MENDADAK ISTRI (Istri Berharga Pria Buruk Rupa)
Sebelumnya Author ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya 🙏🙏 Karena harus update ulang cerita ini dari awal. Author mencoba memperbaiki Retensi dengan update rutin sehari sebanyak 3 Bab.
...🌺🌺🌺...
Stella menatap keheningan malam yang gelap dan dingin. Hatinya berdebar-debar dalam ketakutan dan kebingungan. Dia tidak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan berubah sedrastis ini.
Stella terbangun dengan perasaan cemas yang memenuhi setiap serat tubuhnya. Ayah tirinya, orang yang selama ini selalu melindunginya dan bersikap sangat hangat padanya, tiba-tiba berubah drastis. Tidak ada kelembutan dan kasih sayang yang Stella lihat dalam matanya. Stella terus bertanya-tanya, sampai akhirnya dia mengetahui bahwa dirinya telah dijual oleh ayah tirinya sebagai pelunas hutang.
Dan hal tersebut membuat perasaan Stella menjadi sangat hancur. Dia tahu bahwa dia harus menghadapi takdir yang tak terelakkan ini. Cinta dan kasih sayang yang dia miliki untuk ayah tirinya berubah menjadi rasa benci. Mengapa dia harus menjadi korban dari keserakahan dan kekejaman orang lain? Stella tidak tau permainan apalagi yang Tuhan rencanakan untuk dirinya.
Dalam perjalanan menuju rumah baru yang tidak dikenal, Stella merenung tentang masa lalunya yang pahit. Dia teringat bagaimana sang ibu yang begitu membencinya dan menolak mengakui keberadaannya. Dia merasa seperti anak terbuang, terlahir sebagai bukti dari sebuah dosa.
"Nona, kita sudah sampai." Ucap seorang pria yang duduk dibalik kemudi.
Stella melihat keluar mobil. Rumah itu begitu besar, mewah dan memiliki tiga lantai. Belum pernah Stella melihat rumah yang sebenar itu sebelumnya, dan Stella tidak bisa membayangkan sekaya apa pria yang akan menjadi suaminya.
Setibanya di dalam. Dia bertemu dengan Steven, pria yang akan menjadi suaminya. Stella merinding dan sedikit ketakutan melihat rupa pria tersebut, menurut Stella wajah Steven sangat mengerikan, tetapi tatapannya yang terlewat dingin dan tajam menunjukkan bahwa ada lebih dari sekadar penampilannya yang menakutkan.
Stella merasakan aura dingin mengelilingi pria itu, membuat bulu kuduknya berdiri seketika, dia merinding.
Dalam ketegangan yang tak terucapkan, Stella dan Steven saling memandang. Dua takdir yang saling terikat, terjebak dalam pernikahan yang tidak diinginkan.
Bagaimana mereka akan menghadapi cobaan ini? Apakah ada ruang untuk cinta dan kebahagiaan di antara kegelapan yang menyelimuti mereka? Entah, permainan takdir tidak ada yang tau.
Stella merasa hatinya berdebar-debar saat dia dan Steven saling memandang, bukan karena terpesona pada pria itu melainkan karena ketakutan. Dalam keheningan yang tegang, Steven akhirnya memecah kesunyian.
"Jadi, kau barang baru, itu? Ayahmu menjual mu padaku untuk melunasi hutang-hutangnya." ucap Steven dengan nada dingin.
Kalimat itu menusuk langsung ke hatinya. Dia mencoba menahan air mata yang ingin keluar, tetapi dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada Steven.
"Memangnya kenapa jika dia menjual ku padamu? Apa menurutmu aku memiliki pilihan untuk menolaknya?" Ucapnya sambil meremas lengannya sendiri.
Steven menatap Stella dengan tatapan tajam yang membuatnya merinding. Meskipun hanya satu matanya yang menatap, tetapi itu lebih dari cukup untuk membuatnya ketakutan. Ada keangkuhan dan kebencian yang terpancar dari matanya.
"Jangan berpikir bahwa kau akan mendapatkan perlakuan istimewa disini. Kau hanyalah istri yang tidak diinginkan. Jadi jangan harap bisa mendapatkan kasih sayang dariku."
Stella merasa hatinya tercabut mendengar kata-kata tajam dari Steven. Namun, dia memilih untuk tidak terlalu menghiraukannya.
"Aku tidak pernah meminta kasih sayangmu. Aku hanya ingin hidup dengan martabat dan mencari kebahagiaan ku sendiri." ucapnya menimpali.
Steven tersenyum sinis, tatapannya semakin tajam."Martabat? Kau pikir kau masih punya martabat setelah dijual oleh ayahmu? Kau hanyalah seorang penghinaan bagi keluargaku."
Stella merasa sakit mendengar kata-kata itu, tetapi dia tidak ingin menunjukkan kelemahannya pada Steven. Dia mengumpulkan keberanian di dalam dirinya.
Stella mengeplkan tangannya. "Aku mungkin tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi aku yakin bisa mengubah masa depan. Aku akan membuktikan bahwa diriku bisa menjadi lebih dari sekadar penghinaan bagi keluargamu."
