NovelToon NovelToon

Falling In Love

1. Awal

Pagi hari di hari Senin ini, seorang mahasiswi cantik turun dari motor nya. Berdiri menatap sejenak bangunan dengan nama 'Fakultas Kedokteran' dihadapannya. Tersenyum tipis baru kemudian melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam gedung.

Azalia Aurora Aisha adalah nama mahasiswi cantik itu. Perempuan tinggi, putih, cantik dengan lesung di kedua pipinya yang sering dipanggil Lia. Lia bukanlah perempuan yang suka menunjukkan kecantikkannya, Lia lebih suka berpenampilan sederhana dengan menutup Aurat seperti yang Bunda nya selama ini ajarkan. Seperti halnya saat ini, Lia hanya menggunakan setelan rok juga kemeja dan sepatu kets, namun style itu tetap berhasil membuat para Mahasiswa terpikat. Lia risih, tentu saja tapi Ia menghargai mereka semua. Lia menatap setiap orang yang Ia temui dengan ramah, memberikan senyuman untuk menyapa mereka.

Memantapkan hati juga langkahnya, Lia berjalan dengan percaya diri. Hari ini adalah hari pertama untuk Mahasiswa Baru setelah menyelesaikan masa pengenalannya. Di hari ini juga Lia sadar jika kedepan tidaklah akan mudah untuk dijalani. Terlebih ketika mendengar cerita Bundanya yang juga berprofesi sebagai dokter, Lia semakin yakin jika pilihannya ini bukanlah hal yang mudah. Namun disisi lain, Lia yakin atas dukungan kedua orang tuanya, doa nya, semangat dari dirinya sendiri Allah pasti selalu memberikan kemudahan, jikalau ada kesulitan yang terjadi Lia berharap Allah memberikan kekuatan untuk dirinya menghadapi itu.

Lia berdiri menunggu lift didepannya. Harap-harap cemas dirasa waktu mata kuliah dimulai sudah dekat. Lia memang lebih suka jika berangkat di jam yang mendekati tenggatnya, tapi meskipun begitu Lia tetap memperkirakan agar tidak terlambat. Tapi hari ini sepertinya berbeda, harusnya Lia ikut naik bersama lift yang sebelumnya hingga perkiraan waktunya akan tepat. Tapi lihatlah, lift tadi sudah penuh Lia rasa banyak orang yang memiliki kebiasaan seperti dirinya hingga tidak ada lagi tempat kosong untuknya, sejujurnya itu salah Lia sendiri karena tidak cepat, jadi Lia hanya bisa pasrah menunggu lift berikutnya seorang diri disini.

'Ting'

Lia buru-buru memasuki lift disebelahnya yang ternyata terbuka lebih dulu. Lia dengan cepat menekan tombol lantai tujuh lalu segera menekan tombol tutup karena jika menunggu pasti akan lama. Lia bisa bernapas sedikit lega, hingga sebuah tangan tiba-tiba menahan pintu lift yang hanya tinggal sejengkal lagi akan tertutup itu. Lia terkejut bukan main, Ia dengan reflek segera menekan tombol buka dan terlihatlah seorang cowok dengan pakaian kasualnya yang terlihat begitu tampan. Lia segera menundukkan kepalanya, jantungnya sedikit berdebar ketika melihat cowok itu. Menyadari jika cowok itu belum juga memasuki lift Lia mendongakkan kepalanya, melihat cowok itu yang juga sedang menatap matanya.

"Kak jadi mau masuk ga? Saya udah terlambat." Ucap Lia menyadarkan lamuan cowok itu yang segera masuk dan berdiri disamping Lia. Cowok itu membawa tangannya untuk menekan tombol namun tidak jadi, Ia kembali fokus kedepan sesekali melirik perempuan disebelahnya.

"Lo maba?" tanya cowok itu memecah keheningan yang terjadi dalam lift. Lia menolehkan pandangannya menatap cowok yang juga sedang menatapnya itu.

"Iya Kak." Jawab Lia sopan dengan menganggukkan kepalanya.

"Gausah panggil Kak kalau gitu, kenalin Gua Galen, Muhammad Emilio Galen, maba juga." Cowok itu menyalurkan tangannya, yang kemudian dibalas aluran tangan cewek cantik di depannya.

"Oh ya gue Azalia orang biasa panggil Lia" balas Lia menjawab perkenalan Galen tadi. Galen yang mendengarnya tersenyum tipis, dan menjadi lebar ketika terlintas panggilan yang menurutnya bagus untuk nama itu.

"Nama yang cantik, kalau gua panggil Aya boleh ga?" tanya Galen hati-hati. Lia menolehkan kepalanya, menatap mata yang juga masih menatapnya sedari tadi.

