Bab 4. Siapa wanita ini

Arumi langsung menutup mulutnya rapat, menyembunyikan suara yang hampir lolos dari mulutnya begitu saja, netranya masih menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Namun, di balik semua rasa terkejut yang Arumi rasakan, dia bisa melihat siluet tubuh suaminya yang terlonjak untuk beberapa detik, tetapi tidak lama kemudian bibirnya tersenyum, menyambut tangan wanita yang tengah memeluknya mesra.

"Kamu datang Wanda," suara Abraham berat melerai tangan Wanda dan tidak lama membalik tubuhnya, menatap siluet wajah yang bersembunyi dalam keremangan.

"Ya. Aku datang Abra, bagaimana acaranya? Lalu di mana wanita itu?" tanya Wanda samar bisa Arumi dengar, bahkan Arumi melihat jika wanita yang berada di depan suaminya menilik seluruh ruangan di mana dia berdiri.

"Apa? Yang kamu cari, biarkan dia," ujar Abraham pelan dengan suara serak, "akhirnya kamu menetapi janjimu Wanda," tegas Abraham melirik ke arah Arumi yang berdiri membeku di ruang tamu, jelas jika bibir Abraham tersenyum puas melihat reaksinya.

Wanda hanya tersenyum melihat ke arah Arumi dengan tatapan sendu, tetapi tidak lama netranya berubah menjadi liar dan mengedipkan mata ke arah Arumi. "Aku tidak akan mengingkari janji Abraham asal ...." Wanda mendekat dan membisikkan sesuatu ke telinga Abraham, kemudian melihat ke arah Arumi sekali lagi dan tersenyum aneh ke arahnya.

Arumi masih mematung mendengar percakapan mereka, dadanya tercubit nyeri ada rasa sakit yang tiba-tiba menghunjam dadanya. 'Tidak, ini tidak benar.' Batin Arumi memberontak, mengutuk dua manusia yang sudah berada di luar batas nalarnya, melihat dua manusia yang beradu saliva di depannya.

Arumi tidak mengira jika mereka berdua sudah melakukan hal yang sangat memalukan di depannya. Arumi perlahan beringsut pergi dari ruang tamu, memilih menghindar dan pergi untuk menenangkan tubuhnya yang gemetar dan wajahnya yang memanas, pemandangan yang tidak pernah dia lihat sama sekali. Namun, belum beberapa langkah Arumi meninggalkan ruang tamu.

"Berhenti! Diam, di tempatmu!" teriak Abraham keras dengan napas terengah.

Mendengar teriakan Abraham, Arumi terlonjak langkahnya terhenti untuk beberapa menit dan kembali melanjutkan langkahnya yang terjeda.

"Jangan pernah ke luar dari rumah ini," tegas Abraham menarik tangan Arumi mencegah langkah Arumi pergi.

"A-aku ... aku akan pergi, lanjutkan saja kesibukan kalian," tolak Arumi pelan, berusaha melepas tangan suaminya.

"Bra, kenapa kamu mencegah dia, bahkan aku tidak boleh bertanya tentangnya, ingat janji kita," tegas Wanda dan kembali merayu Abraham.

Abraham sekilas menoleh ke arah Wanda kemudian tersenyum aneh. "Lakukan tugasmu, aku tunggu Wanda dan kamu! Kamu sekarang sudah menjadi istriku, masuk dan ikuti aku!" tegas Abraham, menarik tangan Arumi membawanya kembali masuk dan kini dengan kasar menyeret Arumi.

"Mas, pelan. Arumi minta maaf," pinta Arumi pelan mengekor langkah suaminya yang terseok karena kain yang masih di kenakannya.

Menaiki lantai dua, Arumi hanya bisa meringis hatinya benar-benar kecewa dengan sikap suaminya, bahkan baru beberapa jam menjadi istrinya, Arumi bisa menilai tabiat baru suaminya. Abraham masih mencengkeram tangan Arumi, membuka pintu kamar dengan kasar, kemudian mendorong tubuh Arumi kasar dalam kamar.

