"Kau bilang apa, dia istrimu?!" pekik Maria terkejut.
"Steven, ini adalah hal besar, kenapa kau tidak membahas masalah ini dengan kami lebih dulu?" seru Zhou Yan dengan suara yang penuh kemarahan. "Kami adalah orang tua mu, kami berhak tahu dan memberikan restu jika kami merasa itu tepat. Mengapa kamu tidak meminta restu dari kami?"
Steven memandang ayahnya dengan pandangan dingin dan tajam. "Aku tidak butuh restu siapapun, termasuk restu darimu!" ucapnya dengan nada tegas. "Ingat posisi kalian di rumah ini dan jangan bermain drama di depanku. Jika kalian tidak suka, silahkan angkat kaki kalian dari sini!"
Kata-kata Steven membuat suasana semakin tegang. Maria menangis, merasa terluka oleh sikap putranya yang dingin dan tidak peduli. Zhou Yan merasa marah dan kecewa atas sikap Steven yang tidak menghormati mereka sebagai orang tua.
"Dalam hidup ini, ada hal-hal yang lebih penting daripada posisi dan kekuasaan," kata Zhou Yan dengan suara yang penuh penyesalan. "Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Steven. Kami ingin melihatmu bahagia dan sukses. Tapi kamu tidak bisa memahami itu."
Maria mencoba menahan tangisnya. "Kami mencintaimu, Steven. Kami hanya ingin berada di sisi mu dan mendukungmu. Tapi kamu memilih untuk menjauhkan kami."
Steven menatap mereka dengan tatapan dingin. "Kalian tidak mengerti apa-apa. Kalian tidak pernah memahami apa yang aku inginkan. Aku tidak butuh kalian di sini. Jika kalian tidak bisa menerima keputusanku, maka pergilah!"
Maria dan Zhou Yan terdiam oleh kata-kata yang keluar dari mulut Steven yang tajam. Dan konflik diantara mereka dimulai sejak ibu kandung Steven meninggal kemudian ayahnya menikah lagi dengan Maria.
Zhou Yan menatap putranya dengan sedih. Dalam keheningan yang mencekam, mereka menyadari bahwa hubungan mereka telah retak.
Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi mereka tahu bahwa perlu waktu untuk menyembuhkan luka dan memperbaiki hubungan yang rusak itu.
Lalu pandangan Steven bergulir pada Stella, membuat Stella merasa terintimidasi melihat tatapan suaminya yang dingin dan tajam itu.l.
"Stella, kau adalah istriku dan artinya kau adalah Nyonya besar di rumah ini," ujar Steven dengan suara yang dingin dan tegas. "Jangan sampai kau mempermalukan ku dengan membiarkan dirimu ditindas oleh orang lain!"
Stella merasa tegang saat melihat tatapan mengintimidasi dari Steven. Tatapannya begitu tajam dan penuh dengan kekuasaan yang menakutkan. Stella merasa seperti sedang berhadapan dengan seorang iblis.
Dia menelan ludah dengan tegang, mencoba mengatasi perasaan takut yang muncul. Tatapan tajam Steven membuatnya merasa terancam dan cemas. Stella berusaha untuk tetap tenang dan tidak menunjukkan ketakutannya.
Stella memejamkan matanya sejenak, mencoba mengendalikan emosinya. Dia menghela napas dalam-dalam dan mencoba untuk kembali tenang.
Dalam usaha untuk menjaga sikapnya tetap normal, dia berkata dengan suara yang tenang, "Oh, itu artinya kau memberikan sebuah kekuasaan penuh padaku? Dan dengan senang hati aku menerimanya."
Meskipun Stella mencoba untuk bersikap normal, dalam hatinya masih terdapat kecemasan. Stella membuka matanya dan menatap Steven dengan penuh harapan.
Maria menggeleng dengan tegas, ekspresi wajahnya penuh dengan kekecewaan dan kemarahan. "Steven, kau jangan bersikap keterlaluan!! Kenapa kau malah menunjuk orang asing sebagai Nyonya di rumah ini?!"
Emosi Maria terlihat jelas dalam suaranya yang meninggi. Dia merasa terhina dan tidak bisa menerima keputusan Steven untuk memberikan kekuasaan pada orang asing tanpa melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan.
Steven menjawab dengan nada yang tajam dan keras, "Seperti yang aku katakan sebelumnya, jika kau tidak terima, silahkan pergi!!"
