Dirinya yang semula menyukai keindahan dan kemewahan berganti menjadi sosok yang merasa aman dalam kesederhanaan.

Melarikan diri, yah! katakanlah Dhuha melarikan diri dari kehidupannya yang dahulu. Sakit karena gagal dalam percintaan, sakit karena gagal meraih kembali wanita yang teramat dicintainya, membuatnya tak sanggup menatap wanita itu yang telah berbahagia bersama pasangan barunya.

Salah satu cara untuk berdamai adalah merelakan, dan cara Dhuha merelakan adalah dengan menarik diri dari lingkungan wanita itu. Meninggalkan bisnis besar yang diwariskan orang tuanya, dan memilih pindah ke ujung pedesaan ini.

Mengangkat wajah menghadap langit"Ya Allah, bantu hamba. Berikan gadis itu jodoh terbaik, alih-alih hamba yang penuh dosa ini."

To be continued....

Salam anak Borneo.

Terpopuler

Comments

Spyro

Spyro

Hebat Syabil mau menerima ikhlas lelaki pilihan orangtuanya pdhl belum tahu spt apa dan tahu kekurangannya... Surga menantimu, nak baik 😊😁

2024-06-15

1

Machan

Machan

dahlah bang, Dhuha. move on ja, biarkan seorang wanita baik mendampingimu di kehidupan selanjutnya

2024-03-28

1

Machan

Machan

temen pasti bakal gitu, takut temennya gak bahagia

2024-03-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!