11. Reality Show

"Tunggu! Tunggu! Saya orang baik kok," ucap Bara mencoba menenangkan gadis itu.

Namun, teriakan gadis itu semakin keras hingga membuat orang-orang mulai memperhatikan mereka.

"Ada apa, Mbak?" tanya seorang pria yang hadir karena teriakan wanita berambut pendek tadi.

"Tolong, Pak. Dia itu mengikuti aku terus. Aku takut, Pak," jelasnya bersembunyi di belakang pria yang baru saja datang.

"Bukan, saya tidak bermaksud jahat. Saya hanya ingin berbicara dengannya," ucap Bara mencoba untuk menjelaskan dengan setenang mungkin.

"Bohong, Pak. Itu buktinya dia terus mengikuti saya. Padahal saya sudah sengaja pergi menjauh. Tapi kenapa dia menemukan posisi keberadaan saya?"

"Bung, apa benar kamu mengunt*t mbak ini?" tanya pria tadi kembali memastikan.

"Bukan, Pak. Ini hanya kesalahpahaman saja," ucap Bara terus mengelak.

Sementara itu, perlahan warga semakin ramai hadir karena tertarik dengan keributan yang terjadi di antara mereka.

"Sebelum digebukin warga, lebih baik kamu pergi. Jangan dekati mbak ini lagi. Dia sudah sangat ketakutan denganmu," ucap pria yang menjadi tameng bagi gadis berambut pendek.

Bara memberi aba-aba untuk patuh kepada komando yang diberikan pria tersebut. Ia mengangguk cepat. "Baik ... Baik ... Saya tidak akan mendekat padanya."

Bara memutar badan, menggandeng Rangga yang hanya diam karena balita itu belum mengerti dengan apa yang terjadi. Ia hanya mengikuti sang ayah yang mengajaknya pergi setelah berlari-lari menemukan gadis berambut pendek, yang tidak mereka kenal.

Sementara itu, dari dalam diri Bara merasakan peningkatan suhu yang melebihi dari yang tadi. Hal ini membuat Bara memutar otak memikirkan cara agar membuat orang-orang yang ada di sekitar gadis itu pergi, dan si gadis berambut pendek mau mendengarkannya.

Berhubung saat ini adalah musim pemilihan umum, membuat Bara mendapatkan sebuah ide bacotan spesial.

"Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, saya tadi baru saja ikut kampanye di lapangan tembak tak jauh dari sini. Saya dapat uang sebesar satu juta dan anak saya juga dapat satu juta. Kata timses mereka ini berlaku bagi siapa saja yang ikut memeriahkan acara di sana. Ayo Pak, Buk, keburu kehabisan," ucap Bara memamerkan uang yang ia rogoh dari kantong celananya.

Hal ini tentu membuat warga yang tadi berkerumun beralih pandang menuju lokasi yang ditunjuk Bara tadi.

"Emang sejak kapan ada kampanye gue gak dateng?" celetuk salah satu warga bergerak menuju lokasi yang ditunjuk Bara.

"Bisa-bisanya gue lewatin acara kampanye kayak gini? Apalagi dapat duitnya gede lagi," ucap yang lain dan bergerak menuju lokasi yang diucapkan Bara.

Sementara itu, gadis berambut pendek tadi berusaha menahan salah satu warga yang telah mulai membubarkan dari dari kerumunan tadi.

"Pak, Pak ... Tunggu ... Saya masih takut sama dia, Pak," ucapnya kembali beralasan.

"Jangan takut, Mbak. Mas-nya cuma ngajak kita ikut kampanye. Bisa jadi dia itu timses salah satu calon. Ya udah, ikut aja Mbak," ucap pria itu.

"Ta-tapi ...." Si gadis berambut pendek itu mendelik menatap Bara yang mengulas senyum simpul. Hal ini malah membuat kecurigaannya semakin tinggi.

"Tidak bisa diterima, kau ini bener-bener sudah profesional dalam melakukan kejahatan ya?" bentak si gadis berambut pendek.

"Maaf, Mbak. Saya tidak mengerti apa yang Mbak ucapkan. Hanya saja, saya tulus ingin membantu, Mbak." Bara mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi masih di dalam kantong celananya.

Rangga membulatkan bibir saat melihat ayahnya memiliki ponsel baru berlambangkan apel yang digigit sebagian. "Ayah punya hape baru?" ucap Rangga dengan wajah berbinar.

Akan tetapi, Bara tidak menanggapi kekaguman yang muncul dari putranya. Ia menyerahkan ponsel itu kepada gadis berambut pendek itu.

"APA INI?" ucapnya tak terima dirinya diberikan ponsel yang masih baru itu.

"Ini sebagai jaminan aja, Mbak. Bukan buat Mbak. Jika saya melakukan sesuatu yang aneh, Mbak bisa menelepon polisi, suami, atau pun keluarga yang Mbak percaya. Karena itu, saya dengan berani memberikannya kepada Mbak."