Steven terdiam sejenak, tatapannya melunak sedikit. Dia tidak menyangka Stella akan memiliki sikap yang begitu kuat.
"Kau berani bicara begitu padaku? Kau akan melihat betapa dinginnya dunia yang kau masuki ini?" dia berkata dengan nada terlewat datar.
Stella mengangkat dagunya dengan percaya diri."Aku siap menghadapi apapun yang akan datang. Aku tidak akan membiarkan diriku hancur olehmu atau oleh siapapun."
Obrolan mereka berdua berakhir dengan keheningan yang tegang. Stella merasa campuran antara ketakutan dan tekad dalam dirinya. Dia tahu bahwa perjalanan yang sulit menanti di depannya, tetapi dia tidak akan menyerah begitu saja.
"Persiapkan dirimu, besok pagi kita akan menikah!!" ucap Steven dan pergi begitu saja.
... 🌺🌺🌺...
Stella menatap dirinya di cermin. Tubuhnya dalam balutan gaun pengantin mewah yang indah. Namun, wajahnya mencerminkan kesedihan dan keputusasaan. Nasibnya benar-benar buruk.
Sejak kecil, ia telah dibenci oleh ibunya yang tidak pernah menyayanginya. Dan sekarang, ayah tirinya telah menjualnya kepada keluarga kaya untuk melunasi semua hutang-hutangnya.
Stella terpaksa harus menikah dengan pria dingin dan kejam itu, Steven. Steven adalah seorang pria yang memiliki sifat dingin seperti kutub Utara dan juga terkenal kejam serta tidak memiliki belas kasihan pada siapapun mereka yang berani mencari masalah dan gara-gara dengannya. Stella merasa takut dan tidak yakin apakah ia bisa hidup bahagia dengan pria seperti itu?
Namun, di balik semua penderitaan dan kesedihan yang ia rasakan saat ini, Stella memiliki tekad yang kuat. Ia tidak akan membiarkan nasibnya menentukan hidupnya. Dia bertekad untuk mencari kebahagiaan dan kebebasan, meskipun harus melalui segala rintangan yang ada.
Ini hari pernikahan mereka, suasana begitu hening. Stella berjalan menuju altar dengan hati yang berdebar-debar. Pandangan Steven yang dingin membuatnya semakin takut.
Namun, di tengah kegelapan hatinya, Stella berharap ada cahaya kecil yang masih menyala. Cahaya itu adalah harapan bahwa mungkin, di balik sifat buruk Steven, ada kebaikan yang tersembunyi. Meskipun sebenarnya dia tidak yakin.
Tubuh Stella tertarik ke depan dan jatuh ke pelukan Steven. Kemudian pria itu berbisik di telinga kanannya. "Jangan pernah berharap kau bisa mendapatkan kebahagiaan dari pernikahan ini!! Ingat, kau hanya alat untuk melunasi hutang-hutang ayahmu," ucap Steven lalu mendorong Stella menjauh.
Tidak ada tamu undangan, tidak ada hidangan mewah, tidak ada pesta yang meriah, hanya ada mereka berdua. Setelah menyematkan cincin dijari manis Stella, Steven pergi meninggalkannya begitu saja. Baginya, Stella hanyalah sebuah alat, jika bukan karena masalah hutang piutang, dia tidak mungkin menikahi gadis itu.
xxx
Stella berdiri di balkon kamarnya, melihat langit yang gelap. Dia merenung tentang bagaimana hidupnya akan terus berlanjut. Terdengar suara angin yang berdesir-desir di sekitarnya, seolah mengiringi keraguan dan kekhawatirannya.
Stella teringat takdir hidupnya yang penuh dengan penderitaan. Ayah tirinya telah menjualnya sebagai pelunasan hutang, meninggalkannya tanpa pilihan dan terjebak dalam situasi yang sulit.
Ia kemudian dipaksa menikah dengan seorang pria yang cacat dan buruk rupa. Hidupnya berubah drastis sejak itu.
Meskipun hidupnya penuh dengan cobaan, Stella tidak ingin terus menerus meratapi nasibnya. Dia adalah seorang wanita yang kuat dan memiliki tekad yang besar. Stella tahu bahwa masa lalu tidak bisa dia ubah, tetapi masa depan masih ada di tangannya.
Stella memutuskan untuk mencari kebahagiaan dalam keadaan yang sulit. Dia memilih untuk fokus pada hal-hal yang bisa dia kendalikan, seperti sikap dan tindakan yang dia ambil setiap harinya.
Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan masa lalunya menentukan siapa dia sekarang.
Dalam perjalanan hidupnya yang baru, Stella bertekad untuk menciptakan kesempatan dan membangun kehidupan yang lebih baik.
Dia berusaha untuk belajar dan mengembangkan diri, serta mencari peluang-peluang baru yang bisa membantunya meraih impian-impiannya.
