Hari sudah mulai malam, dan malam ini ada acara makan malam keluarga antara keluarga Berlin dan keluarga Sam. Berlin sudah siap dengan dress putih selutut tanpa lengan, ia sudah berada di dalam mobil, sambil memandang keindahan malam hari dan melihat kendaraan yang berlalu lalang.
"Sayang kamu liat apa? " tanya Berlian saat melihat anak perempuannya terus memandang ke arah jendela.
Berlin melirik ibunya sambil tersenyum, " Tidak bu aku hanya ingin melihat langit malam yang begitu indah ini, " balas Berlin, Berlin kembali mengalihkan pandangan nya ke arah jendela mobil.
Berlian tersenyum miris, ia benar-benar tidak tau harus apa saat tau kebenaran kondisi anaknya saat ini yang sangat memprihatinkan, jika saja boleh di tukar ia ingin sekali menukar hidupnya dengan Berlin. Memang kasih sayang seorang ibu sangatlah besar.
Berlin terus memandang ke arah luas sambil tersenyum, ia ingin melihat dunia dan keadaan sebelum semuanya tidak bisa ia lihat, terkadang ia pernah bertanya pada Tuhan kenapa ini terjadi? namun terkadang juga ia sadar dan tau alasan kenapa ini terjadi padanya, hidup terasa begitu rumit jika di perumit, namun akan terasa mudah jika dijalani dengan rasa ikhlas dan rasa syukur. Dan hidup yang itulah yang saat ini Berlin lakukan berusaha mengikhlaskan dan mensyukuri apa yang terjadi padanya, karena walaupun kita sehat suatu saat nanti kita pasti akan tetap bertemu dengan kematian.
Beberapa menit berlalu sampailah mereka di restoran mewah yang telah keluarga Berlin pesan, mereka berempat duduk di sebuah meja yang berada di lantai paling atas, Berlin yang memesan tempat duduk di sana, ia bilang ingin melihat dunia lebih luas.
Setelah menunggu dengan waktu yang tidak terlalu lama, keluarga Sam datang dan keluarga Berlin berdiri lalu mempersilahkan mereka untuk duduk, lalu semuanya pun duduk. Saat datang Sam langsung menatap tajam Berlin sementara Berlin berusaha menghindari tatapan yang hanya akan membuatnya sedih saja, Berlin malam memainkan gelas minuman yang berada di depannya.
"Kita pesan dulu makanan, " Berlian memanggil pelayan restoran itu lalu mereka semua pesan makanan terlebih dahulu.
"Apa kabar kalian? " tanya Angga sambil tersenyum ramah pada keluar Sam.
"Tentu saja kami baik-baik saja, " balas Juna yang juga membalas senyuman Angga.
"Bagaimana dengan mu Sam? " Angga bertanya pada Sam sambil melayangkan tatapan yang tidak mudah di tebak.
Juna menepuk pundak Sam memberi isyarat agar Sam tersenyum dan bersikap ramah. Sam menatap Angga dengan tatapan datar, " Saya baik om, " balas Sam sambil tersenyum dan kembali memalingkan tatapannya.
"Bagaimana hubungan mu dengan Berlin? apakah sudah mulai membaik, saya tidak bisa habis pikir-" ucapan Angga terpotong oleh Berlin.
"Ayah sudah yah jangan bicara tentang itu lagi, lagian hubungan ku dengan Sam sudah jauh lebih baik, " ucap Berlin sambil tersenyum kikuk dan menatap sekilas pada Sam yang sedang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Kau ini bagaimana sih, sudahlah Berlin jangan berbohong pada kita, " balas Berlian ia tau kalau Berlin sedang berbohong.
"Tidak mah aku tidak berbohong, benarkan Sam? kita ini memang baik-baik saja, " balas Berlin sambil menatap Sam.
Sam pun mengangguk perlahan sambil tersenyum ke arah Berlin, namun itu nampak terlihat senyuman terpaksa. Makanan pun datang akhirnya Berlin bisa bernafas dengan lega, karena jika makan ada tradisi tidak boleh bicara, jadi mereka akan fokus pada makanannya untuk beberapa menit.
Tio tersenyum kecut, ia benci situasi ini. Ia selalu saja di acuhkan oleh keluarga nya, saat ini ia hanya merasa kalau dirinya sendiri semuanya tampak tidak adil padanya. Ia menatap nanar dirinya sendiri sedari tadi ia hanya memainkan sendok makannya rasanya ia saat ini tidak memiliki nafsu makan lagi.
"Lalu untuk apa kau ajak aku ke sini, jika pada nyatanya kalian akan mengabaikan ku, " gumam Tio dalam hati.
"Untuk memamerkan keharmonisan kalian, oke kalian berhasil memamerkan itu padaku, aku kalah, " sambungnya sambil tersenyum kecut.
Sementara itu Berlin saat ini sedang kebingungan, ia benar-benar ingin segera pergi dari tempat ini. Beberapa menit berlalu akhirnya acara makan malam mereka selesai alat-alat makan juga sudah di rapih kan oleh pelayanan, dan mulai kembalilah rasa gelisah di hatinya Berlin.
"Kenapa sih kalian gak mau ngertiin aku, " gumam Berlin dalam hati.
"Begini saja, besok kamu jemput Berlin yah? soalnya Tio ada acara di kampusnya, " titah Berlian pada Tio.
Tio pun mengangguk, ia malas berkata-kata.
"Mah aku ke kamar mandi dulu yah? " pamit Berlin sambil berjalan menuju kamar mandi.
"Saya juga ke kamar mandi dulu yah tante, " Sam juga pamit ke kamar mandi, Sam berjalan mencoba mengejar Berlin. Saat orang tuanya tak dapat melihatnya lagi karena terhalang tembok barulah Sam menarik tangan Berlin agar ikut dengannya.
Sam membawa Berlin ke dekat kamar mandi, ia melepas tangannya dengan kasar, "Lu tuh bisa gak sih gak usah bertingkah polos di depan mereka, gak puas lu selalu ngerepotin gue terus, " bentak Sam tepat di wajah Berlin.
Berlin menatap nanar Sam, " Aku minta maaf tapi aku emang gak pernah bilang apapun sama mereka, apalagi menyangkut kamu, " Berlin mencoba mengatakan yang sejujurnya pada Sam.
Sam tersenyum kecut sambil memutar bola matanya malas, " Aku tidak bodoh, jangan pernah membuat ku marah, kenapa sih lu tuh cinta banget sama gue? bisa kan lupakan semua itu? jangan pernah cinta sama gue! " ucapan terakhir dari Sam sebelum pergi meninggalkan Berlin.
Matanya terasa panas, dadanya terasa sangat sesak, namun ia berusaha untuk tidak menangis. Kalau ia menangis orang tuanya akan tau ia menangis dan mereka akan bertanya kenapa ia menangis.
"Aku gak pernah minta untuk cinta sama kamu, tapi hatiku yang memilih mencintai. Jika kamu bicara lupakan saja cinta ini, jika bisa aku sudah melupakannya sejak cinta ini ada, namun asal kamu tau melupakan cinta tak pernah semudah jatuh cinta, " gumam Berlin sambil menatap kosong ke depan.
Berlin masuk ke kamar mandi lalu mencuci wajahnya, dan kini ia lap pakai tisu yang ia bawa di tas selempang nya. Berlin menyenderkan tubuh nya di tembok sambil menatap pantulan dirinya di cermin.
Ia juga menatap alat yang di pasang di tangan kanannya, " Setelah kau hadir, orang yang ku sayang semuanya bertingkah berbeda padaku, aku ingin ingin hidupku seperti dulu, di mana orang tuaku bersikap adil padaku dan kak Tio, dimana Sam selalu ada dalam setiap cerita indah di setiap hari ku, " gumam Berlin.
Ia ingin semuanya kembali seperti sebelum ia di beritahu tentang penyakitnya, ia ingin melakukan apa yang dulu saat kecil ia janjikan bersama dengan Sam, yaitu hidup bersama hanya maut yang memisahkan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nurul Istiyarni Koroy
mana judul baru
2020-01-03
0
Fauzan Fauziyyah
likeback yaa dijudul "MENIKAH MUDA WITH DUDA"
2020-01-02
0