"Lihat aku! Lihat aku, Arumi!" teriak Abraham penuh emosi, menangkup wajah Arumi kasar.
"Ma ... Ma-Mas, tolong lepas, sa-sakit Mas," pinta Arumi meringis menahan sakit.
"Sakit? Sakit, kamu bilang?" tanya Abraham tidak sabar masih menangkup wajah Arumi hingga bibirnya mengerucut ke depan.
Namun, tidak lama Abraham menghempas wajah Arumi kasar. "Argh ... perjanjian gila!" teriak Abraham emosi.
"Ganti baju kamu, atau ...." Abraham mendekati wajah Arumi, menilik wajah memerah di depannya.
"Ba-baik, tolong Mas, berbalik dan menjauh dari wajah Arumi," pinta Arumi takut memilih menunduk menghindari tatapan suaminya.
"Mendengar penolakan Arumi, Abraham kini tersenyum ada hasrat yang tiba-tiba membuncah dalam batinnya.
'Aku tidak akan salah melanggar janji ini. Dia istriku,' batin Abraham bergolak.
"Kamu istriku Arumi, tidak pantas kamu berbuat seperti itu," tegur Abraham pelan, berusaha menahan emosinya.
"Ta-tapi ...." Arumi memutus ucapannya sepihak, menahan tangan Abraham yang kini mulai meraba tubuhnya.
Arumi tidak mengira jika Abraham akan menyentuhnya setelah melakukan perbuatan tidak pantas bersama Wanda bahkan di depan matanya. "Lepas Mas, Arumi belum siap!" teriak Arumi menepis tangan Abraham, mendorong tubuh Abraham menjauh darinya.
Arumi memilih turun dari ranjang, mengangkat kain yang di gunakan agar bisa melarikan diri dari Abraham. Akan tetapi, langkah Arumi terhenti di depan pintu, berulang kali dirinya berusaha menarik gagang pintu tetapi hasilnya tetap nihil, pintu terkunci rapat.
"Tolong!" teriak Arumi menggedor pintu kamar, berharap Wanda atau siapa pun mau membantunya.
Abraham berjalan makin mendekat, bisa Arumi lihat jika saat ini ada kemarahan dari wajah Abraham. "Mau lari ke mana Arumi? Ini rumahku, kamarku, akulah penguasa di rumah ini, semua tunduk pada peraturan yang aku buat, sementara kamu ...." Abraham menarik tubuh Arumi mendekat, merobek kain panjang yang di gunakannya dengan kasar.
"Andai kamu menuruti perintahku sejak tadi, pasti hal ini tidak akan pernah terjadi," serunya emosi, kini merobek baju kebaya yang Arumi gunakan.
"Ternyata, di balik baju ini ... " Abraham menghentikan ucapannya, bibirnya tersenyum puas melihat tubuh Arumi, "tidak sia-sia aku memberimu mahar mahal," ucapnya puas dengan napas memburu.
"Cantik, kulitmu putih bersih dan satu hal ada yang harus aku yakinkan, apa? Kamu masih pexxxxn?" tanya Abraham merendahkan Arumi.
Mendengar pertanyaan Abraham, Arumi sontak menampar Abraham. "A-aku memang gadis sederhana, tetapi aku tidak akan membiarkan kamu menyentuhku, meskipun kamu suami yang beberapa jam lalu mengesahkan aku, ceraikan aku, aku jijik, aku tidak sudi dan hilang rasa simpatiku padamu, ceraikan aku!" teriak Arumi emosi meluapkan kekecewaan dan penyesalan yang sejak tadi dia tahan.
Namun, semua teriakan Arumi berbalas dengan tamparan Abraham, menyeret tubuh Arumi, mencampakkannya di ranjang kasar, mengoyak sisa pakaian yang masih menempel di tubuh Arumi. "Tidak ada perceraian, tugasmu adalah melayaniku, seperti Wanda melayaniku, kamu paham dan camkan itu!" tegas Abraham kasar.
"Tolong, lepaskan aku, aku akan meminta Ibu mengembalikan mahar yang Mas berikan," ibanya lirih.
"Aku tidak akan melepas wanita yang ada di dalam genggamanku, Arumi ...."Abraham mencium Arumi paksa.
"Argh ...." Abraham medengus kesal memegang bibirnya yang sakit, karena gigitan Arumi.
"Ash, kamu!" sergah Adam, semakin melancarkan serangan pada Arumi.
