10. Penguntit

Bara merasakan suhu tubuhnya meningkat secara tiba-tiba. "Panas ... Panas ... Panas ...." Setiap jengkal tubuh bara mengeluarkan cairan bening dengan cukup banyak. Ia menarik botol air mineral yang tersedia dan membuka tutupnya dengan tergesa.

"Ayah kenapa? Apanya yang panas?" tanya Rangga. Bara menggelengkan kepala dan kembali menenggak minuman bewarna bening tersebut sampai habis.

"Waaahh, Ayah hebat." Rangga bertepuk tangan merasa takjub melihat aksi sang ayah. Bara memperhatikan orang-orang di sekitarnya tampak nyaman tanpa mengeluh kepanasan sedikit pun.

'Apa ini ulahmu?' tanya Bara kepada Sistem.

[ Harusnya kamu tidak bikin malu. Kamu itu adalah orang terpilih dan tak banyak di dunia ini seberuntung kamu. Setidaknya kamu memiliki kesempatan untuk menjadi kaya, dengan syarat yang telah ditentukan. ]

'Tapi, saya tak bisa berbicara dengan orang asing, apalagi seorang wanita. Kamu sendiri tahu, saya ini pria yang kaku,' terang Bara.

[ Karena itu lah saya memberimu misi ini. Agar kamu bisa melampaui batas yang selama ini membelenggu. Sistem Bacot diberikan padamu karena kamu lah orang yang tepat untuk melakukannya. ]

Bara masih merasakan kepanasan. Ia merasa sangat sesak hingga membuatnya melangkah pada gadis berambut pendek tadi.

"Ada apa, Mbak? Kenapa terlihat serius begitu?" Meski sedikit ragu, akhirnya Bara memberanikan diri untuk bertanya. Perlahan, rasa panas dari dalam tubuhnya, menurun sedikit demi sedikit.

Gadis berambut pendek itu melirik Bara dengan tatapan curiga. Dengan sigap, ia menarik tas yang tadinya berada di atas meja, kini masuk ke dalam pangkuannya.

Meski gadis berambut pendek itu tidak mengatakan apa-apa, dengan jelas Bara bisa mengartikan gerakan itu sebagai reaksi perlindungan diri terhadap orang yang tak dikenal.

"Saya orang baik-baik, Mbak. Saya tidak akan mengambil barang milikmu," ucap Bara sedikit kikuk.

"Mana ada maling yang mau ngaku?" ucap gadis itu cepat dan ia memutar badan berpindah ke bangku lain.

Bara jadi mati kutu karena sikap gadis itu. Namun, rasa panas yang tadinya sempat berkurang kini meningkat lagi. Itu pertandanya Sistem memaksanya untuk terus mendekati gadis berambut pendek itu.

"Maaf, Mbak. Saya tak bermaksud apa-apa. Hanya saja, saya tertarik dengan masalah yang menimpamu. Jika berkenan, kamu boleh berbagi cerita denganku. Biasanya, jika kita berbagi kepada orang lain, akan membuat perasaan menjadi lebih tena—"

Ucapan Bara yang belum selesai pun terhenti. Gadis berambut pendek itu memberi kode menggantungkan tangan secara terbuka ke hadapan Bara. "Maaf, saya tak bisa bicara dengan orang yang random. Apalagi bukan siapa-siapa yang tidak saya kenal," ucap gadis itu dengan ketus.

Bara merasakan panas yang perlahan kembali meningkat. Keringatnya terus bercucuran hingga membuat pakaian yang sedang dikenakan basah. Hal ini membuat gadis berambut pendek tadi semakin ilfeel.

'Orang aneh ini pasti akan melakukan sesuatu padaku,' batin gadis ini, tetapi dengan jelas bisa didengar oleh Bara. 'Udah aneh, tampangnya menjijikkan lagi, iiihhhh ....'

'Apa ini ulahmu?' tanya Bara kepada Sistem.

Bara menekurkan kepala, menyadari penampilannya terlihat begitu lusuh. Pakaian yang ia pakai, belum diganti semenjak rumah Nurmala ia rubuhkan secara tak sengaja.

