Falling In Love

Falling In Love

1. Awal

Pagi hari di hari Senin ini, seorang mahasiswi cantik turun dari motor nya. Berdiri menatap sejenak bangunan dengan nama 'Fakultas Kedokteran' dihadapannya. Tersenyum tipis baru kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam gedung.

Azalia Aurora Aisha adalah nama mahasiswi cantik itu. Perempuan tinggi, putih, cantik dengan lesung di kedua pipinya yang sering dipanggil Lia. Lia bukanlah perempuan yang suka menunjukkan kecantikkannya, Lia lebih suka berpenampilan sederhana dengan menutup Aurat seperti yang Bunda nya selama ini ajarkan. Seperti halnya saat ini, Lia hanya menggunakan setelan rok juga kemeja dan sepatu kets, namun style itu tetap berhasil membuat para Mahasiswa terpikat. Lia risih, tentu saja tapi Ia menghargai mereka semua. Lia menatap setiap orang yang Ia temui dengan ramah, memberikan senyuman untuk menyapa mereka.

Memantapkan hati juga langkahnya, Lia berjalan dengan percaya diri. Hari ini adalah hari pertama untuk Mahasiswa Baru setelah menyelesaikan masa pengenalannya. Di hari ini juga Lia sadar jika kedepan tidaklah akan mudah untuk dijalani. Terlebih ketika mendengar cerita Bundanya yang juga berprofesi sebagai dokter, Lia semakin yakin jika pilihannya ini bukanlah hal yang mudah. Namun disisi lain, Lia yakin atas dukungan kedua orang tuanya, doa nya, semangat dari dirinya sendiri Allah pasti selalu memberikan kemudahan, jikalau ada kesulitan yang terjadi Lia berharap Allah memberikan kekuatan untuk dirinya menghadapi itu.

Lia berdiri menunggu lift didepannya. Harap-harap cemas dirasa waktu mata kuliah dimulai sudah dekat. Lia memang lebih suka jika berangkat di jam yang mendekati tenggatnya, tapi meskipun begitu Lia tetap memperkirakan agar tidak terlambat. Tapi hari ini sepertinya berbeda, harusnya Lia ikut naik bersama lift yang sebelumnya hingga perkiraan waktunya akan tepat. Tapi lihatlah, lift tadi sudah penuh Lia rasa banyak orang yang memiliki kebiasaan seperti dirinya hingga tidak ada lagi tempat kosong untuknya, sejujurnya itu salah Lia sendiri karena tidak cepat, jadi Lia hanya bisa pasrah menunggu lift berikutnya seorang diri disini.

'Ting'

Lia buru-buru memasuki lift disebelahnya yang ternyata terbuka lebih dulu. Lia dengan cepat menekan tombol lantai tujuh lalu segera menekan tombol tutup karena jika menunggu pasti akan lama. Lia bisa bernapas sedikit lega, hingga sebuah tangan tiba-tiba menahan pintu lift yang hanya tinggal sejengkal lagi akan tertutup itu. Lia terkejut bukan main, Ia dengan reflek segera menekan tombol buka dan terlihatlah seorang cowok dengan pakaian kasualnya yang terlihat begitu tampan. Lia segera menundukkan kepalanya, jantungnya sedikit berdebar ketika melihat cowok itu. Menyadari jika cowok itu belum juga memasuki lift Lia mendongakkan kepalanya, melihat cowok itu yang juga sedang menatap matanya.

"Kak jadi mau masuk ga? Saya udah terlambat." Ucap Lia menyadarkan lamuan cowok itu yang segera masuk dan berdiri disamping Lia. Cowok itu membawa tangannya untuk menekan tombol namun tidak jadi, Ia kembali fokus kedepan sesekali melirik perempuan disebelahnya.

"Lo maba?" tanya cowok itu memecah keheningan yang terjadi dalam lift. Lia menolehkan pandangannya menatap cowok yang juga sedang menatapnya itu.

"Iya Kak." Jawab Lia sopan dengan menganggukkan kepalanya.

"Gausah panggil Kak kalau gitu, kenalin Gua Galen, Muhammad Emilio Galen, maba juga." Cowok itu menyalurkan tangannya, yang kemudian dibalas aluran tangan cewek cantik di depannya.

"Oh ya gue Azalia orang biasa panggil Lia" balas Lia menjawab perkenalan Galen tadi. Galen yang mendengarnya tersenyum tipis, dan menjadi lebar ketika terlintas panggilan yang menurutnya bagus untuk nama itu.

