3

Ariel terlihat pergi ke perpustakaan sekolahnya ketika memasuki jam istirahat. Ia ingin menghindari kecurigaan dari semua orang tentang perubahannya yang besar setelah memiliki sistem.

"Aku tidak mungkin menjelaskan bahwa aku punya sistem," pikir Ariel.

Begitu tiba di perpustakaan, ia mendapati sebuah pemandangan yang sangat mengejutkan.

"Jangan lihat ke sini, aku sedang ganti baju!" ujar seorang siswi dengan panik.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu," balas Ariel sambil cepat-cepat berjalan ke sudut perpustakaan yang lebih tersembunyi.

Tapi, siswi itu tetap melempar Ariel menggunakan buku yang ia raih dari rak di dekatnya.

"A-apa kau harus bertindak sejauh itu?" keluh Ariel dengan kesal, kepalanya terluka terkena oleh lemparan buku tersebut.

Tepat saat itu, seorang guru perpustakaan sedang melintas dan melihat kejadian tersebut.

"Apa yang terjadi di sini?" tanya guru perpustakaan dengan nada tegas.

"Aku melihat siswi ini sedang ganti baju, tapi aku tidak sengaja melihatnya. Aku sudah mengalihkan pandanganku dan berusaha pergi ketika dia melempar buku ke arahku," jelas Ariel, sambil menunjuk siswi yang saat itu telah mengenakan seragam sekolahnya.

Guru bernama Wulan itu pun melihat keadaan dan berbalik kepada siswi di belakangnya. "Ini adalah perpustakaan, tempat yang seharusnya menciptakan rasa aman dan nyaman bagi semua pengunjungnya. Mengganti baju di sini bukanlah tindakan yang pantas dilakukan. Kau harus menjaga etika dan privasi di tempat umum."

Siswi itu pun merasa malu dan menunduk, menyadari kesalahannya.

"Maaf, Bu. Saya tidak akan mengulanginya lagi," kata siswi tersebut dengan suara lirih.

Guru Wulan berbalik kepada Ariel, yang masih menahan kepalanya yang tadi terkena lemparan buku.

"Kau juga harus minta maaf kepadanya," kata Ibu Guru Wulan.

"Maafkan tingkah lakuku tadi," ucap Ariel dengan kesal.

[Ding!] [Rasa sakit telah dihilangkan] [-10 poin]

"Astaga! Hanya seperti itu saja mengambil poinku!" keluh hati Ariel makin kesal.

Ariel pun memutuskan untuk fokus mencari buku yang ia butuhkan dan menghindari kontak mata dengan siapa pun yang ada di perpustakaan. Ia mengambil buku dan mencari tempat duduk yang terpencil di balik rak-rak buku yang tinggi.

Setelah menemukan tempat duduk yang aman, Ariel mulai membaca buku yang ia bawa. Di dalam perpustakaan yang sunyi, ia merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia fokus pada buku yang ia baca, mencoba untuk mengabaikan keraguan dan kecurigaan yang masih terlintas di pikirannya.

[Ding!] [Selesai membaca satu buku] [+20 poin]

Ariel mulai melupakan kejadian tadi dan poinnya sekarang telah bertambah jadi 820 poin.

Namun, siswi tadi tiba-tiba duduk di sebelah Ariel dan mengatakan ingin meminta maaf lagi.

"Maaf, tapi aku merasa perlu untuk meminta maaf sekali lagi. Tingkah lakuku tadi benar-benar tidak pantas," ucap siswi tersebut dengan serius.

Ariel menurunkan bukunya dan melihat siswi itu dengan sadar. "Baik, aku menghargai permintaan maafmu. Tapi tolong, biarkan aku fokus membaca. Aku ingin menikmati ketenangan di sini."

Siswi itu mengangguk dan pergi dari tempat duduk Ariel. Ariel memperhatikan sekelilingnya, memastikan tidak ada gangguan lain yang akan datang ke tempatnya. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan lagi terbawa emosi dan akan tetap menjaga etika di perpustakaan.