"Maaf ya, Mbak. Saya mengganggumu. Tapi, saya hanya ingin menawarkan bantuan pada masalah yang menimpamu. Kamu baru saja mendapatkan hasil pengumuman tes dosen di sebuah universitas negeri di sini kan?" ucap Bara, yang telah melihat tayangan langsung lewat hologram yang muncul oleh mata Bara.

Gadis berambut pendek itu tersentak mulutnya membulat. Ia bangkit dan segera menuju ke kasir membayar minuman yang ia pesan tadi. Dia pergi meninggalkan Bara yang belum berhasil membujuknya untuk menyelesaikan masalah yang ditimpa oleh gadis berambut pendek itu.

Bara ingin mengejar, tetapi tangan Rangga menggenggam pergelangan tangannya.

"Yah, Rangga laper, mau makan dulu," ucap polos putranya tanpa menyadari bahwa keadaan ayahnya yang memburuk.

Suhu tubuh Bara semakin membara dari dalam raga. Akan tetapi, ia tak bisa menolak permintaan Rangga dan memenuhi permintaan sang putra yang kelaparan.

Bara menahan pedihnya rasa panas yang membakarnya dan membuat makanan yang masuk ke mulutnya, tak lagi nikmat. Ia mengunyah makanan dengan sangat kilat. Hingga akhirnya makanan tersebut salah masuk membuat Bara tersedak.

Malang sekali memang, tetapi itu lah cara Sistem untuk memaksa Bara melaksanakan misi kedua ini.

Setelah ia selesai, Bara menyuapkan Rangga dengan cepat. Sampai Rangga gelagapan karena mulutnya terlalu penuh diisi oleh nasi goreng.

"Bbbbbbb bbbb bbbbb ...." Rangga mengeluarkan bahasa yang tidak jelas sebagai aksi protesnya kepada sang ayah.

"Ayo lah, ayah buru-buru," ucap Bara yang mulai habis kesabaran.

Usai Rangga menghabiskan semua makanan, Bara dengan kecepatan kilat menaruh uang di kasir. Sang kasir hanya kaget, tak menyadari siapa yang baru saja menaruh uang di hadapannya.

Di sisi lain, Bara berlari membopong Rangga di pundaknya. Rangga hanya bisa pasrah, meskipun ia merasa sangat ketakutan.

"Ayah mau ke mana? Pelan-pelan, Yah," pekik sang putra.

Akan tetapi, Bara tidak menggubris sorakan Rangga dan terfokus oleh navigasi yang diberikan Sistem.

[ Dalam jarak sepuluh meter ke depan, silakan belok kiri. Tetap pada posisi sedikit lagi kita sampai ]

[ neng neng ]

[ Kita telah sampai, target berada di sisi kiri. ]

Rangga menggeliat turun dari posisinya di atas bahu Bara. Tak lama kemudian, Rangga muntah dengan hebatnya. "Kepala Rangga pusing," ucap bocah itu.

"Maafkan ayah, Rangga. Tapi, Ayah sedang memiliki pekerjan penting."

Bara memutar kepalanta lagi, dan tampak gadis berambut pendek tadi berjalan membawa benda yang terlihat berada di warung tadi.

"Mbak, kok buru-buru?" tanya Bara berjalan mengikuti gadis itu.

Sang gadis berambut pendek terbelalak menatap Bara. Ia tak menyangka atas usahanya untuk kabur, menjadi sia-sia.

"Jadi, kau ini seorang pengunt*t ya?" Gadis berambut pendek tadi berkacak pinggang.

Bara menggerakkan kedua tangannya membentuk tanda silang "Bukan, Mbak. Hanya saja, saya medapat tugas untukmembantu Mbak mengusut masalah ini. Jadi, ayo ikut saya?" ucap Bara terkesan setengah memaksa."

"TOLOOONG ... TOLOOONG ... ADA ORANG JAHAT TERUS MENGIKUTI SAYAAAAA."

#cerita ini merupakan karya fiksi kreatif modern#

Terpopuler

Comments

hasbullah 123

hasbullah 123

cerita ini sepertix ngga jelass atau authorx goblokk ..masa misi sekesaikan masalah org smntra masalah sendiri aja blm beres jg seharusx pertama penampilan mc hrsx OK dulu baru yg lain..

2024-04-10

1

FieAme

FieAme

kangen karya gedebak gedebuk punya othor

2024-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!