Lantunan sholawat terdengar syahdu, diiringi tabuhan hadroh di tengah lapangan pondok pesantren Al-Jannah. Usai sholawat dilantunkan disambung dengan pembacaan rawi oleh seorang santriputra. Suaranya nggak kalah merdu dengan suara seorang ustadz muda yang membawakan syair tadi.
Pada barisan kiri diisi oleh para santiwati, pada barisan kanan diisi para santriputra. Tak lupa di tengah-tengah ada satir setinggi duduknya orang dewasa untuk menghalangi mereka bertukar pandangan, apalagi bercengkerama, bakal digeprek mereka kalau ngelakuin hal itu.
"Masya Allah suara bang Azzam bagus banget!" seorang santriwati memekik, mendengar santri senior di depan sana sedang membacakan rawi.
"Hus! dengarkan dengan baik, jangan ngobrol terus. Apalagi sampai meleyot mandangin bang Azzam!."
"Eh, kak Yasmine. Hehehe, maaf kak, habisnya bang Azzam...."
"Syuttt!! sudahlah" Yasmine merasa enggan meladeni ocehan gadis itu, sebab ini bukan kali pertama para gadis dibuat terpana dan terpesona akan ketampanan seorang Azzam.
"Awas ya kalian kalau banyak tingkah! aku laporin Ustadzah."
"Aduh kak Yas, besok kita sudah berpisah lho, masih galak saja." Seorang lagi santriwati bersuara dengan nada pelan.
Ada rasa sedih mendengar hal itu. Gimana enggak, acara sholawatan ini digelar dalam rangka hari perpisahan para santriwati dan santriputra senior.
"Iya nih kak Yas, tiga tahun jadi petugas keamanan selalu tegas, apa nggak mau jadi manis untuk sehari ini saja. Besok-besok kak Yas sudah nggak ada di sini lho."
"Yas....sini!." Panggilan dari sang sahabat menjadi penyelamat baginya, sebab ia nggak tau harus membalas ocehan mereka kayak gimana.
"Akh! terserah kalian."
"Hihihi, kak Yasmine itu gemesin lho sebenarnya" ujar salah satu santriwati lagi.
"Iya betul, apalagi kalau ketawa, cantiknya nambah."
"Eleh! gombal" ketus Yasmine seraya pergi menghampiri sang sahabat, diiringi dengan tatapan mengejek mereka padanya.
Syabilla, sang sahabat mengerutkan kening menyambut kedatangannya.
"Kenapa?."
"Enggak kenapa-kenapa."
"Tapi kok...."
"Syabill, kita sedang sholawatan."
Ups! Syabilla langsung diam, nggak lagi mengajak Yasmine bicara. Seperti Yasmine yang fokus pada buku rawi dan syair di tangan, Syabilla pun ngelakuin hal yang sama. Sesekali mereka ikut bersenandung saat Ustadz Fatih bersholawat.
Beberapa jam kemudian, para santriputra terlihat sibuk berkemas di lapangan, sedangkan para santriwati sibuk berkemas di dapur umum. Sesekali terjadi tukar pandang di antara santiwati dan santriputra, namun lekas terputus oleh deheman Ustadz Alif.
"Hahaha, ampuh sekali ya deheman Ustadz Alif, si Ahmed langsung ngacir." Annisa, anak pak kernet bus pulang pergi memulai obrolan.
"Coba aja berani slow motion di depan Ife, bakal disambit pecinya." Sahut Hana, cewek tomboi yang suka kelihatan poninya pas pake kerudung.
"Hihihi, kayak si Alay kemarin kan." Ini Beti yang bicara, anak warga yang rumahnya nggak jauh dari pondok pesantren.
Melisa, cewek super kepo tapi minim identitas. Nggak banyak yang tau identitasnya saat ini, selain anak baru yang dipaksa sekolah di sini"Heh? si Alay? kenapa dia?."
"Jalannya lambat banget pas lewat pintu gerbang asrama kita, pake ngelirik pula ke dalam, pecinya auto melayang."
"Ketiup angin?" dengan polosnya Ife bertanya.
"Angin dari Hongkong!, disambit Ustadz Alif laaahhh" sahut Beti memperagakan gaya Ustadz Alif waktu itu.
"Hihihi, serius?."
"Iya Mel, dia kan anaknya gemulai, langsung gercep ngambil pecinya di tanah." Jelas Beti lagi
"Hahaha, kasihan banget sih." Melisa hampir terjungkal.
Begitulah obrolan para santriwati yang sedang mencuci piring di bawah keran wudhu santriputra. Sebenarnya bukan di sini tempat mencuci piring, tapi karena sedang ada acara besar, mereka diperbolehkan mencuci piring di sana agar pekerjaan lebih cepat selesai. Di sini, kegiatan di luar asrama sangat menggiurkan untuk dilakuin, seperti mereka sekarang ini. Kenapa? sebab dengan begitu mereka bisa melihat para santriputra dengan leluasa, nggak harus naik-naik meja kayak yang biasa mereka lakuin di asrama. Ck! beginilah kehidupan di pondok pesantren. Ada yang patuh ada juga yang badung. Dan mereka salah satu circle badung versi cewek, selain mereka ada juga lho circle badung lainnya.