"Boleh, senyaman Galen aja mau manggil gimana. Ini Galen kelas apa?" jawab juga tanya Azalia

"Kelas 1A ya" balas Galen dengan senyum manisnya.

"Woo kita satu kelas Galen" ucap Lia antusias masih dengan menatap Galen. Galen yang mendengarnya pun terlihat sangat senang.

"Beruntung banget gua" gumam Galen begitu pelan sampai Lia pun tidak mendengarnya.

"Wee udah ada temen nih gua, Cantik pula." timpal Galen yang hanya dibalas kekehan dari Lia.

'Ting'

Galen dan Lia melangkah keluar ketika pintu lift sudah terbuka, berjalan bersama di koridor yang terasa seperti rumah sakit ini mencari dimana ruang kelas mereka berada. Sedikit berjalan, mereka langsung menemukan ruang kelas 1A. Ternyata tidak susah mencarinya, ruangan itu berada tidak jauh dari lift.

Galen mengintip kaca yang ada dipintu, memastikan sudah ada dosen atau belum. Lia menunggu itu dengan sedikit takut, Lia takut dihari pertamanya ini Ia sudah melakukan kesalahan. Galen membalikkan tubuhnya menatap Lia dengan lemas. Lia yang melihatnya menghela napas pasrah.

"Yaudah ayo ketok pintu dulu" ucap Lia pada Galen yang justru cowok itu langsung masuk begitu saja, membuat Lia membulatkan matanya. Dengan ketokan pintu yang telah Lia lakukan Ia masuk dengan perlahan, melihat didepan yang ternyata belum ada dosen masuk. Lia melihat seluruh ruangan kelas, saat pandangannya menemukan sosok Galen, Lia menunjukkan wajah kesalnya membuat sang empu merasa gemas bukan main.

"Lia" Lia mengedarkan pandangannya saat mendengar namanya dipanggil. Dan lihatlah disana sudah ada teman-teman satu kelompok nya waktu itu. Lia segera menghampiri mereka dengan senyum lebar nya. Merasa senang karena bisa satu kelas dengan mereka.

Mereka adalah teman satu kelompok Lia saat masa pengenalan, ada tiga orang lebih tepatnya. Ada Zora, Vivi, dan yang terakhir ada Mona. Setidaknya dengan adanya mereka Lia tidak perlu dipusingkan lagi untuk mencari teman, cukup mereka selebihnya biarkan waktu yang mengenalkan.

Melihat posisi kursi yang ada enam banjar ini posisi mereka duduk sekarang bisa dibilang belakang. Dua dan tiga barisan dari belakang lebih tepatnya, jika ditanya ide siapa tentu itu ide Zora yang memang tidak suka jika duduk didepan. Vivi dan Mona pun hanya mengikuti apa kata Zora, mereka ada dibarisan ketiga dari belakang tepat didepan Zora dan Lia. Lia yang tahu telah dipilihkan tempat disamping Zora pun merasa tidak masalah. Bagi Zora dimanapun Ia duduk asal Ia mendengarkan tidak akan ada yang menjadi masalah. Begitupun kata Zora 'kalau memang sudah pintar duduk dimanapun juga akan tetap pintar' itulah yang pernah Zora katakan pada mereka.

Seperti yang kebanyakan orang tahu, posisi duduk dibelakang pasti akan lebih terdengar berisik dibandingkan manusia-manusia yang ada didepan. Tidak berbeda pula dengan Lia dan teman-temannya yang sedikit berisik sedari tadi. Sembari menunggu dosen datang mereka saling bercerita dengan antusias sesekali tertawa bahagia mendengar cerita dari yang lain.

Masih dengan sisa tawanya, mata Lia tidak sengaja bertubrukan dengan Galen yang ternyata sedang menatap nya lekat. Lia segera mengalihkan pandangannya saat Galen tersenyum manis membalas tatapannya. Galen yang melihatnya tersenyum tipis, dan kembali mengobrol dengan teman barunya.

"Setidaknya dengan adanya lo, mungkin gua bisa sedikit ikhlas jalanin pilihan ini." Gumam seseorang yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

...****************...

Sore hari ini, Lia baru saja tiba di rumahnya. Hari ini Ia hanya ada satu mata kuliah dari jam sepuluh hingga duabelas siang, tapi berhubung masih hari pertama dan tentu belum ada kesibukan apapun. Lia dan teman-temannya memutuskan untuk bermain dulu, mulai dari pergi ke kost Zora, mencari makan dan dilanjut bermain timezone di mall dekat kampus.

Suasana hati Lia sangat bagus sekarang. Setelah pergi bermain dengan teman-teman nya yang lain, Lia semakin yakin jika Ia sangat cocok dengan mereka semua. Mereka begitu ramai, suka main, suka bercanda tapi tetap tahu waktu. Lia menyukai hal itu, jadi Ia tidak perlu sungkan untuk menunjukkan apapun sisi dari dalam dirinya.

