BAB 3: Dia Adalah Istriku

Stella memandang kosong ke luar, matanya penuh dengan kelelahan dan kekhawatiran. Meskipun langit masih gelap, dia sudah terbangun sepanjang malam.

Pikiran tentang kehidupannya ke depan terus menghantuinya, terutama tentang tinggal dan hidup dengan pria yang dia anggap kejam dan tidak berperasaan seperti Steven.

Stella merasa bahwa hidup di bawah atap yang sama dengan Steven memberikan tantangan yang sulit baginya.

Dia merasa terjebak dalam situasi yang tidak menyenangkan dan merasa terisolasi dalam pernikahan yang tidak memberikan kebahagiaan dan kedamaian yang dia harapkan.

Pikiran-pikiran tentang masa depannya memenuhi pikiran Stella. Dia bertanya-tanya apakah ada jalan keluar dari situasi ini, apakah ada harapan untuk perubahan atau kebahagiaan yang lebih baik.

Dia merasa terjebak dalam perasaan putus asa dan kebingungan, mencari solusi yang tepat untuk kehidupannya.

"Jangan kasih ampun, langsung habisi saja sampah tidak berguna seperti mereka!!"

Stella merasa terkejut dan terkejut mendengar kalimat tersebut. Tubuhnya merinding dan bulu kuduknya berdiri tegak.

Dengan perlahan, dia menoleh ke arah kanannya dan melihat Steven berdiri di sana dengan posisi memunggungi. Tidak terlihat seperti ekspresi di wajahnya, hanya punggung lebar yang tersembunyi di balik singlet hitamnya.

Stella merasa ketakutan dan tidak yakin bagaimana harus merespons situasi ini. Kalimat yang diucapkan oleh Steven terdengar sangat keras dan kejam. Dia merasa bahwa kata-kata tersebut tidak hanya ditujukan pada orang lain, tetapi juga pada dirinya sendiri.

Pandangan Stella terpaku pada punggung Steven, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Dia merasa terisolasi dan takut dalam pernikahannya, dan kalimat tersebut hanya memperkuat perasaan tersebut.

Steven berbalik badan dan tatapan mereka bertemu, membuat Stella merasa tegang. Tubuhnya terasa kaku saat melihat tatapan dingin dari suaminya. Dia merasa ketakutan dan tidak yakin bagaimana harus merespons.

"Apa yang kau lakukan di sana? Apa kau menguping pembicaraanku?" tanya Steven dengan nada tajam.

Pertanyaan itu membuat Stella terpaku, tidak tahu apa yang harus dia jawab. Dia merasa seperti dalam situasi yang sulit dan terjebak antara ketakutan dan kebingungan.

Stella mencoba mengumpulkan keberanian untuk menjawab. Dengan suara yang gemetar, dia berkata, "Tidak!! Lagipula aku tidak memiliki alasan untuk menguping apa yang kau bicarakan. Toh, itu juga tidak menguntungkan diriku." Jawab Stella.

Steven tidak memberikan respons langsung. Tatapannya masih dingin dan tajam, membuat Stella merasa semakin tidak nyaman. Dia merasa seperti berada di bawah tekanan dan tidak tahu bagaimana menyelesaikan situasi ini dengan baik.

Setelah tatapan dingin dari Steven, dia meninggalkan balkon dan kembali ke kamarnya tanpa berkata-kata. Stella membiarkannya pergi, tanpa merasa terpengaruh oleh kepergiannya.

Dia memilih untuk tetap dalam posisinya, memfokuskan perhatiannya pada pemandangan bintang fajar yang muncul di ufuk timur.

Melihat bintang fajar memberikan Stella perasaan ketenangan dan harapan. Dia merasa bahwa meskipun ada ketegangan dan konflik dalam pernikahannya, masih ada keindahan dan harapan di dunia di sekitarnya.

Stella mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. Dia menyadari bahwa situasi pernikahannya membutuhkan waktu dan pemikiran yang lebih dalam untuk diselesaikan.

Melihat bintang fajar mengingatkannya bahwa setiap hari adalah kesempatan baru untuk mencari kebahagiaan dan memperbaiki hubungan yang ada.

Stella memutuskan untuk mengambil waktu untuk merenung dan memikirkan langkah-langkah yang tepat untuk dirinya sendiri. Dia menyadari bahwa dia memiliki hak untuk hidup dalam hubungan yang sehat dan bahagia.

...🌺🌺🌺...

Suasana di meja makan terasa tegang, keheningan menyelimuti kebersamaan antara Steven dan beberapa orang yang ada di sana. Suasana tegang ini terputus ketika salah satu orang akhirnya membuka suara.

"Steven, kenapa kau memecat Andrew dari posisi manajer dan menurunkan posisinya sebagai OB?" tanya Tuan Zhou, ayah Steven, dengan nada serius dan tegas.