Ariel melanjutkan membaca bukunya dengan lebih semangat. Ia merasa senang karena kejadian tadi tidak mengganggu kesendirian dan ketenangannya di perpustakaan. Ia semakin terpaku pada cerita dalam buku yang ia baca, dan poinnya pun terus bertambah.

Setelah beberapa waktu, Ariel selesai membaca bukunya yang kedua dan poinnya kini bertambah jadi 840. Ia merasa puas dengan pencapaian itu dan memutuskan akan mencari buku lain untuk dibaca. Tapi kali ini, ia akan tetap menjaga etika dan menghargai privasi pengunjung lain di perpustakaan.

Siswi tadi bernama Bunga, dan diam-diam ia memperhatikan Ariel dari kejauhan. Ia merasa malu dengan tingkah lakunya yang tadi dan masih merasa tidak enak padanya. Bunga menyadari bahwa ia harus belajar mengendalikan emosinya agar tidak mengganggu orang lain, terutama di tempat yang seharusnya tenang seperti perpustakaan.

[Ding!] [Nilai pesona Anda telah bertambah]

Ariel tidak tahu maksud dari pemberitahuan barusan itu apa, tapi gadis tadi terlihat malu-malu sendiri setelah cukup lama memperhatikan Ariel.

"Aku tidak tahu kalau Ariel ternyata cukup imut," pikir Bunga sambil tersenyum kecil.

Ariel segera kembali ke kelas dan di kelas terlihat seorang siswa bernama Kevin, sedang membagikan hadiah kepada seluruh murid dalam kelas.

"Ini semua adalah oleh-oleh yang aku bawa untuk kalian setelah berlibur ke pulau Bali," kata Kevin.

"Aku tidak mau hadiah darimu!" tolak Mia setelah melihat Kevin tak memberikan apapun pada Ariel.

Kevin terkejut dengan penolakan Mia. "Kenapa kamu tidak mau, Mia? Ini adalah pakaian batik khas Bali yang aku beli khusus untukmu," kata Kevin dengan kecewa.

Mia menghela napas. "Aku tahu itu pakaian batik khas Bali, tapi apa yang kamu pikirkan sebelumnya? Mengapa kamu memilih memberikan hadiah pada semua orang kecuali Ariel?"

Mia segera meninggalkan Kevin dan berjalan ke arah Ariel yang baru saja duduk di bangkunya.

"Apa yang terjadi ketika aku tak ada?" tanya Kevin pada Dimas.

Dimas pun segera menceritakan soal Ariel yang tiba-tiba berubah menjadi pintar, dan Mia semakin menempel padanya.

Kevin merasa bingung setelah mendengar cerita dari Dimas. Ia merasa curiga dengan perubahan mendadak Ariel dan memutuskan untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

Sepulang sekolah, Kevin, Dimas, dan beberapa murid pengikut mereka segera berkumpul.

"Ayo kita beri pelajaran bocah itu," kata Kevin pada Dimas dan lainnya.

Mereka pun mencegat Ariel di jalanan sepi dan berniat untuk mengeroyoknya.

"Apa-apaan ini?" tanya Ariel, masih terlihat santai meskipun sudah terkepung.

"Hey Ariel, kami di sini untuk memperingati kamu agar menjauh dari Mia," ujar Dimas.

Ariel hanya tersenyum dan tidak terlihat terganggu oleh ancaman tersebut. "Apa masalahmu dengan Mia? Kenapa kalian begitu cemburu padaku?" tanya Ariel dengan tenang.

Kevin, Dimas, dan murid-murid lainnya semakin tertarik dengan sikap Ariel yang seakan tidak memedulikan mereka. Mereka merasa frustrasi dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Ariel tiba-tiba melempar tas miliknya ke arah Dimas dan Dimas langsung menangkap tas tersebut. Namun, Ariel segera melompat dan mendaratkan tendangan di perut Dimas. Dimas pun tumbang.