"Ini peringatan untukmu, jika kamu tidak ingin ini terjadi lagi ...." Abraham menghentikan ucapannya, menatap wajah takut di depannya, wajah yang masih menggunakan riasan wajah lengkap dan baju pengatin lengkap.

"Cantik," puji Abraham mengusap wajah Arumi perlahan, "maaf, jika aku telah berbuat kasar," ucap Abraham tiba-tiba berubah menjadi lembut dan sabar.

"A-Arumi, maaf'kan, Mas," jawab Arumi terbata dengan tubuh gemetar.

Akan tetapi, sikap lembut Abraham tiba-tiba berubah saat mendengar pintu di buka. "Masuklah Wanda!" teriak Abraham kaku dari dalam kamar.

Arumi bisa sedikit bernapas lega, tetapi lagi-lagi Arumi terkejut melihat wanita yang berdiri di depan pintu kamar. 'Apa Ini? Siapa wanita itu, apa? Dia, istri Mas Abraham?' batin Arumi bertanya dengan semua onaknya.

"Bagaimana, Bra? Kamu suka?" tanya Wanda manja, memamerkan baju kurang bahan yang dikenakannya, baju kurang bahan yang memperlihatkan semua bagian lekuk tubuhnya, kemudian menyeret tubuh Abraham menjauh dari Arumi.

Abraham tidak menjawab hanya reaksi tubuhnya yang bekerja cepat, Abraham tanpa menghiraukan keberadaan Arumi sudah menyergap, menerjang, menggulung tubuh Wanda tanpa ampun. Arumi hanya bisa menutup mata dan telinganya, menghindari pandangan yang tidak pernah di duganya. Arumi benar-benar menangis dalam hatinya, tangis penyesalan dan kekecewaan akan sikap Abraham yang sempat dia takutkan selama ini.

Tubuh Arumi menegang saat ada sepasang tangan memegang bahunya erat. "Arumi," suara lelah Wanda, tetapi kemudian terhenti saat Abraham ke luar dari kamar mandi hanya netranya mengedip seakan memberi isyarat pada Arumi, isyarat yang tidak pernah dia pahami maksudnya.

"Pergilah Wanda, tugasmu sudah selesai," titah Abraham memberikan ciuman pada Wanda.

"Bra, ingat janjimu," pesan Wanda sebelum melangkah pergi kemudian menutup pintu kamar.

Arumi makin membeku, saat ini dirinya hanya bisa terus berdoa, entah kesepakatan apa yang tengah mereka berdua lakukan, pesan Wanda hanya membuat batinnya semakin merasa cemas.

"Apa? Kamu akan terus menggunakan baju itu?" tanya Abraham pelan, naik ke atas ranjang di mana Arumi duduk meringkuk menghadap dinding.

"Berbaliklah, tatap suami kamu," titah Abraham seakan perintah yang wajib di turuti oleh Arumi.

"Kenapa, kamu diam?" tanya Abraham beringsut mendekat, "Arumi ...." Abraham menyentuh bahu Arumi.

Arumi makin membeku, tubuhnya gemetar menahan rasa takut. "A-aku, aku ... tidak membawa baju, bahkan Mas melarangku membawa baju," terang Arumi hati-hati dengan suara tercekat.

"Argh ... aku lupa," Abraham melepas tangannya dari bahu Arumi, kemudian beringsut turun dari ranjang dan tidak lama kembali mendekat ke arah Arumi, "gunakan ini dulu Arumi," titah Abraham melempar baju ke arah Arumi.

"Gunakan itu dan segera istirahat, aku juga sudah lelah," titah Abraham ulang.

Arumi yang masih takut peelahan memungut baju yang ada di depannya, netranya langsung membola tidak percaya melihat baju yang di pegangnya. Arumi masih membolak balik baju yang di pegangnya. 'Baju apa, ini? Lantas bagaimana aku memakainya?' batin Arumi sembari terus melihat baju tembus pandang yang di pegangnya.

"Apa? Kamu akan terus melihat baju itu? Maaf, itu milik Wanda, pakai saja Arumi, besok aku akan meminta Wanda untuk membelikan kamu baju," terang Abraham dengan napas berat.