"Untuk apa mempertahankan sampah tidak berguna sepertinya!" jawab Steven dengan nada sinis, yang membuat Tuan Zhou terpaku.

Tatapan Steven yang penuh sinisme mencerminkan ketidakpuasannya dan sikap kerasnya terhadap Andrew.

Tuan Zhou merasa terkejut dan kecewa dengan sikap putranya. Dia tidak mengharapkan Steven untuk merendahkan atau menyebut Andrew sebagai 'sampah tidak berguna' Tatapan sinis dari Steven membuatnya menyadari bahwa ada kesenjangan dalam pemahaman dan nilai-nilai mereka.

Dalam keheningan yang tegang, Tuan Zhou mencoba mengendalikan emosinya dan dengan suara tenang, dia berkata,

"Steven, sebagai seorang pemimpin, penting bagi kita untuk memperlakukan setiap individu dengan hormat dan penghargaan. Kata-kata yang kau gunakan tidak pantas dan tidak mencerminkan sikap yang baik."

"Aku adalah pemimpinnya, jadi aku yang berhak mengambil keputusan di sini!!" ujar Steven dengan nada tegas, menunjukkan keyakinannya sebagai pemimpin dalam situasi tersebut. Tatapan dan sikapnya menegaskan bahwa dia merasa memiliki wewenang penuh untuk mengambil keputusan.

Tuan Zhou tetap terpaku dengan pernyataan Steven. Dia merenung sejenak, mencoba memahami sudut pandang putranya.

Namun, dia juga merasa perlu mengingatkan Steven tentang pentingnya mempertimbangkan pendapat dan masukan dari orang-orang di sekitarnya, terutama dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi banyak orang.

"Dalam peran sebagai pemimpin, Steven, memang ada tanggung jawab besar untuk mengambil keputusan yang tepat. Namun, penting juga untuk mendengarkan dan mempertimbangkan masukan dari orang-orang yang berada di sekitarmu. Keputusan yang baik sering kali melibatkan kolaborasi dan kerjasama," kata Tuan Zhou dengan suara yang tenang namun tegas.

"Cukup! Jangan mengaturku apalagi berusaha ikut campur!!" ujar Steven dengan nada tajam yang penuh sinisme.

Tatapan matanya mencerminkan kebencian yang mendalam saat dia memandang ayahnya. Tuan Zhou merasa terpukul dengan kata-kata dan sikap putranya.

Dia merasakan jarak yang semakin besar dalam hubungan mereka dan melihat kebencian yang terpancar dari mata Steven. Perasaan sedih dan kecewa melintas di hati Tuan Zhou.

Dalam keheningan yang tegang, Tuan Zhou mencoba menenangkan dirinya dan mengendalikan emosinya.

"Demi kebaikan kita semua, Steven, penting bagi kita untuk mencari cara untuk berkomunikasi dengan baik dan saling mendengarkan. Papa ,ingin membantu dan mendukungmu, tapi aku juga perlu melihat sikap yang saling menghormati," kata Tuan Zhou dengan suara yang tenang namun penuh dengan kepedulian.

Steven tidak merespon, kebencian dalam pandangannya tidak hilang. Dia merasa terjebak dalam emosinya sendiri dan sulit untuk membuka diri terhadap ayahnya.

Tuan Zhou menyadari bahwa perlu waktu dan usaha lebih untuk memperbaiki hubungan mereka. Dia berharap bahwa suatu hari nanti, Steven akan mampu melihat melampaui kebencian dan menemukan jalan untuk memperbaiki hubungan mereka sebagai ayah dan anak.

Steven menoleh pada pelayan yang berdiri di belakangnya. Dengan nada tegas, dia meminta pelayan untuk memanggil Stella.

"Panggil dia kemari, dan katakan padanya jika aku sudah menunggunya di meja makan," ujar Steven kepada pelayan.

Pelayan mengangguk dan dengan cepat pergi untuk mencari Stella. "Baik, Tuan Muda,"

Tidak lama kemudian, Stella datang dan menghampiri Steven. Dia berdiri di sampingnya, menunggu instruksi selanjutnya.

"Duduklah, kita sarapan bersama," pinta Steven dengan nada bicaranya yang dingin. Stella mengangguk dan duduk di kursi yang tersedia di sebelah Steven.

Kehadiran Stella menimbulkan kebingungan di benak mereka bertiga. Maria, istri muda Tuan Zhou, merasa bingung dan penasaran dengan siapa Stella sebenarnya.

"Steven, siapa dia? Kenapa kau membawa masuk orang asing kemari?" tanya Maria dengan rasa ingin tahu yang tinggi.