"Kalau kalian tidak mau maju duluan, biar aku saja yang maju!" kata Ariel menantang Kevin dan lainnya.

Kevin dan murid-murid lainnya terlihat cukup terkejut dengan keberanian Ariel. Mereka merasa dilecehkan oleh sikap Ariel yang tidak memedulikan ancaman mereka, dan keberaniannya untuk menyerang Dimas membuat mereka semakin emosi.

Tanpa ragu, Kevin dan beberapa murid pengikutnya langsung menyerang Ariel. Mereka mencoba menyusul aksi brutal Ariel dengan pukulan dan tendangan mereka sendiri. Namun, Ariel memiliki keterampilan bela diri yang cukup baik dan dengan mudah menghindari serangan-serangan mereka.

[Ding!] [Pukulan telah diperkuat] [-5 poin]

[Ding!] [tendangan telah diperkuat] [-5 poin]

[Ding!] [Kelincahan telah ditingkatkan] [-5 poin]

[Ding!] [Kecepatan telah ditingkatkan] [-5 poin]

Ariel melawan dengan kecepatan dan keahlian yang mengejutkan. Dia menendang dan memukul dengan presisi yang meyakinkan, membuat Kevin dan para pengikutnya merasakan rasa sakit hebat.

Setelah dikalahkan dalam pertarungan tersebut, Kevin dan teman-temannya menyadari bahwa mereka telah salah mencari masalah dengan Ariel.

Dengan penuh rasa malu, Kevin dan teman-temannya meminta maaf kepada Ariel, lalu memutuskan untuk tidak mengganggunya lagi.

"Ayo kita pergi," ajak Kevin kepada teman-temannya.

"Hey, apa kalian melupakan sesuatu?" ujar Ariel, membuat Kevin sedikit ketakutan.

"A-apa?" tanya Kevin dengan nada gemetar.

"Dia!" tunjuk Ariel pada Dimas yang masih tergeletak di tanah.

Kevin segera membantu Dimas untuk berdiri dan mengembalikan tas Ariel sebelum akhirnya pergi.

Dari saat kejadian tersebut, Ariel pasti tidak akan pernah dipandang sebelah mata lagi oleh Kevin dan murid-murid lainnya di sekolah.

[Ding!] [Berhasil mengalahkan murid-murid nakal]

[+100 poin] [Total : 900 poin]

"Kamu sungguh liar!" ujar seorang siswi bernama Luna, salah satu dari tujuh gadis tercantik di sekolah.

Ariel hanya berekspresi datar mendengar pujian dari Luna. "Terima kasih, Luna! Aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku tak bisa dianggap remeh. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu kehidupanku lagi," ucapnya dengan tegas.

Setelah Ariel pergi, Luna tampak sangat tertarik dengan dengan sikap Ariel yang tak acuh terhadap pujian tersebut. Dia merasa ada sesuatu yang tak biasa tentang siswa itu. Luna memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang kehidupan Ariel.

"Luna, apa yang membuatmu tertarik dengan Ariel tiba-tiba?" tanya Mei Mei, temannya.

"Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikannya. Sikapnya yang datar saat mendapat pujian dariku, siswi tercantik nomor 2 di sekolah, membuatku penasaran. Aku ingin tahu lebih banyak tentang kehidupannya," jawab Luna dengan semangat.

Mei Mei mengangguk mengerti. "Aku akan mencoba mengumpulkan informasi untukmu. Tapi ingat, Luna, jangan sampai ketertarikanmu ini menyebabkan masalah baru. Kita tidak boleh mengganggu kehidupan pribadi orang lain tanpa alasan."

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Cowok Rese

Cowok Rese

/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-04-12

0

miyamura kun~

miyamura kun~

bukannya tadi Wulan yaa ko bunga si

2024-04-12

0

Sak. Lim

Sak. Lim

oh idioooooot

2024-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!