"Nama yang cantik, kalau gua panggil Aya boleh ga?" tanya Galen hati-hati. Lia menolehkan kepalanya, menatap mata yang juga masih menatapnya sedari tadi.

"Boleh, senyaman Galen aja mau manggil gimana. Ini Galen kelas apa?" jawab juga tanya Azalia

"Kelas 1A ya" balas Galen dengan senyum manisnya.

"Woo kita satu kelas Galen" ucap Lia antusias masih dengan menatap Galen. Galen yang mendengarnya pun terlihat sangat senang.

"Beruntung banget gua" gumam Galen begitu pelan sampai Lia pun tidak mendengarnya.

"Wee udah ada temen nih gua, Cantik pula." timpal Galen yang hanya dibalas kekehan dari Lia.

'Ting'

Galen dan Lia melangkah keluar ketika pintu lift sudah terbuka, berjalan bersama di koridor yang terasa seperti rumah sakit ini mencari dimana ruang kelas mereka berada. Sedikit berjalan, mereka langsung menemukan ruang kelas 1A. Ternyata tidak susah mencarinya, ruangan itu berada tidak jauh dari lift.

Galen mengintip kaca yang ada dipintu, memastikan sudah ada dosen atau belum. Lia menunggu itu dengan sedikit takut, Lia takut dihari pertamanya ini Ia sudah melakukan kesalahan. Galen membalikkan tubuhnya menatap Lia dengan lemas. Lia yang melihatnya menghela napas pasrah.

"Yaudah ayo ketok pintu dulu" ucap Lia pada Galen yang justru cowok itu langsung masuk begitu saja, membuat Lia membulatkan matanya. Dengan ketokan pintu yang telah Lia lakukan Ia masuk dengan perlahan, melihat didepan yang ternyata belum ada dosen masuk. Lia melihat seluruh ruangan kelas, saat pandangannya menemukan sosok Galen, Lia menunjukkan wajah kesalnya membuat sang empu merasa gemas bukan main.

"Lia" Lia mengedarkan pandangannya saat mendengar namanya dipanggil. Dan lihatlah disana sudah ada teman-teman satu kelompok nya waktu itu. Lia segera menghampiri mereka dengan senyum lebar nya. Merasa senang karena bisa satu kelas dengan mereka.

Mereka adalah teman satu kelompok Lia saat masa pengenalan, ada tiga orang lebih tepatnya. Ada Zora, Vivi, dan yang terakhir ada Mona. Setidaknya dengan adanya mereka Lia tidak perlu dipusingkan lagi untuk mencari teman, cukup mereka selebihnya biarkan waktu yang mengenalkan.

Melihat posisi kursi yang ada enam banjar ini posisi mereka duduk sekarang bisa dibilang belakang. Dua dan tiga barisan dari belakang lebih tepatnya, jika ditanya ide siapa tentu itu ide Zora yang memang tidak suka jika duduk didepan. Vivi dan Mona pun hanya mengikuti apa kata Zora, mereka ada dibarisan ketiga dari belakang tepat didepan Zora dan Lia. Lia yang tahu telah dipilihkan tempat disamping Zora pun merasa tidak masalah. Bagi Zora dimanapun Ia duduk asal Ia mendengarkan tidak akan ada yang menjadi masalah. Begitupun kata Zora 'kalau memang sudah pintar duduk dimanapun juga akan tetap pintar' itulah yang pernah Zora katakan pada mereka.

Seperti yang kebanyakan orang tahu, posisi duduk dibelakang pasti akan lebih terdengar berisik dibandingkan manusia-manusia yang ada didepan. Tidak berbeda pula dengan Lia dan teman-temannya yang sedikit berisik sedari tadi. Sembari menunggu dosen datang mereka saling bercerita dengan antusias sesekali tertawa bahagia mendengar cerita dari yang lain.

Masih dengan sisa tawanya, mata Lia tidak sengaja bertubrukan dengan Galen yang ternyata sedang menatap nya lekat. Lia segera mengalihkan pandangannya saat Galen tersenyum manis membalas tatapannya. Galen yang melihatnya tersenyum tipis, dan kembali mengobrol dengan teman barunya.

"Setidaknya dengan adanya lo, mungkin gua bisa sedikit ikhlas jalanin pilihan ini." Gumam seseorang yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

...****************...

