3. Takut Suka

"Rumah lo dimana Ya?" Tanya Galen diatas motor nya yang ada disebelah motor Lia.

"Perumahan Green Place" balas Lia dengan memakai helm nya.

"Aaa Lo asli Jakarta juga Ya?"

"Iya, Galen juga?"

"Iya, yaudah yuk Lo duluan gua ikutin dari belakang" timpal Galen.

"Galen rumahnya mana? Satu arah sama gue?" Heran Lia ketika mendengar Galen.

"Iya satu arah, gua tinggal di apartement High Value. Tahu kan?"

"Oh iya tahu, makanya tadi pagi bisa ketemu. Tapi katanya tadi asal sini kok di apart?" Tanya Lia heran.

"Wkwk rumah gua ke kampus agak jauh Ya, jadi milih di apart aja sekalian latihan mandiri" balas Galen lalu menyalakan motornya.

"Yuk" ucap Galen baru kemudian Lia melajukan motornya lebih dulu.

Lia dan Galen melajukan motornya dengan santai, jarak kampus ke rumah mereka tidaklah jauh hanya butuh lima belas menit untuk Lia dan dua puluh menit untuk Galen. Jarak rumah mereka juga ternyata tidak jauh, hanya sekitar lima menit jika tidak macet.

Galen terus berada di belakang Lia, berniat menjaga Lia dari belakang. Jika boleh jujur baru kali ini Galen mengendarai motor hanya dengan kecepatan empat puluh, bagi Lia mungkin itu paling kencang namun bagi Galen itu sangatlah lama. Tapi jika dipikir-pikir lagi, Galen merasa tenang melihat Lia bukan tipe cewek yang mengendarai motor dengan tidak aturan. Entah kenapa Galen merasa takut jika terjadi sesuatu dengan cewek itu.

Baru sekitar lima menit keluar dari area kampus, rintik hujan mulai turun membasahi jalanan. Dari yang semula hanya gerimis dengan cepat berubah menjadi deras. Galen segera menyuruh Lia untuk menepi.

"Aya bawa mantel ga?" Tanya Galen dengan mengecek kondisi Lia.

"Bawa, Galen bawa?" Tanya balik Lia yang dibalas gelengan oleh Galen.

"Yaudah Aya mau balik sekarang? Atau nunggu agak reda dulu?" Galen melihat hujan yang cukup deras.

"Sebenarnya pingin cepat pulang, tapi Galen gimana? Masa sendiri?" Lia menjawab dengan melihat mata Galen.

"Kalau Lo mau balik sekarang gua ngikut balik, gau gamau biarin Lo balik ditengah hujan gini sendiri" balas Galen berhasil membuat Lia terdiam.

"Yaudah kita tunggu reda aja, mau pesan minum dulu?" Tanya Lia menyadari mereka meneduh disebuah warung makan.

"Iyaudah boleh" jawab Galen sekenanya.

Kedua nya berjalan memasuki warung makan dibelakang mereka, Lia memesan teh hangat dengan Galen yang memesan kopi panas. Kedua nya duduk berdampingan menghadap jalanan yang masih dijatuhi oleh air hujan. Melihat banyak manusia yang menerobos derasnya hujan. Sesekali membicarakan apa saja yang muncul di pikiran mereka.

"Galen kenapa banyak laki-laki suka sama kopi?" Tanya Lia heran.

"Emmm kenapa Aya tanya gitu?"

"Ya gapapa sih penasaran aja. Btw kita sama-sama plinplan ya kayaknya Gal" Galen yang mendengar itu menatap mata Lia bertanya.

"Iya kadang panggil Lo gue, kadang panggil nama hehe" Galen pun terkekeh baru menyadari hal itu.

"Gapapa senyaman nya aja ya?" Balas Galen yang diangguki mantap oleh Lia.

"Oh ya soal kopi tadi gua juga gatau sih kenapa banyak cowok suka kopi, tapi menurut gua itu balik lagi ke pribadi masing-masing. Tapi Ya setahu gua cewek juga banyak kok yang suka kopi, tapi mungkin ga begitu terlihat aja" balas Galen sembari menatap mata Lia yang juga menatapnya. Lia mengangguk-angguk setuju, itu juga pertanyaan asal yang muncul dari kepalanya.

"Kalau Galen suka kopi karena apa?" Tanya Lia entah kenapa merasa penasaran.

