Sementara itu, Theresia dirumah hanya terdiam melihat putrinya memilih pergi meninggalkan nya hanya demi menjadi seorang model. Namun Theresia tidak terlalu ambil pusing, ia berpikir jika Saoirse tidak akan bisa bertahan lama di luar sana.
Saoirse tidak punya apapun untuk bertahan hidup tanpa nya, selama ini Theresia membatasi uang jajannya. Theresia sangat yakin jika Saoirse tidak punya uang, beberapa hari lagi gadis itu pasti kembali.
"Bukan Mommy tidak mau mendukung cita-cita mu sayang, tapi kau harus membuktikan pada dunia jika kau juga bisa menjadi dokter yang hebat. Agar tidak ada seorang pun yang bisa meremehkan mu, apalagi memandang rendah dirimu." gumam Theresia mengingat masa mudanya dulu.
Theresia mengendarai mobilnya dan menuju tempat kerjanya, wanita itu membuka salon kecantikan sebagai mata pencaharian nya. Salon itu lumayan besar dan sangat cukup untuk menghidupi nya dan Saoirse hingga bisa menyekolahkan Saoirse di sekolah elite.
Theresia menyiapkan segala kebutuhan Saoirse, terutama untuk pendidikan putrinya itu. Sekolah kedokteran butuh biaya yang sangat besar, dan itu membuat Theresia bekerja keras. Namun kini sang putri malah pergi dari rumah dan ingin menjadi model, meski begitu, Theresia tetap yakin jika itu hanya sementara mengingat Saoirse masih remaja labil.
Wanita paruh baya itu tiba di salon miliknya yang sangat ramai, banyak pelanggan melakukan perawatan rambut, kuku, dan masih banyak jenis perawatan tubuh lainya. Theresia juga bekerja sama dengan dokter kulit dan dokter kecantikan, itulah yang membedakan salon nya dan salon lainya.
"Ada apa denganmu?" tanya seorang wanita yang baru saja memasuki salon.
"Eve, kau mengagetkanku." kata Theresia terkejut melihat Eve di belakangnya dengan membawa kopi di tangannya.
"Kau tidak menjawab pertanyaan ku, There." kata Eve, teman Theresia sekaligus Dokter kecantikan.
"Aku hanya sedikit lelah." sahut Theresia lesu.
"Kau yakin hanya lelah?" Eve tidak percaya.
"Tentu saja, dimana Brie?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.
"Dia mengantar putranya ke dokter gigi." jawab Eve, menyesap kopinya. Lalu mereka berdua kembali ke ruang kerjanya masing-masing. Dimana Eve sebagai dokter kecantikan ruang kerjanya berada di lantai dua, sedangkan Theresia berada di lantai dasar. Dan Brie, berada di lantai tiga sebagai dokter kulit.
🪷🪷🪷
Saoirse menikmati kehidupan barunya, gadis itu benar-benar bekerja keras untuk membuktikan pada ibunya jika ia bisa bertahan hidup diluar. Saoirse tidak mengalami kesulitan apapun saat berpose didepan kamera.
Kini Saoirse sedang melakukan pemotretan dari sebuah brand kecantikan, auranya begitu terpancar dan membuat sang fotografer sangat luas dengan hasil jepretannya.
"Kau sudah seperti model profesional, Saoirse. Kau pasti akan menjadi model yang besar di masa depan." puji sang fotografer tersebut.
"Kau sangat berlebihan Toby, tapi terimakasih atas pujiannya." kata Saoirse tersenyum.
"Aku pergi dulu." pamit Saoirse masuk keruang ganti, disana sudah ada Thea yang menunggunya.
"Kau sangat luar biasa." puji Thea yang selalu setia menemani Saoirse.
"Hmmm, aku sangat lelah karena harus tersenyum terus." keluhnya duduk dan menyandarkan tubuhnya.
"Cepatlah ganti baju, agar kau juga cepat istirahat. Aku sudah memesan taksi." titah Thea, mereka benar-benar bekerja dari nol, dengan menggunakan taksi kemana-mana.
Saoirse dengan malas beranjak mengganti bajunya karena ingin cepat sampai rumah dan beristirahat.
Kedua sahabat itu berjalan keluar dari studio foto yang menjadi tempat pemotretan nya. Ini adalah job kesekian yang sudah Saoirse terima, penghasilan gadis itu sudah lumayan banyak untuk hidup berfoya-foya, namun Saoirse tidak melakukan hal itu.