Steven menatap Maria dengan ekspresi dingin dan datar. "Jangan menyebutnya orang asing, sementara posisi kalian sama. Dia adalah istriku, dan aku ingin kalian menghormatinya!" ucap Steven dengan tegas, menegaskan bahwa Stella adalah bagian dari keluarganya sekarang.

Maria dan Tuan Zhou saling pandang, masih terkejut dengan pengungkapan Steven. Mereka mencoba memproses informasi yang baru saja mereka dengar.

Stella merasa sedikit canggung dengan situasi ini, tetapi dia berusaha untuk tetap tenang. Dan pupil mata mereka bertiga membulat sempurna setelah mendengar apa yang Steven katakan. "Apa kau bilang, istri?!"

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-02-01

0

Bu Kus

Bu Kus

jangan terlalu kejam Steven nanti malah bucin lho

2024-02-01

2

Nurr Amirr🥰💞

Nurr Amirr🥰💞

Wkwkwk gangsimu tinggi banget Steven... Ngaku isteri tp d layan kayak musuh... Emang Stela salah apa sama kamu mikir dong.... Yg salah siapa yg d hukum siapa... Semangat Stela d lawan aje suami yg kayak kurang kasih sayang😜😜😜😜...

2024-02-01

3

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Hanya Istri Yang Tidak Diinginkan
2 BAB 2: Aku Tidak Takut Padamu!!
3 BAB 3: Dia Adalah Istriku
4 BAB 4: Dengan Senang Hati
5 BAB 5: Sisi Lain Steven
6 BAB 6: Mimpi Buruk
7 BAB 7: Menikmati Malam
8 BAB 8: Bukan Wanita Bodoh
9 BAB 9: Pameran Lukisan
10 BAB 10: Nyeri Datang Bulan
11 BAB 11: Perdebatan Stella Dan Maria
12 BAB 12: Dia ... Melindungiku
13 BAB 13: Jangan Aneh-Aneh
14 BAB 14: Wajah Dibalik Bekas Luka
15 BAB 15: Kekejaman Steven
16 BAB 16: Masa Lalu Pahit Dan Menyakitkan
17 Bab 17: Ciuman Pertama Stella
18 Bab 18: Karena ... Kau Istiku
19 Bab 19: Dia Adalah Berlian
20 Bab 20: Masa Lalu Pahit Stella
21 Bab 21: Curahan Hati Stella
22 Bab 22: Kau Memiliki Aku
23 Bab 23: Membunuhh Mu
24 Bab 24: Tidak Mungkin
25 Bab 25: Kebenaran
26 Bab 26: Kenapa Kau Gugup
27 Bab 27: Hukuman Pembuatan Onar
28 Bab 28: Malam Pertamaa
29 Bab 29: Karena Ada Dirimu
30 Bab 30: Hidupku Hancur Karena Mu!!
31 Bab 31: Pelajaran Untuk Amanda
32 Bab 32: Mencari Jejak
33 Bab 33: Berhenti Bergosip
34 Bab 34: Kesepian
35 Bab 35: Depresi Dan Trauma
36 Bab 36: Akhir Hiidup Peter
37 Bab 37: Kemarahan Dante
38 Bab 38: Pertemuan Stella Dan Sandra
39 Bab 39: Ancaman Nathan
40 Bab 40: Temukan Anak Itu!
41 Bab 41: Tidak Bisa Meninggalkanmu Sendirian
42 Bab 42: Kekaguman Stella
43 Bab 43: Roma, Italia
44 Bab 44: Mencemaskan Stella
45 Bab 45: Cinta Tidak Perlu Kata-Kata
46 Bab 46: Takdir Tidak Pernah Salah
47 Bab 47: Nathan Terpukau
48 Bab 48: Parfum
49 Bab 49: Cinta Tanpa Kata-Kata
50 Bab 50: Aku Menolak!!
51 Bab 51: Cemas Dan Gugup
52 Bab 52: Tes DNA
53 Bab 53: Positif
54 Bab 54: Masih Tidak Percaya.
55 Bab 55: Stella Benar-Benar Mengagumkan
56 Bab 56: Cincin Turun Temurun
57 Bab 57: Nathan Kesal
58 Bab 58: Demi Keamanan Stella
59 Bab 59: Kembali Ke China
60 Bab 60: Mungkin Dia Lelah
61 Bab 61: Pemindahan Aset Nathan
62 Bab 62: Rencana Busukk Maria
63 Bab 63:Selalu Nyaman
64 Bab 64: Harus Melindungi Stella
65 Bab 65: Selamat Ulang Tahun Stella
66 Bab 66: Mama, Aku Merindukanmu
67 Bab 67: Pertemuan Antar Mafiaa
68 Bab 68: Bisakah Kau Memelukku
69 Bab 69: Kekacauan Di Toko Bunga Stella
70 Bab 70: Suruhan Amanda
71 Bab 71: Pelelangan
72 Bab 72: Angel Heart
73 Bab 73: Kembali Ke Pemilik Aslinya.
74 Bab 74: Nathan Terluka
75 Bab 75: Hukuman Untuk Amanda
76 Bab 76: Rencana Maria Dan James
77 Bab 77: Tetap Saja Lemah
78 Bab 78: Hukuman Untuk Maria.
79 Bab 79: Hidup Dengan Tenang
80 Bab 80: Akhir Yang Sempurna
Episodes