"Guaaa emm gatau juga sih, suka aja apalagi yang rasa dan aroma kopi nya strong. Gua lebih suka kopi pahit Ya, selain itu lebih bagus buat tubuh, kopi yang pahit juga bisa buat diri lebih tenang." Jelas Galen.

"Iya iya karena kafein bisa buat tubuh merasa tenang, tapi Galen jangan keseringan ya itu tetap ga baik buat tubuh. Pasti tahu kan?" Peringat Lia menatap manik mata Galen. Galen membalasnya dengan anggukan.

"Iya, gua tahu batasan kok Ya. Makasih ya udah ngingetin. Pulang sekarang yuk, gua belum shalat" ucap Galen setelah melihat jam sudah setengah lima lebih.

"Tapi masih hujan Gal, lo ga bawa mantel kan?" Lia melihat hujan yang masih cukup deras. Sudah sekitar lima belas menit mereka meneduh disini, tapi hujan belum juga reda. Lia sejujurnya juga ingin segera tiba dirumah, namun Ia tidak mau jika Galen hujan-hujanan.

"Iya gapapa, cuma bentar doang" ucap Galen yang dibalas gelengan tegas oleh Lia.

Galen menghela napasnya melihat itu. Sejujurnya selain karena shalat, Galen merasa sebentar lagi lambung nya akan berulah, Ia lupa jika seharian ini Ia hanya memakan roti dan sore ini Ia justru meminum kopi. Sudah pasti setelah ini Lambungnya akan terasa sakit. Galen terus membujuk Lia untuk pulang, dan ternyata Lia sangat keras kepala. Lia benar-benar tidak mau melihat Galen terkena hujan, pikir Lia sebentar lagi hujan akan reda jadi masih ada waktu untuk Galen shalat nanti.

"Okay kita tunggu sepuluh menit lagi, kalau belum reda baru kita trobos" putus Lia yang hanya bisa diangguki oleh Galen.

Lima menit berlalu, sepuluh menit berlalu.. meskipun belum sepenuhnya tapi akhirnya hujan itu reda. Sesuai keputusannya tadi, Lia dan Galen sekarang telah kembali melanjutkan perjalanannya untuk pulang. Galen mengikuti Lia sampai depan gang perumahannya, baru kemudian kembali melajukan motornya menuju ke apartement.

....

Galen memasuki apartement nya menyalakan lampu-lampu ruangan baru kemudian membersihkan diri dilanjut shalat asar. Galen menjatuhkan tubuh di atas sofa ruang santai setelah selesai meminun obat lambungnya. Galen merasa bersyukur hari ini rasa sakit diperutnya masih bisa ditahan.

'Tingtong'

Galen membuka matanya mendengar suara bel, bangkit berdiri untuk mengambil delivery food nya. Baru kemudian menata dan memakannya sendiri. Sendiri ditemani suara lagu yang Galen mainkan di hp nya. Sembari memakan makanannya, Galen menatap ruangan yang kini Ia tempati. Mengingat kembali bagaimana usaha nya untuk bisa tinggal sendiri, usahanya untuk bisa merasa sedikit bebas.

...****************...

Lia menjatuhkan kepalanya dipaha sang Bunda. Ditemani tv yang ditonton Ayah Lia, suasana ruang keluarga itu terasa lebih ramai. Lia memainkan rambut sang Bunda. Setelah acara makan malam keluarga ini memang memiliki kebiasaan berkumpul di ruang santai, hanya sekedar menceritakan hari mereka baru kemudian kembali mengerjakan tugas jika memang ada yang perlu diselesaikan.

"Bunda.." panggil Lia pelan.

"Kenapa sayang" balas bunda yang justru hanya melihat keterdiaman Lia.

Lia terdiam memainkan rambut Bundanya. Kembali mengingat dua hari ini dimana Ia merasa dekat dengan Galen. Lia merasa nyaman dengan cowok itu, Lia merasa... tidak.. pada akhirnya Lia merasa takut. Ia takut jika apa yang membuat Ia nyaman justru sesuatu yang Allah tidak suka.

"Bunda, dua hari ini Lia rasa Lia sudah terlalu dekat dengan cowok" ucap Lia berhasil mengalihkan fokus kedua orang tuanya.

Ayah dan Bunda memang tidak pernah melarang, tapi keduanya selalu mengingatkan Lia untuk tahu batasannya. Untuk lebih mengutamakan apa yang Allah suka dibandingakan apa yang diri sendiri suka. Lia melihat kedua orang tuanya yang menatapnya bertanya.