"Kalau saya memang berlaku tak baik, Mbak boleh membawa kabur ponsel ini juga. Tapi, saya mohon dengarkan saya dan izinkan saya untuk membantu, Mbak," terang Bara sampai berbelir-belit kebingungan mencari alasan.

Si gadis berambut pendek memutar-mutar ponsel itu. 'Masih baru banget ni barangnya,' batinnya. 'Apa benar dia tidak berniat buruk kepadaku? Atau jangan-jangan dia membeli diriku dengan ponsel ini?'

"Itu hanya sebagai jaminan, agar Mbak bisa mau duduk berbagi cerita dengan saya," terang Bara yang mendengar isi hati gadis berambut pendek itu.

"Beneran nih, kamu nggak bakalan ngapa-ngapain aku?" tanya gadis itu ketus, tetapi masih membolak-balikan ponsel yang dijadikan sebagai jaminan.

"Bener, Mbak, sumpah," ucap Bara lebih meyakinkan.

"Emang kenapa tuh sampai ngotot pengen bantu aku? Aku kan gak minta dibantuin siapa pun?" ucap gadis itu mulai sedikit lunak.

Hal ini dibarengi penurunan rasa gerah yang sedari tadi membuat Bara mengeluarkan berita hoax. Namun, yang penting baginya saat ini ia merasa lega dan merasa lebih nyaman. Meskipun mulai mengeluarkan berita yang tidak sebenarnya.

Bara memutar kepala memastikan orang-orang tadi belum kembali. Ia memutar otak dengan cepat dan memperhitungkan diri untuk segera menjauh dari sana, sebelum orang-orang itu kembali dan mengejarnya.

"Sepertinya kita pergi ke tempat yang nyaman saja ya? Biar nanti, bisa melaksanakan tugas dengan baik," ucap Bara.

"Tugas? Siapa yang memberimu tugas untuk menolongku. Apakah ada pihak-pihak terkait sedang melancarkan serangan fajar demi pemilu kali ini?"" tanya gadis berambut pendek itu heran.

"Bukan ... Bukan ...." jawab Bara tanpa memberi alasan.

Gadis berambut pendek itu pun teringat pada reality show yang menampilkan pengisi acaranya untuk membantu orang lain. Matanya membesar dan mulutnya pun membulat. Kepalanya berputar ke segala arah mencoba mencari kamera tersembunyi.

'Aiiiih, berarti sebentar lagi gue bakalan masuk tivi,' ucapnya merapikan rambut pendeknya, menyisir dengan jari hingga ke belakang telinga.

Sementara itu, Bara yang mengetahui apa yang dipikirkan gadis berambut pendek tadi hanya terheran sendiri karena gadis itu bisa berpikiran masuk televisi seperti itu.

"Ayo, Mas. Mari kita cari tempat yang tepat," ucapnya dengan manis, ditambah senyuman berjalan terlebih dahulu.

Mereka menuju sebuah gazebo yang ada di taman yang tak jauh dari tempat mereka tadi berada. Gadis itu mengulurkan tangannya kepada Bara.

"Sebelum itu, alangkah baiknya kita berkenalan. Nama saya Nike, Mas. Saya berusia 26 tahun, fresh graduated semenjak tamat program magister di salah satu universitas terbaik yang ada di negeri tercinta Indonesia," ucapnya dengan ramah setengah pamer.

Bara menyambut jabatan tangan gadis itu. "Nama saya Bara." Ia tersenyum sendiri melihat isi kepala gadis itu yang menjelaskan bahwa dirinya sudah tamat semenjak dua tahun lalu, tetapi masih menganggur karena faktor sulitnya mencari pekerjaan.

"Wah, hebat ya Mbak? Lulusan magister di Universitas Gama ya?"

"Lho, kok Mas tau? Mas udah survey saya ya?" Nike melirik kembali ke segala sisi mencari kameramen yang mungkin sengaja disembunyikan.

"Apa Mba Nike bisa menjelaskan lebih detail lagi, bagaimana masalah tes yang Mbak alami? Mungkin saya bisa membantu untuk mengangkat masalah ini ke khalayak umum, agar semua orang memperhatikan kecurangan dalam tes menjadi dosen di Universitas Hasta."

Nike membelalakkan matanya sungguh tak percaya dengan apa yang baru saja pria ini sampaikan. Padahal, dia sama sekali tidak ingin menyampaikan itu semua. Namun, hal ini membuat ia semakin yakin, bahwa Bara adalah orang yang bekerja untuk reality show pada sebuah stasiun televisi.

"Sebenarnya ya, Mas, saya merasa tidak terima dengan hasil ujian PNS dosen ini. Mentang-mentang saya tak punya sanak saudara dosen atau orang besar yang memasukan saya honor sebagai dosen, saya menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Apalah pemerintah ini? Katanya anti KKN, kok nepotisme dipelihara?"

#cerita ini merupakan karya fiksi kreatif modern#

Terpopuler

Comments

FieAme

FieAme

lucu 🤣🤣 ada yg gr

2024-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!