Updated 80 Episodes

1
BAB 1: Hanya Istri Yang Tidak Diinginkan
2
BAB 2: Aku Tidak Takut Padamu!!
3
BAB 3: Dia Adalah Istriku
4
BAB 4: Dengan Senang Hati
5
BAB 5: Sisi Lain Steven
6
BAB 6: Mimpi Buruk
7
BAB 7: Menikmati Malam
8
BAB 8: Bukan Wanita Bodoh
9
BAB 9: Pameran Lukisan
10
BAB 10: Nyeri Datang Bulan
11
BAB 11: Perdebatan Stella Dan Maria
12
BAB 12: Dia ... Melindungiku
13
BAB 13: Jangan Aneh-Aneh
14
BAB 14: Wajah Dibalik Bekas Luka
15
BAB 15: Kekejaman Steven
16
BAB 16: Masa Lalu Pahit Dan Menyakitkan
17
Bab 17: Ciuman Pertama Stella
18
Bab 18: Karena ... Kau Istiku
19
Bab 19: Dia Adalah Berlian
20
Bab 20: Masa Lalu Pahit Stella
21
Bab 21: Curahan Hati Stella
22
Bab 22: Kau Memiliki Aku
23
Bab 23: Membunuhh Mu
24
Bab 24: Tidak Mungkin
25
Bab 25: Kebenaran
26
Bab 26: Kenapa Kau Gugup
27
Bab 27: Hukuman Pembuatan Onar
28
Bab 28: Malam Pertamaa
29
Bab 29: Karena Ada Dirimu
30
Bab 30: Hidupku Hancur Karena Mu!!
31
Bab 31: Pelajaran Untuk Amanda
32
Bab 32: Mencari Jejak
33
Bab 33: Berhenti Bergosip
34
Bab 34: Kesepian
35
Bab 35: Depresi Dan Trauma
36
Bab 36: Akhir Hiidup Peter
37
Bab 37: Kemarahan Dante
38
Bab 38: Pertemuan Stella Dan Sandra
39
Bab 39: Ancaman Nathan
40
Bab 40: Temukan Anak Itu!
41
Bab 41: Tidak Bisa Meninggalkanmu Sendirian
42
Bab 42: Kekaguman Stella
43
Bab 43: Roma, Italia
44
Bab 44: Mencemaskan Stella
45
Bab 45: Cinta Tidak Perlu Kata-Kata
46
Bab 46: Takdir Tidak Pernah Salah
47
Bab 47: Nathan Terpukau
48
Bab 48: Parfum
49
Bab 49: Cinta Tanpa Kata-Kata
50
Bab 50: Aku Menolak!!
51
Bab 51: Cemas Dan Gugup
52
Bab 52: Tes DNA
53
Bab 53: Positif
54
Bab 54: Masih Tidak Percaya.
55
Bab 55: Stella Benar-Benar Mengagumkan
56
Bab 56: Cincin Turun Temurun
57
Bab 57: Nathan Kesal
58
Bab 58: Demi Keamanan Stella
59
Bab 59: Kembali Ke China
60
Bab 60: Mungkin Dia Lelah
61
Bab 61: Pemindahan Aset Nathan
62
Bab 62: Rencana Busukk Maria
63
Bab 63:Selalu Nyaman
64
Bab 64: Harus Melindungi Stella
65
Bab 65: Selamat Ulang Tahun Stella
66
Bab 66: Mama, Aku Merindukanmu
67
Bab 67: Pertemuan Antar Mafiaa
68
Bab 68: Bisakah Kau Memelukku
69
Bab 69: Kekacauan Di Toko Bunga Stella
70
Bab 70: Suruhan Amanda
71
Bab 71: Pelelangan
72
Bab 72: Angel Heart
73
Bab 73: Kembali Ke Pemilik Aslinya.
74
Bab 74: Nathan Terluka
75
Bab 75: Hukuman Untuk Amanda
76
Bab 76: Rencana Maria Dan James
77
Bab 77: Tetap Saja Lemah
78
Bab 78: Hukuman Untuk Maria.
79
Bab 79: Hidup Dengan Tenang
80
Bab 80: Akhir Yang Sempurna

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!