Setelah pulang sekolah Berlin langsung pulang ke rumahnya, di sana Berlin langsung di sambut ibu nya. Berlin memang suka di manja oleh orang tuanya karena mereka tau kondisi Berlin saat ini sangat memprihatinkan.
Namun kakak Berlin yang bernama Tio tidak pernah bisa mengerti keadaan, Tio sering sekali marah-marah pada Berlin, ia tidak suka kalau Berlin terlalu di perlakukan istimewa oleh kedua orang tuanya, Tio merasa kedua orang tuanya pilih kasih.
"Mah kak Tio mana? " tanya Berlin pada ibunya yang bernama Berlian.
"Di kamar kayak nya, " jawab Berlian sambil mengelus rambut Berlin.
"Ya udah aku ke kak Tio dulu yah, " Berlin berlari menuju ke lantai atas, ia ingin bertemu dengan Tio dan mengajaknya main ke mall.
"Kak, kak Tio, bukain pintunya dong! " ucap Berlin sambil mengetuk pintu kamar Tio.
Tio keluar dari kamarnya dengan mimik wajah masam, " Ada apa sih dek? " balas Tio malas.
"Kak main ke mall yuk, " ajak Berlin.
"Gak, kakak sibuk, " datar Tio.
"Ayolah kak, " paksa Berlin sambil menarik tangan Tio.
"Lepasin! aku gak mau, kamu bisa tolong sama mamah aja sana, " tegas Tio sambil menutup pintu kamarnya dengan kasar. Membuat Berlin terkejut dan memegang dadanya yang mulai sakit, detak jantung nya berdetak cepat bahkan alat untuk mengukur detak jantung Berlin berbunyi.
Berlin menarik nafasnya perlahan, lalu melepas tangannya yang berada di dada, ia pergi ke kamarnya dan menjatuhkan tubuh indahnya di kasur king size yang berwarna pink, kamar Berlin berwarna pink dan juga putih mencerminkan dirinya.
Sementara itu di tempat lain Sam sedang di amuk oleh ayahnya sendiri, karena Sam lagi-lagi membuat Berlin sakit hati. Ayahnya memarahi Sam dan menyuruh Sam agar dekat dengan Berlin apapun caranya karena kalau sampai ia melukai Berlin maka semua kerja sama antara dirinya dan juga ayah Berlin bisa di batalkan. Dan jika sampai di batalkan maka perusahaan nya akan bangkrut.
"Ayah sudah bilang bersikap manis lah padanya, " bentak Juna ayah nya Sam sambil melayangkan satu tamparan di pipi kanan Sam.
"Ingat sekali lagi kau lakukan ini maka jangan harap kau akan melihat matahari terbit lagi, " ancam Juna sambil menunjuk wajah Sam dengan telunjuknya.
Setelah itu Sam berjalan menuju kamarnya, namun lagi-lagi Sam di hadang oleh adiknya, "Kak aku minta jangan sakiti kak Berlin yah, kasian, " pesan adiknya Sam yang bernama Kevin.
Sam sama sekali tidak membalas ucapan adiknya ia malah masuk ke kamarnya dengan wajah dan tatapan datarnya, ia benar-benar malas mendengar ocehan kurang kerjaan dari mereka.
Di rumah Berlin ia masih berguling-guling di kamarnya, ia benar-benar bete ia tidak tau harus melakukan apa, hari ini benar-benar membuatnya pusing.
"Aku telpon Anggun aja lah, " Berlin mengambil ponsel miliknya yang berada di tas sekolah.
"Anggun main yuk, aku bete nih, " ajak Berlin saat sudah menelpon Anggun.
"Sorry nih aku gak bisa, soalnya aku di suruh nganter nyokap ke bandara, " balas Anggun.
"Ya udah deh, " Berlin kembali memutuskan sambungan telponnya.
Ia bangkit dari tempat tidur nya lalu berjalan menuju ke luar kamar, berniat untuk menonton televisi namun tiba-tiba ia malah malas ia lebih memilih untuk tidur saja, lagian hari sudah mulai malam.
Di ruangan televisi Ibu dan ayah Berlin tengah membicarakan tentang kondisi Berlin sekarang.
"Papah mamah khawatir banget sama kondisi Berlin saat ini, bagaimana kalau kita suruh Berlin berhenti sekolah? " Berlian sangat khawatir dengan keadaan Berlin.
"Sudahlah mah jangan terlalu memaksakan keinginan kita, Berlin pasti tidak mau menyetujui permintaan mamah. Biarlah mah Berlin juga butuh teman dan orang untuk bersosialisasi, " Angga tidak mau Berlin sedih jika Berlian menyuruhnya untuk berhenti sekolah. Angga ingin anaknya yang ini merasakan kehidupan yang normal layaknya remaja pada umumnya.
____________
Beberapa jam berlalu matahari sudah mulai terbit, baru saja Berlin turun dari mobilnya tiba-tiba tangannya di tarik kasar oleh seseorang. Dan membawanya ke taman belakang sekolah, pria itu menghempas kan tubuh Berlin ke arah tembok.
"Maksud lu apa sih? " tanya pria itu sambil menatap tajam Berlin.
"Apaan sih Sam, tiba-tiba tarik tangan aku sakit tau, " balas Berlin sambil memegang tangannya.
"Maksud lu apa bilang semuanya sama bokap dan nyokap lu? " tanya Sam sekali lagi.
"Bilang apa? aku gak pernah bilang apapun sama mereka, " ucap Berlin ia benar-benar tidak tau maksud dari ucapan Sam.
"Gak usah pura-pura bodoh deh, lu kan yang ngadu sama mereka? "
"Apaan sih Sam aku gak pernah bilang apapun sama mereka, apalagi tentang sikap lu, " balas Berlin, ia benar-benar tidak tau akan hal itu.
"Lu gak usah jadiin penyakit lu agar semua orang mau nurutin permintaan lu, enak banget kayaknya hidup lu? semua yang lu inginkan pasti lu dapatkan apapun yang terjadi, " sinis Sam sambil tersenyum kecut.
"Gue ingetin sama lu nanti malam akan ada acara makan malam keluarga, jangan pernah bicara apapun soal kita, atau lu akan tau akibatnya, " ancam Sam sambil berjalan meninggalkan Berlin mematung di sana.
Tanpa sadar Berlin menjatuhkan air matanya, " Aku bilangin satu hal sama kamu, aku gak pernah berharap ada dalam kondisi kayak gini, aku mau menjalani hidup sama kayak orang lain, aku mau hidup bebas tanpa harus menggunakan alat ini, " ujar Berlin sambil memegang alat pengukur detak jantung yang berada di tangannya.
"Aku emang penyakitan Sam, tapi aku gak pernah bohong sama kamu, soal apapun itu termasuk perasaan ku sama kamu, " sambung Berlin sambil menghapus air matanya. Berlin berjalan menuju kelasnya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya.
Sam menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Berlin, kenapa ia malah merasakan sesak di dadanya. Ia merasa bersalah karena telah berbicara yang terlalu berlebihan padanya.
"Sorry, ini semuanya untuk kebaikan lu kedepannya, " gumam Sam sambil berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Naila Putri Rahma
ceritax mirip drakor exraordinary
2021-04-22
2