Arumi yang merasa jijik dengan perbuatan Abraham, memberontak, memukul bahkan menendang tubuh Abraham, tetapi semua perlawanan Arumi tidak sebanding dengan tenaga Abraham, laki-laki dewasa yang tengah di butakan oleh hasrat. Abraham dengan tubuh tegap, berisi kini sudah menggulung tubuh Arumi dengan hasrat yang membuncah, bagaikan ombak menerjang, menyapu tubuh Arumi layaknya jalang, tanpa memperdulikan teriakan, rintihan bahkan tangis Arumi hingga badai itu mereda dan surut.
"Ternyata, ucapan kamu benar Arumi, terima kasih," Abraham mengecup bibir Arumi, mengangkat tubuhnya dari penyatuan di lakukannya secara paksa, meninggalkan tubuh Arumi yang polos begitu saja di ranjang.
"Aku, tidak perduli dengan janjimu Wanda, dia istriku dan aku berhak untuk itu." Abraham tersenyum sinis, mengenakan kaos dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Keluar dari kamar mandi Abraham tersenyum, melihat Arumi tidak berdaya dengan tubuh polosnya. Abraham tanpa berbicara langsung menuju ranjang, meraih tubuh Arumi dalam pelukannya. "Maaf, Arumi. Andaikan kamu menuruti perintahku, pasti aku akan memperlakukan kamu dengan lembut, tetapi aku suka," Abraham mengikis netra Arumi yang mengembun, Arumi hanya bisa terdiam, harapannya sudah pupus, saat suaminya sendiri menganggapnya jalang dan memperlakukannya layaknya lacur.
"Arumi," panggil Abraham, menilik wajah Arumi, "kamu tertidur?" tanya Abraham tanpa merasa bersalah.
Arumi tidak menjawab saat ini dirinya sudah pasrah, menyerah dengan apa yang terjadi. "Bangun Arumi ...."Adam mengguncang tubuh Arumi yang ada dalam dekapannya.
"Arumi, kamu wangi dan aroma tubuhmu, tidak seperti Wanda ataupun beberapa wanita yang pernah bersamaku," bisik Abraham tanpa ada respon dari Arumi, membuat Abraham kembali terpacu dan untuk kedua kalinya Abraham menggulung Arumi dalam deburan ombak hasrat.
Kali ini Arumi memilih untuk menahan semua perlakuan suaminya. Hatinya telah mati, malam pertama yang diimpikannya akan menjadi kenangan terindah malah berbanding terbalik dengan kenyataan yang di terimanya, suaminya menjamahnya setelah menjamah wanita lain lebih dulu. Netranya terus mengembun menahan sakit dalam jiwanya, dirinya benar-benar lacur yang di beli secara sah oleh suaminya.
Pergulatan hasrat suaminya terhenti saat matahari mulai terbit di ufuk timur, dirinya benar-benar lelah, netranya meredup bersama angin pagi yang menusuk tulang, entah seperti apa kondisi tubuhnya saat ini, jiwanya hilang melayang menuju ketenangan sesaat sebelum dirinya terusik kembali oleh hasrat suaminya.
'Apa? Aku akan mati? Dia suami yang mengesahkan aku, tetapi kenapa dia tega berlaku seperti ini padaku? Ibu ... lihat anakmu ini.' Batin Arumi menjerit sebelum jiwanya benar-benar hilang untuk beberapa jam kemudian.
Arumi menggeliat, merenggangkan tubuhnya sejenak. "Apa? Aku bermimpi?" tanya Arumi saat merasakan hangat di sekujur tubuhnya, perlahan netranya terbuka menilik seluruh ruangan kamar di mana dia berbaring.
Arumi menutup netranya untuk beberapa detik sebelum kembali membuka lebar matanya, menatap siluet tubuh yang berdiri di depannya, wajah ini tersenyum hangat ke arahnya. "Kamu sudah bangun?" tanyanya pelan dan terkesan sabar, meskipun netranya terlihat tajam cepat berubah sendu.
Arumi hanya meringis, menahan rasa yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya, meraba bibirnya yang terasa nyeri. Arumi perlahan bangkit dari tidurnya, tubuhnya terasa remuk dan tidak nyaman. "A-apa? Ada, baju yang layak untuk aku pakai?" tanya Arumi pelan meringis menahan sakit di tubuhnya.
Abraham hanya tersenyum melihat sikap Arumi, mengulurkan baju berwarna merah marun padanya. "Pakai ini," titah Abraham mengulurkan baju padanya.
Arumi kembali terlonjak. "Ba-baju, ini?" tanya Arumi lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Utayiresna🌷
Cium😘🤣🤣
2024-02-21
1
Utayiresna🌷
Arumi: Ini kan aku sudah lihat (Melototkan mata sampai mau keluar)🤣🤣🤣🤣🤣
2024-02-21
2