Kata-kata tersebut menggambarkan sikap keras kepala dan ketegasan Steven dalam mempertahankan keputusannya. Dia tidak ingin mendengar pendapat atau keberatan dari orang lain, termasuk dari ibunya sendiri.
Maria merasa terpukul oleh sikap putra angkatnya yang dingin dan tidak peduli. Dia adalah Nyonya di rumah ini, tetapi Steven malah menyerahkan posisi itu pada orang lain yang tidak diketahui asal usulnya.
Steven bangkit dari kursinya dengan sikap yang dingin dan datar. "Aku kehilangan selera. Temani aku sarapan diluar," ucapnya tanpa ekspresi emosi yang jelas. Dia mengajak Stella untuk sarapan di luar. Gadis itu tidak memberikan respon apapun. Dia hanya menganggukkan kepala menerima ajakan Stevan.
Stella baru saja menemukan sebuah fakta bahwa Steven dan keluarganya memiliki masalah yang sangat pelik. Mereka hidup dalam kekayaan dan kemewahan, tetapi kebahagiaan dan kedamaian tidak ada di antara mereka.
Dan dia merasa terjebak dalam lingkaran kehidupan yang penuh dengan kepalsuan dan ketidakbahagiaan.
...🌺🌺🌺...
Steven menghentikan mobilnya di depan restoran mewah yang terletak di pusat kota Beijing. Suasana restoran begitu elegan dengan dekorasi yang indah dan pelayanan yang ramah.
Saat Steven turun dari mobil, Stella mengikutinya dengan langkah yang anggun. Mereka berdua terlihat begitu memesona dan menarik perhatian semua orang di sekitar. Meskipun sisi wajah kanan Stevan tertutup perban, namun hal tersebut tidak bisa mengurangi pesona yang dia miliki.
Mereka berjalan masuk ke dalam restoran dengan percaya diri. Steven memimpin Stella menuju meja yang telah dipesan sebelumnya. Mereka duduk bersebelahan dan segera memesan hidangan favorit mereka.
Sambil menunggu hidangan mereka datang, Steven dan Stella saling diam tanpa ada perbincangan diantara mereka berdua.
Keheningan yang menyelimuti kebersamaan mereka berdua membuat Stella merasa tidak nyaman. Dia merasa bahwa suasana seperti ini tidak sesuai dengan kepribadiannya yang sebenarnya tidak bisa diam.
Namun, Stella tidak berani membuka suara terlebih dahulu karena takut dengan tanggapan dingin dari Steven.
Stella merasa takut dengan sikap dingin dan kejam yang pernah ditunjukkan oleh pria itu sebelumnya. Dia tidak ingin menghadapi kemarahan atau kritik yang mungkin akan dia terima jika dia mengungkapkan ketidaknyamanannya.
"Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu?" pertanyaan itu mengakhiri keheningan diantara mereka berdua.
Stella mengangkat wajahnya dengan hati-hati, membuat pandangan mereka bertemu. Saat tatapan mereka saling terkunci, Stella merasakan ketajaman dalam tatapan dingin Steven. Untuk sesaat, Stella melupakan caranya bernafas karena terpesona oleh intensitas tatapan itu.
Tatapan Steven terlihat begitu tajam dan penuh dengan emosi yang sulit untuk ditafsirkan. Stella merasa tegang dan tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya. Namun, dia tetap mempertahankan keberanian dan ketegasan dalam pandangannya.
Saat itu, Stella merasa seperti waktu berhenti sejenak. Mereka berdua terjebak dalam momen yang penuh ketegangan dan ketidakpastian. Stella berharap bahwa tatapan mereka akan membuka jalan untuk komunikasi yang diantara mereka.
"Aku ingin pindah dari restoran ini! Aku ingin makan di tempat lain," ucap Stella berusaha setenang mungkin.
"Dimana?" Steven memicingkan mata kirinya dan menatap Stella penasaran.
"Yang jelas ditempat yang jauh lebih menyenangkan dari restoran orang kaya ini. Dan aku jamin kau akan menyukainya, kau juga akan menemukan sesuatu yang baru dalam hidupmu!!" ujar Stella.
"Kau membuatku penasaran. Kita pergi sekarang,"
Stella tersenyum lebar. "Dengan senang hati."
...🌺🌺🌺...
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nani Naya
yes, mulai cair deh si kutub😃 semangat Stella 💪
2024-02-04
1
Bu Kus
ayo Stella pasti kamu bisa luluh kan hati Steven
2024-02-02
1