5. Misi Pertama

[ Cari lah orang yang paling kau benci, buat dia dibenci oleh orang terdekatnya! ]

[ Jika kau berhasil, saya akan memberikan ponsel dan uang sebesar sepuluh juta rupiah. ]

Mata Bara membulat sejenak. Nilai yang ditawarkan sungguh begitu besar baginya saat ini. Karena, semenjak menjadi pemulung, ia hanya mampu menyetorkan uang sebesar lima ratus ribu setiap bulannya kepada Arini. Itu pun setelah segala penghematan yang ia lakukan.

"Bagaimana syaratnya? Apakah harus dengan cara yang sulit?"

[ Tidak perlu! Kau bisa melakukannya dengan cara apa pun! ]

[ Ini hanya level rendah. Menguji apakah kau bisa membuat orang merasa sedih atau tidak. Kesedihan bisa lewat ucapanmu, bisa juga karena orang lain yang membenci dia setelah mendengar ucapanmu. ]

"Apakah harus sebuah kenyataan atau hanya bualan?"

[ Terserah kamu! Permainan kita yang pertama ini bebas. Belum saya tentukan secara identik. Itu akan terjadi pada level selanjutnya. ]

[ Semakin sulit tantangan yang kau dapatkan, maka akan semakin tinggi nilai dan kekayaan yang akan kau dapatkan! ]

Bibir Bara terulas senyum tipis. "Baik lah."

Tanpa berpikir panjang, Bara sudah tahu tempat yang ia tuju. Kali ini Bara menyeringai membayangkan apa yang akan dia perbuat pada Tejo, pria yang selalu mengganggunya di saat ia bekerja memilih dan memilah sampah yang berada di depan rumahnya. Dengan sengaja, Tejo melepas anjing galaknya untuk mengejar Bara. Tidak hanya itu, Tejo juga mengambil rongsokan yang dipilih Bara, diberikan kepada pemulung lain. Bara sungguh dendam karnanya.

Bara pun mengetuk pintu rumah Tejo. Namun, tak ada respon karena malam sudah begitu larut. Dengan senyum smirk, Bara teringat pada kejadian rumah mertuanya tadi.

Dengan bermaksud tak sampai rubuh seperti rumah mertua, Bara menaruh telunjuknya pada dinding rumah tersebut. Dengan sedikit tenaga, ia mengetuk-ngetuk dinding rumah Tejo. Akan tetapi, efek yang dirasakan oleh penghuni yang berada di dalam rumah tersebut begitu besar. Rumah itu bergetar hebat, sehingga membangunkan orang-orang yang terlelap di dalamnya.

Sementara itu, Tejo masih terlelap dalam indahnya mimpi yang ia alami bersama biduan dangdut. Istri yang hampir meninggalkannya sendiri, kembali dan menggoyang tubuh Tejo beberapa kali.

"Pak, gempa Pak," ucap istri Tejo dengan wajah panik. Sementara itu, anak-anak Tejo mulai menangis karena ketakutan.

Mendengar tangisan tersebut, istri Tejo mengambil guling yang sedang dipeluk. Setelah itu ia pukul pada tubuh Tejo yang menggeliat.

"BANGUN PAK!" Kali ini suara istrinya lebih keras sambil terus memukul-mukulkan guling pada Tejo.

Akhirnya, Tejo terbangun disambut getaran hebat pada rumah mereka. Tejo bangkit dan segera lari keluar meninggalkan istri yang sudah berusaha membangunkannya.

Tejo bergegas membuka pintu dan keluar dari rumahnya. "GEMPAAAA! GEMPAAA! GEMPAAA! BANGUUUUN SEMUUUAAA!" Tejo berteriak berusaha membangunkan tetangganya.

Namun, saat ia sudah benar-benar berada di luar rumah, ternyata suasana begitu hening. Tak ada suara gemuruh dan gemerising benda-benda bergetar karena gempa. Tak terasa sedikit pun goyangan atau pergerakan dari dalam tanah.

"Ibuk, aku takuuut ...." Istri Tejo berhasil membawa anak-anaknya keluar dari rumah. Dengan kesal, ia mendekat pada Tejo dan memukul kepala Tejo yang botak.

"Pak, sampeyan jahat, ta? Aku wis tangi nanging ditinggal. Luwih becik aku ninggal kowe remuk dening bangunan sing ambruk," decaknya kesal kepada Tejo.

"Maaf, Buk. Saya itu kaget. Sedang mimpi indah, kamu bangunin, eeeh ternyata gempa. Yo, aku kabur gak sempat mikir, ta," ucap Tejo beralasan.

"Huh, alesan!" decak istrinya lagi. Lalu, sang istri baru menyadari bahwa suasana sunyi tanpa ada satu pun yang keluar dari rumahnya. "Lah? Apa gempanya udah selesai?" tanyanya bingung.

"Entah, Buk. Jika gempa, ya pasti heboh. Tapi ini gak ada tanda-tanda sama sekali." Tejo mulai membanding-bandingkan keadaan rumahnya dengan rumah tetangga.

Suara nyamuk mulai berdenging dengan nyaring. Satu per satu binatang penghisap darah tersebut mulai menggerogoti mereka.

"Wes, masuk! Kayaknya kita lagi berhalusinasi," ucap Tejo mendorong tubuh istri dan anak-anaknya.

"TEJO ITU SUAMI TAK BERTANGGUNG JAWAB! MASA DIA MENINGGALKAN ISTRI DAN ANAK-ANAKNYA DI SAAT SITUASI SULIT. DIA SUNGGUH TAK PANTAS HIDUP DI DUNIA INI. HANYA WANITA BODOH YANG MAU HIDUP BERSAMANYA!"

Suara itu berasal dari pelaku gempa lokal rumah keluarga Tejo. Saat ini Bara sedang berada di atas atap rumah itu.

"Pak, siapa itu, Pak?" ucap istri Tejo memasang wajah ketakutan.

"Aku tak tahu. Kalau aku tahu, itu artinya aku ini Tuhan. Tapi aku ini bukan Tuhan," elak Tejo.

"Tapi semua yang dikatakannya benar, Pak. Sampeyan tak pernah membantuku. Sampeyan selalu beralasan sibuk bekerja. Padahal kerjaanmu hanya main hape terus!" rutuk istrinya.

"Loh? Aku ini kerjanya ngonten, Buk. Wajar lah aku sibuk dengan ponsel, ta."

"Halaaah! Alesanmu aja. Sebenere sampeyan selingkuh kan? Kalau gak selingkuh, sampeyan tak akan ninggalin aku! Aku yang bangunin, aku yang kamu tinggalin! Aku benci kamu, Pak!" Sang istri menarik kedua anaknya masuk ke dalam rumah. Rumah itu langsung dikunci dan Tejo tak bisa masuk ke dalam rumahnya.

Tejo yang tak menerima ditinggal di luar, menggedor-gedor pintu rumahnya. "Buk! Buk! Buka, Buk! Aku kedinginan, Buk! Banyak nyamuk, Buk!" teriak Bara dari luar.

[ ding ]

[ ding ]

[ ding ]

[ Kamu menyelesaikan misi sederhana yang diberikan oleh Sistem. Dana sebanyak sepuluh juta rupiah masuk ke dalam saldo tabunganmu. Kau bisa membuka telapak tanganmu! ]

Bara mengikuti arahan yang diberikan sistem. Ia membuka telapak tangannya. Di sana munc cahaya dan dengan ajaibnya sebuah kotak berlambangkan apel gigit tergeletak begitu saja di atas tangannya.

Bara terkejut dan tertawa sumringah melihat benda yang tak pernah dimilikinya dengan tipe terbaru kini sudah berada di tangan tanpa mengeluarkan dana sedikit pun.

"Ini beneran untukku?" tanya Bara.

"Tentu!"

[ Tidak hanya itu, performamu juga akan meningkat. Ketampananmu perlahan akan bertambah dan tubuh kurusmu akan semakin berbentuk ideal. Itu adalah keistimewaanmu memiliki Sistem ]

Bara tersenyum dan ia merasa puas. Rasanya, ia ingin segera membaginya kepada keluarganya. Namun, rasa bahagia itu sirna begitu saja usai teringat akan Arini yang sudah mengkhianatinya.

"Pak Sistem atau siapa pun itu, tolong bantu aku. Bantu aku untuk membuat wanita itu menyesal," pinta Bara.

[ Tentu saja, dengan senang hati ]

*

*

*

Keesokan paginya, Bara sudah berada di beranda rumah tetangga, tempat ia menitip keluarganya. Sementara itu, rumah Nurmala yang runtuh, sedang diinvestigasi oleh beberapa pihak yang berwenang. Mereka menyelidiki penyebab runtuhnya rumah tersebut yang konon katanya ada gempa lokal.

Bara tersenyum tipis melihat itu semua. Ia sama sekali tak berniat untuk membangun kembali rumah itu.

"Ayah, Ayah ... Kenapa Rangga bisa tidur di rumah Bu Ijah?" Rangga berlari kecil dari dalam rumah menuju posisi sang ayah yang terlihat duduk santai di beranda depan.

"Kita mengalami musibah, Nak. Tapi syukur lah kamu tidak apa-apa," ucap Bara sembari mengusap rambut bocah berumur lima tahun itu.

"SANTAI SEKALI KAU YA!? BUKAN BANTUIN MEMILIH BENDA-BENDA YANG MASIH BISA DIGUNAKAN, TAPI MALAH DUDUK DENGAN TENANG TANPA KHAWATIR SAMA SEKALI."

Bara beralih pandang pada sumber suara yang meneriakinya. Itu adalah teriakan Nurmala, sang mertua.

Bara membuang muka dan tersenyum sinis. Setelah selesai menata wajah dan hatinya, ia kembali menatap mertua yang memasang muka masam.

"Kenapa harus saya?" tanya Bara dengan santai.

"BUKAN KAH, MEMUNGUTI SEMUA RONGSOKAN ITU MEMANG TUGASMU? HARUSNYA SAYA TAK MEMBIARKANMU MENIKAHI ARINI. KAU INI BENAR-BENAR TAK BERGUNA" cecar Nurmala tak memedulikan semua mata yang menatapnya.

"Sudah, Bu Nurma. Bukan kah menantu Bu Nurma sudah berusaha melakukan yang terbaik? Buktinya dia bersedia membayar untuk kalian tinggal di sini," ucap sang pemilik rumah.

"Nah, itu, Ibu bisa denger sendiri, kan? Yang tidak berguna itu bukan saya, tapi anak Ibu sendiri!"

#cerita ini merupakan karya fiksi kreatif modern#

Terpopuler

Comments

CahTheLoel

CahTheLoel

kok yang kedinginan Bara bukan Tejo🤔🤔

2024-06-13

1

CahTheLoel

CahTheLoel

"Pak, kamu jahat ya? Aku sudah bangun tapi ditinggal. Lebih baik aku ninggalin kamu remuk bersama bangunan yang hancur" kira" begitu kalo diterjemahkan ke bahasa Indonesia 🤔😄

2024-06-13

1

saa

saa

bisa tak jgn pake bhs yg tak gua ngerti 🗿🗿

2024-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!