"Hari pertama masuk kemarin Lia ketemu cowok di lift, anaknya ganteng Bund, kelihatan baik juga. Terus hari ini Lia ga sengaja ketemu saat berangkat ke kampus, dia minta Lia buat jalan didepan terus bilang dia bakal ikutin buat jaga dari belakang, begitu pun waktu pulang, karena jarak rumah kita yang ternyata ga jauh Galen mutusin buat nganter Lia. Lia merasa dilindungi banget. Tadi selama di kampus juga kebetulan Lia duduk sebelahan sama dia, anaknya asik Bund. Tapi meskipun gitu, dia tahu batasan, dia tahu kapan harus menghibur dan kapan harus bersikap serius. Dia juga kayaknya pinter bund."

"Gatau kenapa Lia nyaman sama dia, padahal kan biasanya Lia ga pernah nyaman kalau ngobrol sama cowok. Meskipun belum kenal lama tapi entah kenapa Lia yakin dia cowok yang baik. Lia takut suka sama dia Bund." Lia selesai menceritakan tentang kekhawatirannya sejak sore tadi. Lia tidak pernah berbohong dengan kedua orang tuanya, Lia sudah dibiasakan sejak kecil untuk menceritakan semua kegelisahan dan ketakutannya. Lia juga tidak merasa keberatan karena kedua orang tuanya pun tidak pernah menghakiminya.

"Anak ayak udah gede ternyata" ucap Ayah Lia diikuti kekehan juga tawa Bundanya.

"Lia suka sama seseorang, jatuh cinta kepada seseorang itu bukan hal yang salah. Kita tidak bisa untuk mengendalikan hati jatuh kepada siapa, dimana, dengan siapa, berapa lama. Jadi tidak perlu takut, ketika hal itu terjadi maka yang harus Lia lakukan hanya membuat batasan. Jangan sampai rasa suka itu menjerumuskan Lia pada suatu hal yang telah Allah haramkan." Jelas Bunda.

"Tidak apa untuk dekat dengan lelaki Lia, Ayah dan Bunda tidak pernah melarang jika itu hanya sebatas teman. Tapi jika suatu hari pertemanan itu menimbulkan rasa suka Ayah harap Lia bisa menahannya, mungkin sakit.. tapi itulah yang seharusnya bahkan Ayah tidak segan untuk melarang Lia berdekatan jika Lia tidak bisa menahan diri." Giliran Ayah Lia yang bicara.

"Untuk mencegah itu, Lia harus bisa mengendalikan diri ya dari sekarang. Jangan dengan mudahnya mengambil hati setiap perhatian yang diberikan seseorang, begitupun Lia, jangan terlalu memberi harapan untuk orang lain jika Lia tidak bisa mempertanggung jawabkannya." Tambah Bunda.

Lia mendengarnya dengan baik, menyerapnya kedalam otak berusaha menyimpan baik-baik perkataan kedua orang tuanya. Seperti biasa Ayah dan Bunda Lia tidak menghakimi kecemasan yang dirasakan sang Anak. Lia sangat bersyukur memiliki orang tua seperti mereka. Mereka benar-benar memberikan yang terbaik yang mereka bisa berikan. Mereka selalu berusaha untuk tidak menyakiti hati Lia.

....

Lia medudukan dirinya dimeja belajar, setelah menyelesaikan percakapannya dengan Ayah dan Bunda, Lia kembali ke kamar untuk belajar. Lia mengulang kembali apa yang telah diajarkan para dosen hari ini, sesekali mencari sumber lain untuk ditambahkan dicatatannya.

Lia cewek yang pintar, tapi bukan berarti dia cewek yang nolep tidak mau diajak keluar dan bermain-main. Lia itu tipe manusia jika belajar ya akan belajar dengan serius dan ketika harus rileks, healing, bermain, Lia juga akan benar-benar menikmatinya. Lia selalu mengatakan pada dirinya sendiri untuk pengingat. 'Nikmatilah waktu sekarang, tapi jangan sampai menyesal dikemudian hari' itulah kata-kata yang akan selalu menetap di otak Lia. Lia ingin kehidupan yang seimbang antara pendidikan dan bermain, antara usaha keras dan ketenangan untuk dirinya sendiri.

...****************...

Terpopuler

Comments

Amelia

Amelia

❤️❤️❤️❤️❤️👍👍

2024-03-08

0

☆White Cygnus☆

☆White Cygnus☆

aku mampir dulu kak.

2024-03-07

1

Tuxedo Mask

Tuxedo Mask

Wooh, saya kagum author bisa bikin twist cerita yang menarik!

2024-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!