Heit! badung di sini hanya sekedar penasaran dengan lawan jenis ya. Seperti ngintipin santriputra latihan hadroh di kantor, kirim kiriman surat sama santriputra, janjian ketemu pas lagi liburan, sampai pacaran!. Wow, kalau sampai ketahuan pacaran, hukumannya berat lho.
Kembali lagi sama mereka yang lagi nyuci piring.
"Melisa! ketawamu itu lho!."
Melisa langsung kicep, mimpi apa dia semalam dapat salam manis dari Ustadz Alif yang galak ini.
"Maaf Ustadz."
"Perempuan harus pelan suaranya. Nggak kayak tadi, menggelegar kayak bedug masjid."
Masing-masing dari mereka menahan tawa, sedangkan Melisa melirik dengan bibir mencibir. Beruntung Ustadz Alif nggak melihat wajah gadis satu ini, sebab dia berada di belakang Melisa.
"Iya Pak Ustadz, saya minta maaf. Lain kali bakal pelan-pelan kok."
"Bagus, tumben langsung nurut?."
Melisa langsung menoleh pada Ustadz Alif, kedua alisnya saling beradu.
"Oh sudah, nggak usah dijawab" Ustadz Alif melirik ember-ember berisi piring yang sudah selesai dicuci.
"Pekerjaan kalian sudah selesai kan? cepat kembali ke asrama. Bersih-bersih diri terus bersiap buat sholat Maghrib."
"Iya Ustadz" sahut mereka serempak.
"Mel, iya nggak?" rupanya Ustadz Alif menyadari gadis ini nggak menjawab perkataannya.
"Iya Pak Ustadz Alif, ba, ta, tsa...."
"Melisa!!!."
Belum selesai mengoceh, Melisa lebih dulu kabur dari hadapan Ustadz Alif dan teman-temannya.
"Arghhh!! awas aja kamu Melisa!." Jari telunjuknya menodong ke arah gadis nakal itu yang menghilang dibalik pintu asrama perempuan beberapa detik kemudian.
Sementara itu di dapur dalam, Syabilla dan Yasmine bersama yang lainnya juga baru selesai mencuci perabot memasak yang besar-besar. Kegiatan seperti ini sudah jadi makanan sehari-hari mereka. Di sini para santriwati diwajibkan untuk memasak secara bergantian dan berjadwal.
Perihal tujuan Ayah menelpon kemarin lusa, Syabilla baru membagi kabar itu pada Yasmine tadi malam.
"Gimana? jadi kamu setuju atau menolak keinginan Ayah kamu?."
Syabilla jadi diam mendengar tanya Yasmine. Ternyata dugaan Ustadzah Zafirah benar, dirinya akan dinikahkan.
"Boleh curhat nggak?" ujarnya akhirnya.
"Curhat aja."
"Gibah nggak sih?." Tanya Syabilla lagi.
"Kok gibah?."
"Kan kita bakal ngomongin orang lain?."
Jawaban Syabilla membuat Yasmine menggaruk keningnya."Yaa....gimana ya."
"Masa bodo akh! pokoknya aku mau cerita!." Syabilla ini, dia yang awalnya ragu malah gemas pengen langsung cerita semuanya sama Yasmine.
"Yang baik-baik aja ya."
"Nggak bisa, ada buruknya juga ini. Malah lebih banyak buruknya."
Yasmine langsung menutup kedua telinga dengan telapak tangan"Waduh! aku nggak mau dengar!."
"Yasmine!! jadi aku cerita sama siapa dong?!."
"Sama Ustadzah Zafirah saja!."
"Ustadzah sudah tahu, tapi kami belum ada waktu untuk membahas masalah ini lebih dalam. Aku cerita sama kamu saja ya. Ustadzah lagi sibuk ngurusin berkas kita-kita yang lulus."
"Enggak mau!." Yasmine langsung pergi berlari kecil menyusuri lorong asrama.
"Yasmine!!." Panggilan Syabilla seperti angin lalu di telinga Yasmine, dia malah kayak orang tuli, nggak peduli dengan panggilan sang sahabat.
Menghela nafas panjang"Hufpphhh!!! katanya mau dengerin aku curhat, dia malah kabur karena takut gibah. Ck! aku minta pendapat sama siapa dong?." Syabilla duduk di anak tangga dengan berpangku tangan. Ada banyak santriwati di sekitarnya, tapi untuk tempat bertukar cerita kayaknya nggak pas deh, sebab ini bukan hanya tentang dirinya sendiri tapi juga orang lain.
To be continued...
Salam anak Borneo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Spyro
Berdosa kau ukhti godain Ustad 😆🤣
2024-06-03
1
Spyro
Hanya berlaku untuk yg single. Mamak2 kayaknya gak bisa relate, Ustad 😌
2024-06-03
1
Elisabeth Ratna Susanti
maaf baru sempat mampir lagi di karya keren ini 😍👍
2024-04-09
1