"Bunda" panggil Lia ketika melihat sang Bunda sedang memasak di dapur. Lia berjalan mendekat lalu memeluk wanita itu dari belakang.

"Gimana hari ini? Kok sore banget pulangnya?" tanya Bunda Lia sembari melepas pelukannya.

"Iya tadi Lia main dulu, mumpung masih bisa main kata temen Lia hehe" jawab Lia mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Hh bisa aja, yaudah sana mandi dulu, shalat, istirahat." Bunda mengusap rambut anak semata wayangnya itu.

Lia melihat jam dinding disana yang menunjukkan pukul setengah lima sore, artinya sebentar lagi Ayahnya akan pulang. Lia segera mengangguk dan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

....

Selesai membersihkan diri Lia menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidur. Memainkan ponselnya, sesekali membalas notif dari teman-temannya. Hingga satu notif membuat fokusnya terhenti, notif instagram yang menunjukkan permintaan mengikuti dari @galenemilio_.

"Galen" gumam Lia dengan suara kecil.

Lia mengingatnya, cowok yang Ia temui saat berada di lift pagi tadi. Cowok tampan, tinggi, rambut sedikit ikal, warna kulit eksotik, jangan lupakan lesung dikedua pipi seperti milik Azalia. Satu-satunya cowok yang berhasil membuat jantung Lia berdebar tidak normal. Lia menyetujui permintaan itu, kemudia tanpa sadar tangan kecil itu menggulir kebawah melihat postingan-postingan yang Galen tunjukkan.

Pikir Lia Galen ini cowok yang friendly, Ia mengatakan itu karena mengingat interaksinya dengan Galen pagi tadi dan juga keaktifan Galen baik dalam pembelajaran maupun candaan yang Ia lontarkan untuk anak-anak dikelas. Hal itu langsung terlihat bahkan dihari pertamanya masuk, hanya dalam kurun waktu dua jam.

Senyum manis Lia terbit saat melihat postingan Galen yang terlihat bahagia dengan teman-temannya. Belum lagi postingan potret langit malam juga lukisan yang Ia yakini dibuat sendiri oleh Galen, begitu terlihat luarbiasa menurut Lia.

"Lia shalat maghrib dulu" teriakan Bundanya terdengar dari bawah. Lia melihat jam yang ternyata sudah pukul setengah enam lebih, Lia segera bangkit untuk turun shalat berjamaah dengan kedua orang tuanya.

"Iya Nda" balas teriak Lia berlari turun tanpa menyadari jarinya yang sempat menekan tanda suka pada salah satu lukisan dipostingan Galen.

....

Dilain tempat seorang lelaki bernama Galen itu menerbitkan senyum lebar yang begitu manis. Melihat notif like dari Lia pada salah satu postingan lukisannya. Galen sedikit heran menyadari dari banyaknya postingannya kenapa cewek ini justru menyukai lukisan itu, lukisan yang baru saja Ia post beberapa hari yang lalu, postingan yang memiliki jumlah like paling sedikit diantara yang lain.

Galen tersenyum tipis mengingat apa yang terjadi dibalik lukisan itu. Tidak mau berlarut memikirkannya, Galen membuka hp nya mengajak teman-teman barunya keluar. Tanpa melihat balasan dari teman-temannya Galen sudah memakai jaket, mengambil kunci motor nya dan keluar dari apartement yang baru saja Ia tempati itu.

...****************...

2. Lebih Dekat

Gedung apartement dua belas lantai di pusat kota masih terlihat cantik bahkan dimalam hari. Sebagian besar lampu kamar telah mati, menyisakan keheningan dini hari ini. Suasana begitu tenang tanpa mengetahui apa saja yang terjadi di tengah ketenangan itu.

Lantai sepuluh, lantai dimana tempat Galen mengistirahatkan tubuhnya setelah aktivitas di luar. Keadaan seluruh ruangan apartement Galen sungguh gelap, tidak ada cahaya sedikitpun bahkan tidak dengan lampu tidur. Gelap dan tenang berbanding terbalik dengan penghuni ruangan yang tengah bergerak gelisah dalam tidurnya.

Galen bergerak kesana-kemari dengan gelisah, ketakutan terpancar jelas diwajah juga gerakan Galen. Didalam alam bawah sadarnya Galen sangat ingin keluar, Ia ingin bebas, namun Galen tidak bisa. Galen berusaha keras tapi justru terasa semakin menyiksa, Galen harap ada yang membangunkannya namun apa yang bisa Ia harapkan? tidak ada yang tahu, tidak ada yang pernah tahu perihal Galen.

"Hah.."

"Hahhh..."

"Hugh"

"Hughh.."

"Ahh.."

Napas terengah-engah terdengar keras begitu Galen bangun, dilanjut dengan batuk-batuk karena rasa sesak didadanya. Galen membawa tubuhnya berada disudut tempat tidurnya, menyandarkan tubuhnya didinding. Dengan keringat dingin diseluruh tubuhnya, Galen berusaha mengontrol napasnya sembari menekan kuat dada nya berharap rasa sesak dan sakit itu cepat hilang.

Galen menatap seluruh penjuru ruangan gelap didepannya, melihatnya dengan mata yang masih memancarkan ketakutan dan kegelisahan disana. Hanya tiga puluh menit, tapi terasa mengulang semua peristiwa dari dia kecil hingga dewasa ini. Galen mengambil hp di sebelahnya dengan tangan bergetar, melihat jam yang baru menunjukkan pukul dua pagi. Dengan wajah pucat pasinya Galen memejamkan matanya dengan kuat, diikuti dengan helaan napas berat yang keluar dari mulutnya. Galen lelah, Ia lelah jika setiap malam harus seperti ini.

....

Dua lapis roti dengan segelas jus alpukat telah dihabiskan Galen. Menatap dirinya dicermin, membuat rambutnya sedikit berantakan baru kemudian Galen cabut keluar untuk pergi ke kampus, meninggalkan ruangan yang sepertinya akan menjadi saksi bisu apa yang terjadi dengan hari-hari Galen selanjutnya.

Galen menaiki motor sport nya dengan santai, hari ini Galen berangkat cukup awal. Kelas masuk jam sembilan tapi jam setengah sembilan Ia telah otw. Biasanya boro-boro setengah jam kurang, Galen dari rumah lima belas menit sebelum kelas pun temannya sudah tidak akan kaget. Ada yang bilang orang tampan itu beruntung, mungkin itu berlaku juga untuk Galen. Selama Galen menempuh pendididkannya, ketika Galen telat guru pun biasanya akan telat dan ketika Galen bolos guru pun bertepatan ada halangan untuk hadir. Dunia seperti selalu berpihak pada Galen.

Galen membulatkan matanya ketika melihat cewek bersepeda motor didepannya. Galen merasa mengenal perempuan itu, meskipun baru bertemu satu hari tapi Galen yakin itu dia. cewek yang Ia temui di lift kemarin, Aya... ya itu dia dan itu namanya, nama yang khusus Galen berikan padanya. Saat lampu merah muncul Galen segera mensejajarkan motor mereka. Menoleh dan menampilkan senyum manisnya pada Aya.

Aya melihat tingkah cowok itu, begitu terkejut ketika tiba-tiba Galen berada disampingnya dengan senyum sangat manis dilihat. Sebelumnya Lia merasa ada yang mengamatinya, dan lihatlah terbukti sekarang. Cowok itu justru dengan asiknya menaik-turunkan alisnya menggoda Lia. Dan Lia, Ia mengalihkan pandangannya, berusaha mengalihkan blushing di pipi putinya. Galen yang melihat itu tertawa cukup keras, tidak melihat sekitar yang begitu ramai kendaraan dan pengguna jalan lain.

"Kenapa Ya?" tanya Gavin dengan sisa tawanya.

"Gapapa Galen, udah jangan ngobrol. Perhatiin itu lampunya" ucap Lia diangguki oleh Galen. Galen kembali menolehkan kepalanya pada Lia.

'Cantik' batin Galen.

"Jalan gih gua jaga dari belakang" timpal Galen tiba-tiba saat tiba lampu hijau. Dan Lia hanya bisa mengangguk dengan ragu atau lebih tepatnya dengan kegugupannya.

...****************...

Lia dan Galen duduk bersebelahan di dalam kelas, hari ini tidak seperti kemarin. Zora datang sedikit lebih lama dari kemarin hingga saat datang tidak ada lagi kursi kosong untuk empat orang berdekatan, jadilah mereka berpencar. Kebetulan saat Lia dan Galen datang, hanya dua kursi dibelakang saja yang tersisa so berakhirlah mereka duduk bersebelahan dan sepertinya akan menatap sampai sore hari nanti, dilihat mata kuliah mereka full sampai jam empat sore.

"Kalau makhluk hidup gapunya sel gimana bu?" tanya temannya yang duduk didepannya membuat mata Galen melotot.

Pagi ini kelas 1A sedang mempelajari tentang sel, materi yang mungkin tidak asing lagi bagi mereka. Namun kali ini, diperkuliahan ini, semua penjelasan Dosen terlihat lebih rumit dengan istilah-istilah yang mereka baru temui, juga bagian-bagian yang ternyata lebih komplek dari apa yang mereka pikirkan. Ditengah-tengah fokus mereka, pertanyaan tadi berhasil memecah keheningan kelas.

"Ya mati lah bro" jawab Galen gemas mendengar pertanyaan itu, beberapa mahasiswi dikelas juga tertawa.

"Ye siapa tahu, manusia hidup tanpa jantung aja ada" balas cowok bernama Varo.

"Itu lain cerita"

"Ya makanya kalau tuhan berkehendak pasti bisalah"

"Iya bisa kalau yang doa bukan elo" sahut Galen membuat satu kelas tertawa juga dosen yang ikut terkekeh.

"Siapa nama kalian?" tanya dosen di depan sana.

"Galen"

"Varo bu"

"Baik Varo jika tuhan berkehendak mungkin bisa tapi kemungkinan itu sangat kecil bahkan jika dipikirkan lagi hal itu tidak dapat terjadi. Tapi bagus saya suka dengan pertanyaan kamu. Sekarang Galen bisa kamu jelaskan kenapa makhluk hidup bisa mati karena tidak mempunyai sel?"

"Saya harus ngomong bu?" tanya Galen dengan polos, membuat cewek disebelahnya terkekeh geli. Galen tahu, tapi Galen tidak tahu apa yang membuat Lia terkekeh dengan pertanyaannya. Galen kembali menatap dosennya yang kembali menyuruhnya menjawab dengan gerakan matanya.

"Simpel nya seperti yang Ibu katakan tadi jika sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari makhluk hidup. Meskipun terkecil fungsinya sangat penting, diantaranya untuk menjalankan fungsi kehidupan, membangun jaringan dan organisme tubuh, sebagai tempat perantara zat, dsb. Dengan fungsi nya itu membuat makhluk hidup tidak bisa melakukan aktifitas tanpa adanya sel, kita ambil contoh peredaran darah, jika tidak ada sel darah maka peredaran darah tidak dapat berfungsi. Lalu bagaimana bisa hidup jika jantung saja menjadi pusat peredaran darah." Jelas Galen dengan santainya. Tidak peduli dengan dosen dan teman-teman kelas yang menatapnya.

"Bagus Galen, kalian dengar semua nak? Itulah penjelasan sederhana kenapa sel begitu penting dan betapa pentingnya juga kita semua mengerti mengenai sel ini" ucap Dosen itu lalu melihat jam ditangannya.

"Baik jam kita sudah selesai, kita akhiri untuk hari ini. Terimakasih untuk keaktifannya. Assalamualaikum" pamit Dosen itu berjalan keluar.

Setelah Dosen keluar kelas begitu berisik, tidak ada yang keluar karena langsung dilanjut mata kuliah selanjutnya. Varo melihat Galen kebelakang, menatap nya lama membuat Galen merasa risih.

"Please gua normal Ro" timpal Galen membuat Varo berdecak malas.

"Gua juga normal, Lo kok ternyata pinter Gal?" tanya Varo tanpa ragu, Galen yang mendengarnya pun terkekeh.

"Gua ga pinter Ro, cuma jenius aja" Varo yang mendengarnya memutar bola mata malas dan kembali menghadap kedepan.

"Ini sebelah gua kenapa?" tanya Galen pada Lia, Ia menyadari Lia yang sesekali memperhatikannya. Galen tahu karena Galen juga melakukan hal yang sama.

"Hah kenapa?" tanyanya balik.

"Ngetawain gua?" balas Galen dengan senyum jailnya.

"Hh engga gue suka aja cara lo jelasin tadi, Lo juga kayaknya asik ya" ucap Lia jujur.

"Hhh lo cantik Ya" balas Galen tidak nyambung.

"Gajelas ah ga nyambung" Lia berdiri menghampiri Zora yang memanggil nya. Mengabaikan tawa Galen yang keluar.

Galen berkata jujur, dengan style nya yang bisa dibilang tidak seperti cewek-cewek jaman sekarang tetapi Lia berhasil menarik perhatian seorang Galen. Menurut Galen, Lia terlihat menarik dengan caranya sendiri. Galen rasa Lia tidak peduli dengan gaya atau tren sekarang yang terpenting baginya adalah tidak terbuka dan dia merasa nyaman dengan itu.

....

Tiga mata kuliah hari ini telah selesai, sisa satu mata kuliah lagi. Suasana pagi yang tadinya cerah telah berganti dengan sore yang sedikit mendung. Dosen yang mengajar didepan pun tidak begitu mendapat reaksi yang sama seperti dosen tadi pagi. Para mahasiswa sudah merasa lelah untuk aktif bertanya, bahkan banyak diantara mereka yang tertidur melihat jenis mata kuliah juga bahasa Indonesia yang kebanyakan membuat orang mengantuk.

Pagi hingga sore cukup untuk Lia juga Galen merasa lebih akrab. Banyak percakapan yang terjadi antara mereka. Selama berlangsungnya pembelajaran mereka juga banyak melakukan diskusi jika merasa ada yang kurang dipahami. Namun sepertinya tidak dengan mata kuliah akhir ini, selain tidak ada yang didiskusikan, Lia lihat Galen terlihat sangat mengantuk. Terlihat sangat mengantuk tapi berusaha keras untuk tidak jatuh tertidur.