"A-Arumi, tidak bisa memakai baju seperti ini. Jika boleh, Arumi pinjam baju Kak Wanda yang lebih tertutup, boleh 'kan?" pinta Arumi ragu meletakkan baju yang di pegangnya tanpa merubah posisi tubuhnya.

Abraham mendengus kesal mendengar perkataan Arumi. "Kamu, berani membantah Arumi!" seru Abraham kini menarik tubuh Arumi kuat agar melihat ke arahnya.

"Lihat, aku Arumi! Lihat aku!" teriak Abraham penuh emosi.

Terpopuler

Comments

Diii

Diii

kesepakatan sama Wanda apa ya?

2025-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Kenapa Ibu memaksa.
2 Bab 2. Keputusan yang berat
3 Bab 3. Pelaminan kosong
4 Bab 4. Siapa wanita ini
5 Bab 5. Malam panjang
6 Bab 6. Belajarlah
7 Bab 7. 21+ Janji yang tidak bisa Abraham tolak
8 Bab 8. Biarkan aku memelukmu
9 Bab 9. Apa? Maksud Bu Dewi
10 Bab 10. Jangan pernah mengusik Wanda
11 Bab 11. Kamu jahat Mas
12 Bab 12. Nyonya harus kuat
13 Bab 13. Jaga Arumi
14 Bab 14. Jangan hubungi suami saya
15 Bab 15. Ibu yang salah
16 Bab 16. Bu jujur pada Nindi
17 Bab 17.
18 Bab 18.
19 Bab 19.
20 Bab. 20
21 Bab 21.
22 Bab 22.
23 Bab 23
24 Bab 24.
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27.
28 Bab 28.
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31.
32 Bab 32.
33 Bab 33.
34 Bab 34.
35 Bab 35.
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38.
39 Bab 39.
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45.
46 Bab 46
47 Bab 47.
48 Bab 48. 21+
49 Bab 49.
50 Bab 50.
51 Bab 51.
52 Bab 52.
53 Bab 53.
54 Bab 54.
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59.
60 Bab 60.
61 Bab 61.
62 Bab 62
63 Bab 63.
64 Bab 64.
65 Bab 65.
66 Bab 66.
67 Bab 67.
68 Bab 68.
69 Bab 69.
70 Bab 70.
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74.
75 Bab 75.
76 Bab 76.
77 Bab 77
78 Bab 78.
79 Bab 79.
80 Bab 80.
81 Bab 81
82 Bab 82.
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1. Kenapa Ibu memaksa.
2
Bab 2. Keputusan yang berat
3
Bab 3. Pelaminan kosong
4
Bab 4. Siapa wanita ini
5
Bab 5. Malam panjang
6
Bab 6. Belajarlah
7
Bab 7. 21+ Janji yang tidak bisa Abraham tolak
8
Bab 8. Biarkan aku memelukmu
9
Bab 9. Apa? Maksud Bu Dewi
10
Bab 10. Jangan pernah mengusik Wanda
11
Bab 11. Kamu jahat Mas
12
Bab 12. Nyonya harus kuat
13
Bab 13. Jaga Arumi
14
Bab 14. Jangan hubungi suami saya
15
Bab 15. Ibu yang salah
16
Bab 16. Bu jujur pada Nindi
17
Bab 17.
18
Bab 18.
19
Bab 19.
20
Bab. 20
21
Bab 21.
22
Bab 22.
23
Bab 23
24
Bab 24.
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27.
28
Bab 28.
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31.
32
Bab 32.
33
Bab 33.
34
Bab 34.
35
Bab 35.
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38.
39
Bab 39.
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45.
46
Bab 46
47
Bab 47.
48
Bab 48. 21+
49
Bab 49.
50
Bab 50.
51
Bab 51.
52
Bab 52.
53
Bab 53.
54
Bab 54.
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59.
60
Bab 60.
61
Bab 61.
62
Bab 62
63
Bab 63.
64
Bab 64.
65
Bab 65.
66
Bab 66.
67
Bab 67.
68
Bab 68.
69
Bab 69.
70
Bab 70.
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74.
75
Bab 75.
76
Bab 76.
77
Bab 77
78
Bab 78.
79
Bab 79.
80
Bab 80.
81
Bab 81
82
Bab 82.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!