Berlin sudah sampai di sekolahnya, ia berjalan dengan hati yang benar-benar gelisah, ia menatap singkat Sam yang berjalan mendahului nya. Rasanya ia saat ini benar-benar malas melakukan apapun bahkan untuk senyum pada Sam sana ia malas.
Ia berjalan lurus menuju kelasnya, setelah berada di kelasnya ia langsung duduk di kursi nya sambil menyenderkan pundaknya ke senderan kursi. Anggun menatap Berlin dengan tatapan aneh, Anggun merasa aneh kenapa Berlin bersikap murung padahal biasanya Berlin akan ceria.
"Lu kenapa lagi? di cuekin si Sam lagi? " tanya Anggun ia merasa kalau Berlin seperti ini karena Sam lagi.
"Gak, gue gak papa kok, cuman lagi males senyum sama ketawa aja, " balas Berlin jujur, memang saat ini ia juga tidak tau kenapa ia malas tersenyum dan terlihat ceria.
"Ah elu kayak yang iya aja lu, " ucap Anggun yang benar-benar bingung dengan kelakuan sahabatnya.
Hari ini kelas Berlin ada pelajaran olah raga, dan bel masuk pun sudah berbunyi dan guru olah raga sudah menyuruh muridnya untuk pergi menganti pakaiannya.
Berlin dan Anggun sudah berada di ruang ganti, " Gue hari ini ikutan olahraga aja ah, siapa tau Sam kalau liat gue sembuh dia bakal deket lagi sama gue, " gumam Berlin sambil menyenderkan tubuhnya ke tembok.
"Gak usah ngelakuin hal yang aneh deh, " balas Anggun tak setuju dengan apa yang sahabat nya inginkan ini.
"Tapikan aku juga pengen ngerasain olahraga sama kalian, " ujar Berlin dengan mata yang berbinar-binar.
"Jangan lakuin itu hanya untuk buat Sam tertarik sama lu, " ujar Anggun.
"Ah gue gak peduli, " Berlin berlari keluar tempat itu, lalu Anggun ikut berlari mengejar Berlin, ia benar-benar cemas dengan kondisi Berlin saat ini. Karena orang tua Berlin sudah bilang padanya kalau kondisi Berlin saat ini sangat memprihatinkan, penyakitnya semakin parah.
"Berlin tungguin, ya ampun, jangan buat gue khawatir aja deh, " teriak Anggun mencoba menghentikan Berlin.
Namun Berlin malah tertawa mendengar ucapan Anggun, kini mereka sudah berada di lapangan dan Berlin berlari mengelilingi lapangan, namun benar saja tiba-tiba Berlin menghentikan langkah nya sambil memegang dada.
"Ah Berlin, " teriak Anggun saat melihat Berlin sudah mulai kehilangan kesadaran.
Berlin memegang dadanya yang terasa sangat sakit, lalu ia melihat alat pengukur detak jantung nya yang berbunyi menandakan kalau saat ini jantungnya berdetak tidak seperti biasanya.
Tiba-tiba pandangan nya kabut lalu ia terjatuh, namun untungnya ia terjatuh ke pangkuan seseorang. Saat itu Sam sedang berjalan dengan kedua sahabatnya menuju kantin, namun Sam melihat Berlin sedang berlari dan di kejar-kejar oleh Anggun.
Awalnya Sam ingin menghampiri Berlin untuk memarahinya, namun saat sudah mulai agak dekat ia melihat Berlin sudah mulai kehilangan kesadarannya, Sam pun berlari dengan kecepatan yang ia paling ia bisa dan rupanya Sam tepat waktu baru saja ia sampai di sana Berlin sudah jatuh ke pangkuannya.
Sam membawa Berlin ke ruang UKS di ikuti oleh Anggun, ia berjalan mengikuti Sam yang membawa Berlin, di tambah kedua temannya Sam pun ikut membawa Berlin ke ruangan UKS.
Beberapa waktu berlalu, Berlin mulai membuka matanya, saat ia membuka matanya ia melihat Sam berada di depan tempat tidur di UKS tersebut, Berlin tersenyum saat tau kalau ternyata Sam lah yang menjaganya.
"Jangan pernah melakukan hal yang membahayakan mu, aku melakukan ini hanya semata-mata tidak mau orang tuamu menyalahkan ku, kau sudah membuat ku repot. Jangan lakukan itu lagi dan jangan membuatku repot lagi, " tegas Sam sambil berdiri dengan gaya cool nya, lalu setelah itu Sam kembali keluar dari ruangan itu dan pergi menuju kelasnya.
Berlin menatap kepergian Sam dengan menyipitkan matanya, dan tersenyum kecut, " Iya, aku juga tau. Aku tau kalau kau tidak akan pernah kembali seperti dulu lagi. "
Berlin kembali menutup matanya dan menutup wajahnya menggunakan selimut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments