5. Mulai Sibuk

Pagi hari pukul tujuh, masih cukup pagi namun sudah terjadi kegaduhan di apartement Galen. Pengumuman yang mengatakan mata kuliah diajukan satu jam lebih awal berhasil membuat keempat atau mungkin hanya ketiga cowok bernama Varo, Dava dan Noval panik. Galen? Ia dengan santainya masih tiduran diatas sofa dengan mata setengah tertutup.

"Gal cepet mandi sono" pinta Noval dengan menarik kaki Galen.

Galen akhirnya bangun dengan wajah kesalnya. Dengan cepat Ia membersihkan diri dan bergabung dengan teman-temannya yang mengecek lagi tugas semalam. Sepuluh menit kurang sebelum mata kuliah dimulai baru mereka manancapkan gas motor nya. Melupakan makan pagi bahkan tidak meminum air sedikitpun. Sebenarnya pengumuman itu sudah ada sejak semalam, tapi yang namanya manusia pasti ada saja. Mereka dari semalam tidak ada yang membuka hp, tidak sampai Zora yang menelpon Varo jam tujuh tadi.

Hari ini kelas 1A benar-benar full dari pagi pukul setengah delapan sampai pukul setengah lima sore. Tidak ada jeda kecuali jam shalat dan makan siang. Keempat cowok itu sudah berhasil sampai dikelas dengan selamat, mengendarai motornya dengan kesetanan berhasil membuat perjalanan dua puluh menit hanya menjadi sepuluh menit. Mungkin karena keberuntungan yang dibawa Galen juga, Dosen baru tiba tepat setelah mereka mendudukkan diri di kursi.

Keempat cewe didekat mereka menahan tawanya melihat mereka. Pagi-pagi tapi sudah terdapat banyak keringat di wajah mereka.

"Kesiangan?" Tanya Lia pada mereka yang masih berusaha mengontrol napasnya.

"Iya baru tahu kalau dimajuin, mana naik tangga dari lantai satu sampai tujuh" balas Varo yang lalu mendapat geplakan pada lengannya. Siapa lagi jika bukan Zora, cewek itu mempunyai kebiasaan memukul ketika tertawa.

"Yang di belakang tolong diam" ucap Dosen yang terkenal tegas itu dari depan sana. Zora dan yang lain segera memperbaiki posisi untuk mendengarkan pembelajaran. Melihat Dosen killer di depan, berhasil membuat suasana kelas 1A hening dan sepi. Mereka sibuk mendengarkan dan mencatat apa yang Dosen itu ajarkan.

Waktu terus berlanjut dari yang pagi berganti siang, dari yang Dosen killer hingga Dosen kesayangan yang sekarang ada didepan kelas. Menjelaskan dengan senyuman dan kesabarannya, tidak jarang banyak keluar kata-kata motivasi dari Dosen itu.

"Bu Sarah yang cantik dan baik hati, karena Galen udah berhasil jawab pertanyaan Ibu, Galen boleh minta satu permintaan ga?" Tanya Galen dengan senyum manisnya.

"Ganteng banget lo Gal" ucap Zora sangat pelan yang langsung mendapat tatapan sinis dari Varo.

"Astagaaa, ini anak satu. Iya mu minta apa? Jangan aneh-aneh lo ya" jawab Dosen itu menatap gemas Galen. Galen memang cukup sering menjawab pertanyaanya, atau juga mengajukan pertanyaan. Tapi baru kali ini Ia melihat Galen meminta sesuatu karena keberhasilannya itu.

"Kita itu ada kelas dari pagi sampai sore bu, kalau semisal Ibu bisa kasih diskon waktu lima belas menit aja kita bakal seneng banget bu, buat orang seneng itu susah lo Bu, pahalanya besar bangett" ucap Galen membuat semua mata berbinar menatapnya. Seakan berterimakasih atas permintaan yang Galen ajukan. Bu sarah yang ada didepan sana terdiam, melihat jam yang menunjukan masih sisa lima belas menit lagi Ia mengajar. Kemudian mengecek kembali materi yang akan Ia berikan.

"Baiklah, karena keaktifan kelas ini hari ini saya beri diskon. Kalian bisa shalat dan makan" putus Bu Sarah membuat seisi kelas bersorak kesenangan.

"Sudah-sudah kalau begitu saya permisi dulu, selamat siang" ucap Bu Sarah kemudian pergi meninggalkan kelas yang sedang ribut mengucapkan terimakasih pada Galen.

"Galen bisa aja" kekeh Lia membereskan bukunya.

"Iya dong, gua tahu Aya laper kan?" Tanya Galen yang diangguki Lia. Mereka berdelapan melangkahkan kakinya menuju masjid kampus terlebih dahulu, melakukan shalat dhuhur baru pergi ke kantin kampus untuk makan.

Lia, Galen dan yang lain sibuk mengobrol dipojok kantin, menunggu pesanan mereka datang yang sepertinya akan cukup lama. Hal ini juga yang membuat Galen mengajukan permintaan tadi, Ia tahu waktu satu jam tidak akan cukup untuk mengantre makanan. Mungkin ada yang dapat, tapi sebagian besar pasti juga tidak dapat.

"Galen" panggil Revan menghampiri meja mereka.

"Naon" balas Galen menatap bertanya cowok didepannya itu yang justru diam seperti ragu akan mengatakannya atau tidak.

"Sorry nih Gal, tapi gua baru dapet info kandidat Duta disuruh kumpul sekarang. Sorry Gal, Lo belum makan ya? Apa gua gantiin dulu aja? Gua tinggal shalat doang ini" ucap Revan tidak enak. Galen terdiam, Ia menatap teman-temannya yang juga merasa kesal tapi tidak tahu harus berbuat apa. Mereka kesal karena tadi Galen lah yang membuat jam istirahat mereka bertambah tapi kini justru Ia tidak bisa menikmatinya.

"Hadehh yaudah sih dimana? Gua kesana" putus Galen kemudian menghabiskan kopi pesanannya. Mereka yang mendengarnya menatap ragu-ragu.

"Yaelah napa sih, kemarin kan gua udah sanggupin, yaudah berarti gua harus dateng"

"Tapi Gal.."

"Udah gausah pada gaenak gitu, kalian makan aja. Ntar gua makan gampang. Lo juga cepet shalat keburu jam satu" ucap Galen memotong perkataan Lia.

"Mantap broo okay di ruang rapat BEM ya, gua tinggal dulu. Semangat" Revan segera berlari pergi setelah mengatakan itu.

"Lo ga ada maag kan bro?" Tanya Noval ketika melihat Galen hendak berdiri. Mengingat mereka berempat belum makan sejak semalam, bahkan Dava sudah mengeluh perutnya sedikit sakit karena maag yang Ia punya.

"Engga tenang aja, udah gua pergi dulu. By by semoga gua ga masuk di mata kuliah selanjutnya" ucap Galen dengan tawa yang menyertai kepergiannya.

"Emang selalu beruntung tuh anak, tahu aja habis ini matkul Bu Dori" timpal Dava ketika menyadari setelah ini mata kuliah Bu Dori yang terkenal begitu killer, lebih killer daripada Dosen tadi pagi. Mereka yang disana mengangguk setuju, baru kemudian sibuk dengan makanan yang telah diantar.

"Terus ini pesenan Galen dimakan siapa?" Tanya Vivi.

"Biar gua makan" timpal Varo dengan mulutnya yang penuh, membuat mereka semua terkekeh.

...****************...

Pukul dua siang, acara yang ternyata adalah pembekalan untuk proses seleksi duta baru saja selesai. Galen melihat jam ditangannya, baru kemudian masuk kedalam lift untuk menuju kelas. Masih tiga jam lagi sebelum kelasnya selesai.

"Permisi Bu, maaf baru masuk. Baru saja selesai pembekalan untuk pemilihan duta minggu depan." Ucap Galen pada Dosen yang ada di dalam kelas. Dosen itu menatap Galen dari atas hingga bawah, menatap tidak suka Galen dan mengabaikannya. Galen yang melihat itu mengangkat bahunya tak acuh, dan langsung mendudukkan diri di tempatnya. Bagi Galen yang terpenting dia sudah sopan, mau bagaimanapun responnya Galen tidak masalah.

"Masih sakit?" Tanya Galen pada Dava yang duduk disampingnya. Alasan Galen meminta jam istirahat tadi sejujurnya untuk Dava. Dava bilang harus segera makan, karena perutnya mulai sakit. Jadi muncullah permintaan tadi.

"Engga, untung cepet makan jadi ga terlanjur. Thanks Gal" ucap Dava yang dibalas senyuman oleh Galen.

Galen mengeluarkan bukunya dan mulai mendengar Dosen didepan sana. Sesekali menatap Lia yang begitu fokus mendengarkan, dan sesekali juga merubah posisinya mencari posisi nyaman.

....

Matahari sudah mulai terbenam, selesai kelas tadi Galen dan Lia masih harus kumpul ekstra musik. Ekstra musik fakultas kedokteran ini memang cukup terkenal, tidak lama lagi akan ikut memeriahkan acara minat bakat tahunan fakultas kedokteran. Banyak mahasiswa kedokteran yang sibuk dengan pendidikannya, namun diantara banyaknya mahasiswa, banyak juga yang mengikuti ekstra untuk mengistirahatkan diri, ada juga yang sibuk berorganisasi dengan alasan bermacam macam.

Lima lebih lima belas, Galen dan Lia baru selesai. Keduanya kini tengah menuruni anak tangga dari lantai tiga menuju lantai dasar. Mereka memutuskan turun melalui tangga karena tidak sabar menunggu lift yang terlalu lama. Obrolan terus keluar dari mulut mereka tanpa Lia sadari jika Galen berusaha keras untuk bisa tetap berdiri tegak.

"Galen kenapa?" Tanya Lia khawatir ketika menyadari Galen seperti menahan sakit. Galen yang mendengar itu segera menegakkan tubuhnya yang sempat membungkuk. Menatap Lia dengan senyum manisnya.

"Ga kenapa-napa Ya, agak capek aja mungkin karena belum makan" balas Galen mencoba menenangkan Lia yang terlihat khawatir.

"Yaudah, kita mau makan dulu aja?" Tanya Lia sembari memakai helm nya.

"Gausah udah jam segini, nanti lo dicari orang tua lo. Kita langsung pulang aja ya" Galen mulai menyalakan motornya.

"Tapi Galen kuat naik motor?" Lia masih menunjukkan kekhawatirannya.

"Kuat lah Aya, tenang.. oke?" Lia mengangguk berusaha percaya dengan Galen.

"Sampai rumah langsung makan ya, istirahat jangan dipaksain nugas kalau capek. Besok liat punya gua aja gapapa"

"Aduh enak bangett, kalau gitu gua tepar aja deh nanti biar gaperlu ngerjain" tambah Galen yang kemudian mendapati wajah kesal Lia. Galen hanya tertawa menanggapinya.

Keduanya kemudian melajukan motornya membelah jalanan sore itu, dengan Lia yang sesekali melihat kondisi Galen dari spion tapi justru melihat Galen yang menggodanya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!