Stella tahu bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk dirinya sendiri. Namun, dia percaya bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang penampilan fisik atau keadaan, melainkan tentang kekuatan dalam diri dan kemampuan untuk menciptakan arti dalam hidup.
Stella mengambil napas dalam-dalam, merasakan semangat baru yang menggelora di dalam hatinya. Dia siap untuk menghadapi tantangan dan menjalani hidupnya dengan penuh semangat.
Meskipun langit mungkin gelap saat ini, Stella percaya bahwa di balik awan hitam, ada sinar matahari yang terus bersinar.
Steven mendekati Stella dengan langkah pasti, wajahnya terlihat dingin dan tatapannya tajam. Stella merasakan ketegangan dalam udara saat Steven melemparkan selembar kertas ke hadapannya. Kertas itu berisi persyaratan yang sangat memberatkan bagi Stella.
"Apa ini?"
"Kau bisa membacanya sendiri tanpa harus aku jelaskan!!"
Stella mengambil kertas tersebut dan membacanya dengan hati-hati. Persyaratan tersebut memuat tuntutan yang sulit dipenuhi, termasuk tanggung jawab yang berat dan batasan-batasan yang membatasi kebebasannya. Stella merasa terjebak dalam perangkap yang semakin sempit.
Stella memandang Steven dengan tatapan dingin. Dia mengumpulkan keberanian dan kekuatan dalam dirinya untuk menghadapi situasi ini. Meskipun wajahnya dingin dan tatapannya tajam, Stella tidak ingin membiarkan dirinya diintimidasi.
"Dalam hidup, kita tidak selalu bisa mengontrol apa yang terjadi pada kita, tapi kita bisa mengontrol bagaimana kita meresponsnya," ucap Stella dengan suara yang penuh keyakinan.
Dia menatap Steven dengan tatapan menantang."Aku tidak akan membiarkan persyaratan ini membuatku lemah dan kalah dari takdir kejam yang kalian ciptakan ini!!"
Stella menyadari bahwa dia memiliki pilihan. Meskipun persyaratan tersebut tampak sulit, dia bisa mencari cara untuk memenuhinya dengan cara yang sesuai dengan keinginannya. Dia tidak akan membiarkan batasan-batasan tersebut menghentikannya untuk mencapai impian dan kebahagiaannya.
Stella berkomitmen untuk tetap tegar dan berjuang melawan segala rintangan yang menghadangnya. Dia tahu bahwa hidupnya mungkin tidak sempurna, tapi dia akan terus berusaha menciptakan kehidupan yang layak dan penuh makna.
"Stella, aku harap kau menyadari bahwa aku membeli dirimu dari ayah tirimu untuk melunasi hutang-hutangnya," kata Steven dengan nada tajam dan sinis. "Jadi, jangan berpikir bahwa kau bisa melarikan diri dari tanggung jawabmu padaku. Kau ... Hanyalah boneka murahan yang tidak berharga!" Pupil mata Stella sedikit membulat mendengar kalimat itu. 'Hanya boneka Tidak berharga' hati Stella mencelos mendengarnya.
Stella menatap Steven dengan tatapan penuh ketegasan. "Aku tidak pernah meragukan fakta bahwa kau telah membeliku," jawabnya dengan mantap. "Namun, aku juga tidak akan membiarkan diriku dikekang oleh persyaratan yang tidak masuk akal."
Steven tersenyum sinis. "Oh, kau pikir kau punya pilihan? Aku yang menentukan aturan di sini, Stella," katanya dengan nada merendahkan. "Kau harus memenuhi semua persyaratan ini jika kau ingin hidup dengan nyaman di sini."
Stella menahan amarahnya, tetapi tetap tegar. "Aku tidak akan membiarkan diriku diperlakukan seperti budak," ucapnya dengan suara yang penuh keberanian. "Aku adalah manusia yang memiliki hak dan keinginan sendiri. Aku akan mencari cara untuk memenuhi persyaratan ini tanpa mengorbankan kebebasan dan martabatku."
Steven tertawa sinis. "Kau pikir kau bisa melawanku? Kau hanya seorang wanita lemah yang terjebak dalam situasi ini," katanya dengan nada meremehkan.
Stella menatap Steven dengan tatapan penuh keberanian. "Aku mungkin terlihat lemah dalam fisik, tetapi jangan pernah meremehkan seorang wanita! Aku akan membuktikan padamu, bahwa aku bisa menghadapi segala ketidakadilan yang kau berikan."
Obrolan antara Stella dan Steven berlanjut, dengan Stella menunjukkan ketegasan dan keberanian yang tak tergoyahkan. Meskipun persyaratan yang diberikan oleh Steven sangat memberatkan, Stella bertekad untuk tidak menyerah.
Steven menatap Stella dan menyeringai. "Menarik."
...🌺🌺🌺...
...BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Puspa Trimulyani
persyaratan apa sih kak
2024-04-25
0
Roslina. Rafidzi
aku suka thor wanitanya kuat..
2024-04-02
0
Aulia putri©®
baru pertama ajah udah ketakutan
2024-02-08
1