"Kalau mau tidur gapapa, ga akan keliatan kok" ucap Lia dengan pelan sedikit mendekat pada Galen. Galen melihat Lia yang ternyata sedang menatapnya nya, Ia memberikan senyum manisnya lalu menggeleng.

"Kantong mata lo sedikit hitam tahu Gal, dari tadi pagi sebenernya gua mau bilang. Lo ga tidur?" tanya Lia.

"Emang gini mata gua Ya, ya tidurlah masa engga. Masih semester pertama ini belum tujuh mau ngapain ga tidur" jawab Galen sedikit terkekeh.

Lia menatap kesal Galen 'tidak bisa serius' pikir Lia lalu kembali menatap dosen yang ada didepan. Dengan sisa kekehannya Galen menatap wajah Lia yang terlihat masih cantik bahkan setelah beraktivitas seharian. Bagi Galen, Lia terlihat cantik dengan penutup kepalanya.

'Semoga keberadaan gua bisa kayak sel ya Ya di hidup lo, punya banyak manfaat yang baik dan berarti buat lo, buat hidup lo lebih bahagia' batin Galen yang juga tidak tahu mengapa dirinya berpikir seperti itu.

...****************...

3. Takut Suka

"Rumah lo dimana Ya?" Tanya Galen diatas motor nya yang ada disebelah motor Lia.

"Perumahan Green Place" balas Lia dengan memakai helm nya.

"Aaa Lo asli Jakarta juga Ya?"

"Iya, Galen juga?"

"Iya, yaudah yuk Lo duluan gua ikutin dari belakang" timpal Galen.

"Galen rumahnya mana? Satu arah sama gue?" Heran Lia ketika mendengar Galen.

"Iya satu arah, gua tinggal di apartement High Value. Tahu kan?"

"Oh iya tahu, makanya tadi pagi bisa ketemu. Tapi katanya tadi asal sini kok di apart?" Tanya Lia heran.

"Wkwk rumah gua ke kampus agak jauh Ya, jadi milih di apart aja sekalian latihan mandiri" balas Galen lalu menyalakan motornya.

"Yuk" ucap Galen baru kemudian Lia melajukan motornya lebih dulu.

Lia dan Galen melajukan motornya dengan santai, jarak kampus ke rumah mereka tidaklah jauh hanya butuh lima belas menit untuk Lia dan dua puluh menit untuk Galen. Jarak rumah mereka juga ternyata tidak jauh, hanya sekitar lima menit jika tidak macet.

Galen terus berada di belakang Lia, berniat menjaga Lia dari belakang. Jika boleh jujur baru kali ini Galen mengendarai motor hanya dengan kecepatan empat puluh, bagi Lia mungkin itu paling kencang namun bagi Galen itu sangatlah lama. Tapi jika dipikir-pikir lagi, Galen merasa tenang melihat Lia bukan tipe cewek yang mengendarai motor dengan tidak aturan. Entah kenapa Galen merasa takut jika terjadi sesuatu dengan cewek itu.

Baru sekitar lima menit keluar dari area kampus, rintik hujan mulai turun membasahi jalanan. Dari yang semula hanya gerimis dengan cepat berubah menjadi deras. Galen segera menyuruh Lia untuk menepi.

"Aya bawa mantel ga?" Tanya Galen dengan mengecek kondisi Lia.

"Bawa, Galen bawa?" Tanya balik Lia yang dibalas gelengan oleh Galen.

"Yaudah Aya mau balik sekarang? Atau nunggu agak reda dulu?" Galen melihat hujan yang cukup deras.

"Sebenarnya pingin cepat pulang, tapi Galen gimana? Masa sendiri?" Lia menjawab dengan melihat mata Galen.

"Kalau Lo mau balik sekarang gua ngikut balik, gau gamau biarin Lo balik ditengah hujan gini sendiri" balas Galen berhasil membuat Lia terdiam.

"Yaudah kita tunggu reda aja, mau pesan minum dulu?" Tanya Lia menyadari mereka meneduh disebuah warung makan.

"Iyaudah boleh" jawab Galen sekenanya.

Kedua nya berjalan memasuki warung makan dibelakang mereka, Lia memesan teh hangat dengan Galen yang memesan kopi panas. Kedua nya duduk berdampingan menghadap jalanan yang masih dijatuhi oleh air hujan. Melihat banyak manusia yang menerobos derasnya hujan. Sesekali membicarakan apa saja yang muncul di pikiran mereka.

"Galen kenapa banyak laki-laki suka sama kopi?" Tanya Lia heran.

"Emmm kenapa Aya tanya gitu?"

"Ya gapapa sih penasaran aja. Btw kita sama-sama plinplan ya kayaknya Gal" Galen yang mendengar itu menatap mata Lia bertanya.

"Iya kadang panggil Lo gue, kadang panggil nama hehe" Galen pun terkekeh baru menyadari hal itu.

"Gapapa senyaman nya aja ya?" Balas Galen yang diangguki mantap oleh Lia.

"Oh ya soal kopi tadi gua juga gatau sih kenapa banyak cowok suka kopi, tapi menurut gua itu balik lagi ke pribadi masing-masing. Tapi Ya setahu gua cewek juga banyak kok yang suka kopi, tapi mungkin ga begitu terlihat aja" balas Galen sembari menatap mata Lia yang juga menatapnya. Lia mengangguk-angguk setuju, itu juga pertanyaan asal yang muncul dari kepalanya.

"Kalau Galen suka kopi karena apa?" Tanya Lia entah kenapa merasa penasaran.

"Guaaa emm gatau juga sih, suka aja apalagi yang rasa dan aroma kopi nya strong. Gua lebih suka kopi pahit Ya, selain itu lebih bagus buat tubuh, kopi yang pahit juga bisa buat diri lebih tenang." Jelas Galen.

"Iya iya karena kafein bisa buat tubuh merasa tenang, tapi Galen jangan keseringan ya itu tetap ga baik buat tubuh. Pasti tahu kan?" Peringat Lia menatap manik mata Galen. Galen membalasnya dengan anggukan.

"Iya, gua tahu batasan kok Ya. Makasih ya udah ngingetin. Pulang sekarang yuk, gua belum shalat" ucap Galen setelah melihat jam sudah setengah lima lebih.

"Tapi masih hujan Gal, lo ga bawa mantel kan?" Lia melihat hujan yang masih cukup deras. Sudah sekitar lima belas menit mereka meneduh disini, tapi hujan belum juga reda. Lia sejujurnya juga ingin segera tiba dirumah, namun Ia tidak mau jika Galen hujan-hujanan.

"Iya gapapa, cuma bentar doang" ucap Galen yang dibalas gelengan tegas oleh Lia.

Galen menghela napasnya melihat itu. Sejujurnya selain karena shalat, Galen merasa sebentar lagi lambung nya akan berulah, Ia lupa jika seharian ini Ia hanya memakan roti dan sore ini Ia justru meminum kopi. Sudah pasti setelah ini Lambungnya akan terasa sakit. Galen terus membujuk Lia untuk pulang, dan ternyata Lia sangat keras kepala. Lia benar-benar tidak mau melihat Galen terkena hujan, pikir Lia sebentar lagi hujan akan reda jadi masih ada waktu untuk Galen shalat nanti.

"Okay kita tunggu sepuluh menit lagi, kalau belum reda baru kita trobos" putus Lia yang hanya bisa diangguki oleh Galen.

Lima menit berlalu, sepuluh menit berlalu.. meskipun belum sepenuhnya tapi akhirnya hujan itu reda. Sesuai keputusannya tadi, Lia dan Galen sekarang telah kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang. Galen mengikuti Lia sampai depan gang perumahannya, baru kemudian kembali melajukan motornya menuju ke apartement.

....

Galen memasuki apartement nya menyalakan lampu-lampu ruangan baru kemudian membersihkan diri dilanjut shalat asar. Galen menjatuhkan tubuh di atas sofa ruang santai setelah selesai meminun obat lambungnya. Galen merasa bersyukur hari ini rasa sakit diperutnya masih bisa ditahan.

'Tingtong'

Galen membuka matanya mendengar suara bel, bangkit berdiri untuk mengambil delivery food nya. Baru kemudian menata dan memakannya sendiri. Sendiri ditemani suara lagu yang Galen mainkan di hp nya. Sembari memakan makanannya, Galen menatap ruangan yang kini Ia tempati. Mengingat kembali bagaimana usaha nya untuk bisa tinggal sendiri, usahanya untuk bisa merasa sedikit bebas.

...****************...

Lia menjatuhkan kepalanya dipaha sang Bunda. Ditemani tv yang ditonton Ayah Lia, suasana ruang keluarga itu terasa lebih ramai. Lia memainkan rambut sang Bunda. Setelah acara makan malam keluarga ini memang memiliki kebiasaan berkumpul di ruang santai, hanya sekedar menceritakan hari mereka baru kemudian kembali mengerjakan tugas jika memang ada yang perlu diselesaikan.

"Bunda.." panggil Lia pelan.

"Kenapa sayang" balas bunda yang justru hanya melihat keterdiaman Lia.

Lia terdiam memainkan rambut Bundanya. Kembali mengingat dua hari ini dimana Ia merasa dekat dengan Galen. Lia merasa nyaman dengan cowok itu, Lia merasa... tidak.. pada akhirnya Lia merasa takut. Ia takut jika apa yang membuat Ia nyaman justru sesuatu yang Allah tidak suka.

"Bunda, dua hari ini Lia rasa Lia sudah terlalu dekat dengan cowok" ucap Lia berhasil mengalihkan fokus kedua orang tuanya.

Ayah dan Bunda memang tidak pernah melarang, tapi keduanya selalu mengingatkan Lia untuk tahu batasannya. Untuk lebih mengutamakan apa yang Allah suka dibandingakan apa yang diri sendiri suka. Lia melihat kedua orang tuanya yang menatapnya bertanya.

"Hari pertama masuk kemarin Lia ketemu cowok di lift, anaknya ganteng Bund, kelihatan baik juga. Terus hari ini Lia ga sengaja ketemu saat berangkat ke kampus, dia minta Lia buat jalan didepan terus bilang dia bakal ikutin buat jaga dari belakang, begitu pun waktu pulang, karena jarak rumah kita yang ternyata ga jauh Galen mutusin buat nganter Lia. Lia merasa dilindungi banget. Tadi selama di kampus juga kebetulan Lia duduk sebelahan sama dia, anaknya asik Bund. Tapi meskipun gitu, dia tahu batasan, dia tahu kapan harus menghibur dan kapan harus bersikap serius. Dia juga kayaknya pinter bund."

"Gatau kenapa Lia nyaman sama dia, padahal kan biasanya Lia ga pernah nyaman kalau ngobrol sama cowok. Meskipun belum kenal lama tapi entah kenapa Lia yakin dia cowok yang baik. Lia takut suka sama dia Bund." Lia selesai menceritakan tentang kekhawatirannya sejak sore tadi. Lia tidak pernah berbohong dengan kedua orang tuanya, Lia sudah dibiasakan sejak kecil untuk menceritakan semua kegelisahan dan ketakutannya. Lia juga tidak merasa keberatan karena kedua orang tuanya pun tidak pernah menghakiminya.

"Anak ayak udah gede ternyata" ucap Ayah Lia diikuti kekehan juga tawa Bundanya.

"Lia suka sama seseorang, jatuh cinta kepada seseorang itu bukan hal yang salah. Kita tidak bisa untuk mengendalikan hati jatuh kepada siapa, dimana, dengan siapa, berapa lama. Jadi tidak perlu takut, ketika hal itu terjadi maka yang harus Lia lakukan hanya membuat batasan. Jangan sampai rasa suka itu menjerumuskan Lia pada suatu hal yang telah Allah haramkan." Jelas Bunda.

"Tidak apa untuk dekat dengan lelaki Lia, Ayah dan Bunda tidak pernah melarang jika itu hanya sebatas teman. Tapi jika suatu hari pertemanan itu menimbulkan rasa suka Ayah harap Lia bisa menahannya, mungkin sakit.. tapi itulah yang seharusnya bahkan Ayah tidak segan untuk melarang Lia berdekatan jika Lia tidak bisa menahan diri." Giliran Ayah Lia yang bicara.

"Untuk mencegah itu, Lia harus bisa mengendalikan diri ya dari sekarang. Jangan dengan mudahnya mengambil hati setiap perhatian yang diberikan seseorang, begitupun Lia, jangan terlalu memberi harapan untuk orang lain jika Lia tidak bisa mempertanggung jawabkannya." Tambah Bunda.

Lia mendengarnya dengan baik, menyerapnya kedalam otak berusaha menyimpan baik-baik perkataan kedua orang tuanya. Seperti biasa Ayah dan Bunda Lia tidak menghakimi kecemasan yang dirasakan sang Anak. Lia sangat bersyukur memiliki orang tua seperti mereka. Mereka benar-benar memberikan yang terbaik yang mereka bisa berikan. Mereka selalu berusaha untuk tidak menyakiti hati Lia.

....

Lia medudukan dirinya dimeja belajar, setelah menyelesaikan percakapannya dengan Ayah dan Bunda, Lia kembali ke kamar untuk belajar. Lia mengulang kembali apa yang telah diajarkan para dosen hari ini, sesekali mencari sumber lain untuk ditambahkan dicatatannya.

Lia cewek yang pintar, tapi bukan berarti dia cewek yang nolep tidak mau diajak keluar dan bermain-main. Lia itu tipe manusia jika belajar ya akan belajar dengan serius dan ketika harus rileks, healing, bermain, Lia juga akan benar-benar menikmatinya. Lia selalu mengatakan pada dirinya sendiri untuk pengingat. 'Nikmatilah waktu sekarang, tapi jangan sampai menyesal dikemudian hari' itulah kata-kata yang akan selalu menetap di otak Lia. Lia ingin kehidupan yang seimbang antara pendidikan dan bermain, antara usaha keras dan ketenangan untuk dirinya sendiri.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!