Sore hari ini, Lia baru saja tiba di rumahnya. Hari ini Ia hanya ada satu mata kuliah dari jam sepuluh hingga duabelas siang, tapi berhubung masih hari pertama dan tentu belum ada kesibukan apapun. Lia dan teman-temannya memutuskan untuk bermain dulu, mulai dari pergi ke kost Zora, mencari makan dan dilanjut bermain timezone di mall dekat kampus.

Suasana hati Lia sangat bagus sekarang. Setelah pergi bermain dengan teman-teman nya yang lain, Lia semakin yakin jika Ia sangat cocok dengan mereka semua. Mereka begitu ramai, suka main, suka bercanda tapi tetap tahu waktu. Lia menyukai hal itu, jadi Ia tidak perlu sungkan untuk menunjukkan apapun sisi dari dalam dirinya.

"Bunda" panggil Lia ketika melihat sang Bunda sedang memasak di dapur. Lia berjalan mendekat lalu memeluk wanita itu dari belakang.

"Gimana hari ini? Kok sore banget pulangnya?" tanya Bunda Lia sembari melepas pelukannya.

"Iya tadi Lia main dulu, mumpung masih bisa main kata temen Lia hehe" jawab Lia mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Hh bisa aja, yaudah sana mandi dulu, shalat, istirahat." Bunda mengusap rambut anak semata wayangnya itu.

Lia melihat jam dinding disana yang menunjukkan pukul setengah lima sore, artinya sebentar lagi Ayahnya akan pulang. Lia segera mengangguk dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

....

Selesai membersihkan diri Lia menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur. Memainkan ponselnya, sesekali membalas notif dari teman-temannya. Hingga satu notif membuat fokusnya terhenti, notif instagram yang menunjukkan permintaan mengikuti dari @galenemilio_.

"Galen" gumam Lia dengan suara kecil.

Lia mengingatnya, cowok yang Ia temui saat berada di lift pagi tadi. Cowok tampan, tinggi, rambut sedikit ikal, warna kulit eksotik, jangan lupakan lesung dikedua pipi seperti milik Azalia. Satu-satunya cowok yang berhasil membuat jantung Lia berdebar tidak normal. Lia menyetujui permintaan itu, kemudia tanpa sadar tangan kecil itu menggulir kebawah melihat postingan-postingan yang Galen tunjukkan.

Pikir Lia Galen ini cowok yang friendly, Ia mengatakan itu karena mengingat interaksinya dengan Galen pagi tadi dan juga keaktifan Galen baik dalam pembelajaran maupun candaan yang Ia lontarkan untuk anak-anak dikelas. Hal itu langsung terlihat bahkan dihari pertamanya masuk, hanya dalam kurun waktu dua jam.

Senyum manis Lia terbit saat melihat postingan Galen yang terlihat bahagia dengan teman-temannya. Belum lagi postingan potret langit malam juga lukisan yang Ia yakini dibuat sendiri oleh Galen, begitu terlihat luarbiasa menurut Lia.

"Lia shalat maghrib dulu" teriakan Bundanya terdengar dari bawah. Lia melihat jam yang ternyata sudah pukul setengah enam lebih, Lia segera bangkit untuk turun shalat berjamaah dengan kedua orang tuanya.

"Iya Nda" balas teriak Lia berlari turun tanpa menyadari jarinya yang sempat menekan tanda suka pada salah satu lukisan dipostingan Galen.

....

Dilain tempat seorang lelaki bernama Galen itu menerbitkan senyum lebar yang begitu manis. Melihat notif like dari Lia pada salah satu postingan lukisannya. Galen sedikit heran menyadari dari banyaknya postingannya kenapa cewek ini justru menyukai lukisan itu, lukisan yang baru saja Ia post beberapa hari yang lalu, postingan yang memiliki jumlah like paling sedikit diantara yang lain.

Galen tersenyum tipis mengingat apa yang terjadi dibalik lukisan itu. Tidak mau berlarut memikirkannya, Galen membuka hp nya mengajak teman-teman barunya keluar. Tanpa melihat balasan dari teman-temannya Galen sudah memakai jaket, mengambil kunci motor nya dan keluar dari apartement yang baru saja Ia tempati itu.

...****************...

Terpopuler

Comments

Amelia

Amelia

semangat ❤️❤️😊

2024-03-01

0

Laili Sabilla

Laili Sabilla

lanjut... tetep semangat

2024-02-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!