Arini mengerutkan keningnya. Ia merasa ada satu hal aneh yang baru saja terjadi. Sejenak, ia masih sedikit kosong karena ini benar-benar di luar nalar. Lalu, ia kembali mencari posisi Bara yang mengejutkan telah berada di belakang dirinya.
"Mas? Apa aku hanya berhalusinasi? Apakah sekedar perasaanku saja, beberapa detik lalu kamu berada di sini?" Arini menunjuk pada posisi kosong yang ia yakini posisi Bara.
"Aku rasa kamu terlalu lelah. Kamu lembur ya? Padahal hari ini kamu shift pagi kan?" Bara berusaha mengatur nada bicaranya. Tanpa sempat berpikir panjang, ia bisa begitu yakin saja dengan apa yang dikatakan oleh sistem pemandu tersebut.
"Ah, i-iya. Tadi, aku bekerja lembur karena manajerku meminta untuk menyusun barang yang baru masuk ke dalam gudang."
Bara teringat pada semua semua yang ia alami sebelum kecelakaan terjadi. Dengan jelas rekan kerjanya mengatakan Arini telah pulang semenjak sore.
'Tentu saja dia akan berbohong. Mana ada maling yang mau mengaku,' batinnya.
[ Tepat sekali! Jika dia bermain cantik di belakangmu, maka kau harus bisa bermain tampan di hadapannya. Jadi, sekali lagi saya ingatkan agar jangan terbawa perasaan. Kau harus bisa mengendalikan dirimu! ]
[ Kau harus bisa membuat kembali perasaannya yang telah memudar. Setelah itu, buat lah dia menyesal! ]
Bara tersenyum sinis mendengarkan alur yang akan dia mainkan bersama Sistem. Arini menyadari seringai mengerikan yang terulas pada bibir Bara, tetapi matanya menatap tajam terhadap dirinya.
"Mas, kamu kenapa? Kecapean menggendong Rangga? Sini, biar kita gantian?" tawar Arini.
"Tidak usah. Aku tahu kamu lebih lelah dibanding siapa pun di sini," ucap Bara berlalu masih menggendong putra mereka. Ia menuju ke rumah tetangga yang sebenarnya tidak terlalu peduli dengannya.
"Permisi," ucapnya kepada tetangganya yang sudah berada di luar rumah semenjak kehebohan rumah mertuanya yang rubuh. Arini mengikuti dari belakang.
Arini terus memerhatikan Bara. Ia merasa ada yang berbeda dengan Bara. Akan tetapi, ia tak bisa menebak apa yang kini berbeda dengan pria yang membuatnya muak.
"Ya," ucapnya dengan nada sinis.
"Apakah malam ini keluarga saya bisa menumpang di sini? Ibu sudah lihat kan, bagaimana kondisi rumah kami saat ini," ucap Bara memelas.
Wajah sang tetangga tampak menegang. Jelas dengan pasti tanpa ia mengatakan pun bisa disimpulkan bahwa si pemilik rumah keberatan.
"Nanti, saya akan bayar uang numpangnya, Bu," tambah Bara lagi.
Mendengar bayaran yang ditawarkan oleh Bara, dua orang sekaligus memasang wajah sinis kepada Bara. Ia merasa ragu dengan tawaran Bara. Apalagi mereka tahu, Bara hanya pemulung miskin yang tak memiliki apa-apa.
"Mas? Kamu sadar nggak sih apa yang baru saja kamu katakan?" gerutu Arini, kesal. "Ujung-ujungnya, uang aku juga yang akan keluar," tambahnya.
Sejenak, Bara hening menatap Arini. Ya, dia memang seperti ini semenjak Bara di-PHK dulu. Namun, karena ia begitu mencintai Arini, ia tak pernah membalas hinaan yang diberikan sang istri. Namun, setelah apa yang ia lihat, tentu saja semua tak sama. Amarah dalam hati sedang membakar dirinya.
Namun, ia membenarkan apa yang diucapkan oleh sistem, agar dia tenang. Bara berusaha untuk tidak memperlihatkan emosi yang sedang berusaha disembunyikannya.
"Hari ini aku dapat banyak dari hasil penjualan rongsokan yang aku temukan. Kamu jangan khawatir, aku lah yang akan membayar semua."
[ Bravo ] puji Sistem.
[ Saya akan membantu mengeluarkan uang di dalam rekeningmu. Kau tak perlu repot-repot ke ATM untuk menariknya. ]
"Bagaimana caranya?" tanya Bara dengan spontan.
Arini mengernyitkan keningnya. Tentu saja ia merasa kesal. "Kenapa tanya padaku? Kan kamu sendiri yang bilang kalau kamu yang akan membayarnya," gerutu Arini.
[ Kau tak perlu bicara lewat mulutmu. Kamu cukup berbicara di dalam hati dan pikiran. Saya bisa mendengarnya. Dan sebaliknya. Hanya kamu yang bisa mendengarkan saya. ]
'Baik lah.'
"Bagaimana Bara? Apa benar kamu yang akan membayar mereka numpang di sini? Untuk berapa hari?" Ibu tersebut mengusap kedua tangan tersenyum memamerkan seluruh giginya.
[ Periksa kantong celanamu! ]
Bara merogoh kantong celana lusuhnya. Dan benar, ia merasakan lembaran uang berada di dalamnya.
[ Saldo tabunganmu saat ini adalah nol rupiah ]
'Nanti bisa mati lagi gara-gara gak cukup biaya admin?'
[ Ini bukan uang di saldo bank konvesional. Kau tak perlu khawatir. Hanya beberapa orang di dunia yang memiliki keberuntungan sepertimu. Maka, kau harus memanfaatkannya dengan sebaik mungkin! ]
Bara mengeluarkan sepuluh lembar uang berwarna merah. "Saya hanya memiliki uang segini. Untuk sementara tampung mereka dulu," ucap Bara menyerahkan uang tersebut. "Tolong ya Bu, hingga beberapa waktu ke depan," pinta Bara lagi.
Sang pemilik rumah menghitung dana yang ada. "Ini hanya buat beberapa hari saja kan?"
Bara menatap Rangga yang terlelap dalam pelukannya. "Iya, saya akan berusaha mencari uang," ucap Bara mantap.
Bara menaruh Rangga di atas tikar yang diberikan pemilik rumah. Ia pun melirik Arini yang sudah merangkul ibunya. "Kalian tidur lah di sini," ucap Bara.
"Kamu di mana?" tanya Arini.
"Aku? Tumben kamu nanya? Apa kau sudah peduli?"
Raut wajah Arini berubah. Ia pun menyadari, di dalam hatinya tak ada lagi cinta pada Bara. Namun, ia begitu yakin bahwa Bara kali ini bukan lah Bara yang sama saat pagi tadi ia pamit sebelum berangkat bekerja.
"Ya, terserah kamu mau ke mana. Asal jangan menghabiskan uangku," cicit Arini menyembunyikan rasa penasarannya.
Bara tak menyahut lagi. Karena di dalam pikirannya tengah sibuk dengan tugas yang diberikan oleh Sistem untuknya.
[ Kau ikuti perintahku, dan aku akan berikan kekayaan yang tak pernah kau miliki sebelumnya. ]
"Apa yang harus saya lakukan setelah ini?"
[ Beri bacotan pedas yang kau bisa! ]
"Seperti apa?"
#cerita ini merupakan karya fiksi kreatif modern#
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Inyoman Raka
bacotan hah
2024-04-09
0
FieAme
pengen tau bacotan sperti apa
2024-02-15
0