"Apakah besok ada jadwal pemotretan lagi?" tanya Saoirse, mereka sudah berada dalam taksi.
"Tidak, karena tugas kita sudah menumpuk. Lima hari ke depan kau tidak ada pemotretan, kita akan fokus belajar. Dan aku hanya akan menerima dua pekerjaan setiap minggunya, karena kita sudah akan sibuk kelulusan. Kau tidak keberatan bukan?" tanya Thea, mereka akan segera lulus beberapa bulan lagi dan akan mengikuti ujian masuk Universitas, dan Thea tidak mau jika mereka gagal.
"Ya, aku setuju denganmu, tapi bisakah kita membeli mobil bulan depan?" tanya Saoirse, Thea juga yang memegang keuangannya.
"Tentu saja, tapi kita harus menunda membeli apartment, dan kita hanya bisa menyewa nya saja. Karena uang kita tidak cukup untuk membeli apartment dan mobil secara bersamaan." jelas Thea.
"Itu sama sekali tidak masalah, Thea. Yang penting kita punya tempat tinggal setelah kita keluar dari asrama. Terimakasih kau sudah menjadi teman, manager, asisten dan saudara yang baik. Tolong jangan tinggalkan aku." kata Saoirse.
"Kita saudara, dan saudara tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain." sahut Thea kedua nya tersenyum.
🪷🪷🪷
Begitu sampai di asrama, kedua gadis itu sudah di sambut oleh salah satu temannya yang membawakan setumpuk tugas yang harus mereka selesaikan.
"Oh Bianca, aku sungguh lelah." keluh Saoirse, Bianca dan Thea tersenyum.
"Ini hanya perlu waktu sebentar Saoirse." kata Bianca, Saoirse menatap melas pada Bianca, namun Bianca tetap menunjukkan senyumnya.
"Oke," Saoirse menghela nafas berat dan membuka pintu asrama nya, lalu ketiga gadis itu masuk dan membahas tugas yang memang harus mereka selesaikan.
Benar apa kata Bianca, setumpuk tugas itu selesai dengan cepat, karena mereka bertiga memang murid yang pintar. Lalu Bianca dan Thea kembali ke dalam kamarnya masing-masing.
Saoirse membuka jendela kamarnya, gadis itu melamun memikirkan kehidupan yang dijalaninya. Mungkin orang lain melihat kehidupan Saoirse sangat sempurna. Cantik, pintar, karir sebagai model juga sangat cemerlang, tidak ada kesulitan apapun yang ditemui oleh Saoirse.
Namun, jika melihat kedalam hatinya, Saoirse sangat teramat kesepian, Saoirse merindukan sosok ayahnya yang tak pernah ia ketahui dimana keberadaannya, bahkan nama ayahnya saja Saoirse tidak tahu.
"Daddy mu sudah meninggal, dan jangan bertanya tentang Daddy lagi. Karena itu sangat menyakiti hati Mommy." itulah yang Theresia katakan saat Saoirse menanyakan keberadaan Ayahnya.
Namun Saoirse yakin jika ibunya berbohong, sebab ibunya tidak pernah membawa Saoirse datang ke makam Ayahnya. Dan satu lagi, Saoirse tidak mempunyai nama Ayahnya, tapi malah nama ibunya lah yang ada di nama Saoirse, yaitu Saoirse Brown, sedangkan ibunya Theresia Brown.
"Aku pasti akan mengetahuinya Mom, aku akan segera tahu siapa Daddy ku." gumam Saoirse.
Apakah Saoirse membenci ibunya? Tentu saja tidak, Saoirse sangat menyayangi ibunya. Tapi untuk saat ini Saoirse terpaksa melawan Ibunya. Saoirse juga sangat tersiksa menahan rindu pada Theresia, walau bagaimanapun, Theresia adalah ibu kandungnya, yang selalu berjuang untuk memberikan yang terbaik untuk Saoirse.
Saoirse tentu menyayangi Ibunya, terlebih hanya ibunyalah satu-satunya keluarga yang Saoirse miliki. Saoirse belum mengetahui silsilah keluarga Ibunya, tapi yang Saoirse tahu jika ibunya berasal dari Irlandia. Tentang bagaimana bisa ibunya kini tinggal di Jerman, Saoirse belum mengetahui ceritanya.
🪷
🪷
🪷
🪷
🪷
TBC 🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments