Hot Ceo & Istri Introvert

Hot Ceo & Istri Introvert

Chapter 1

“Ya Tuhan, El. Kapan kamu mau bawa calon suami ke rumah. Lihat itu, teman-temanmu sudah pada gendong anak semua. Kamu jomblo terus dari lahir!” omel Ibu Elena. 

Berulang kali ia menasehati anaknya untuk segera menikah. Jangan sampai suatu saat nanti ketika ia dipanggil Sang Pencipta. Putrinya hanya hidup sebatang kara. 

Elena hanya mendengarkan omelan ibunya dengan sabar. Ia sudah terbiasa dengan kata-kata mutiara yang selalu dilontarkan wanita cantik itu. Tidak lain dan tidak jauh dari persoalan pernikahan. 

Ibunya selalu mengeluh dan menasehati dirinya tentang topik itu. Memang itu adalah suatu hal yang wajar. Sebagai orang tua yang memiliki anak gadis berusia seperempat abad. Pasti ada rasa kekhawatiran di hatinya. Melihat anaknya belum berumah tangga. 

Elena mengerti tentang posisi ibunya. Sebagai single parent, itu bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, di sini masalahnya ada dalam diri Elena sendiri. Banyak ketakutan yang ia simpan dengan rapat sendirian. 

“Sabarlah, Bu. Cari calon suami itu gak boleh langsung asal comot. Kalau dapat yang jelek dan busuk gimana coba? Rugi dong anak Ibu yang cantik dan manis ini,” kilah Elena. 

Hanya jawaban seperti itu yang selalu ia berikan. Mencoba terus tersenyum dan bahagia di depan ibunya, agar tidak menjadi beban pikiran orang tersayangnya itu. 

Ibu Elena yang bernama Yuliana itu hanya memutar bola matanya. Sudah jenuh dan malas dengan jawaban sang putri. Padahal ia sangat ingin melihat anaknya itu menikah dan mempunyai anak. 

Meja makan selalu ramai dengan perdebatan keduannya. Demi menghindari syair lagu yang lebih panjang. Elena segera menghabiskan sarapan paginya. Ia sudah malas jika ibunya tetap memberikan ultimatum yang sama. Lebih baik ia segera berangkat bekerja. Takutnya nanti terjebak macet. 

Maklum, selain kota yang panas. Jakarta juga terkenal dengan banjir dan traffic jam nya. Oh satu lagi, jangan lupakan polusi udaranya yang sudah sangat parah. 

“Berangkat dulu ya, Bu. Doakan pekerjaan Elena hari ini lancar. Ibu juga hati-hati kalau mau ke toko,” pesan Elena. 

Walaupun hanya hidup berdua. Ibu Elena bukan hanya berperan sebagai ibu rumah tangga saja. Ia mempunyai toko bunga yang cukup ramai, sebagai tempat untuk mencari nafkah dan mencukupi semua kebutuhan hidup mereka selama ini. 

Tanpa membuang waktu lama. Elena berpamitan ke ibunya dan segera berangkat bekerja. “Ayo, Blacky! Kita pergi sekarang.”

Elena masuk ke dalam mobil Brio kesayangannya. Memacunya membelah padatnya arus lalu lintas kota Jakarta.

*

*

Avalon Group adalah salah satu perusahaan terbesar di kota Jakarta. Sudah 3 tahun lamanya Elena bekerja di sini sebagai seorang Akuntan berkat kecerdasan yang dimilikinya. Seleksi masuk yang sulit dan ketat membuat Elena bangga bisa diterima di perusahaan ini. 

Setelah memarkirkan mobilnya. Elena berjalan santai menuju ruang kerjanya yang ada di lantai dua. Sesampainya di ruangan. Ia disambut hangat oleh Naya--Sahabatnya. Dalam divisinya berisi tujuh orang, termasuk dirinya. 

“El … El, lo tau gak? Ada gosip hangat loh pagi ini. Dengerin gue ya, besok pagi kita bakalan kedatangan CEO baru. Berdasarkan informasi yang gue dapat. CEO baru kita ini sudah matang umurnya dan jebolan luar negeri. Lo mau antri daftar gak?” serunya dengan heboh. 

Elena menggelengkan kepalanya. Sahabat satunya ini selain suka bergosip juga sangat cerewet. Berbeda sekali dengan dirinya yang lebih suka diam dan berbicara seperlunya saja, tapi berbeda lagi jika sudah mengenal dan merasa nyaman. 

Sambil mendengarkan ocehan Naya. Elena duduk di kursi yang ada di meja kerjanya. Bersiap memulai kesibukan yang menguras pikiran dengan bergelut bersama rentetan angka. 

“Ish … ish … ish. Gue, ‘kan sudah berusaha mencarikan pasangan bibit unggul buat lo yang jomblo, El. Masa tetap gak mau sih? Mau, ya?” bujuk Naya. Ia ingin melihat sahabatnya itu menjalin kasih dengan seorang pria. 

Elena menghela napas lelah. Inilah yang selalu tidak ia sukai. Setiap berkumpul selalu ada saja orang yang dijodohkan dengannya. Apa salahnya sih di usia segini masih jomblo? 

Kenapa orang-orang pada ribet dan mengasihani kalau tahu wanita belum menikah di usia 25 tahun. Bukankah lebih baik mengurus masalah hidupnya sendiri daripada mengurusi hidup orang lain? 

Apa mereka pikir nikah itu hanya bermodalkan cinta? Bahkan mental dan finansial pun dikesampingkan. 

“Buat lo aja deh, Nay. Lagian kalau sudah matang bukannya tuwir ya? Kalau lo tertarik ya ambil aja. Kita sama-sama jomblo jika lo lupa,” putus Elena. Ia sudah lelah mendengar pertanyaan yang sama dari orang yang berbeda. 

Setelah mengobrol sebentar. Mereka mulai serius dengan pekerjaan masing-masing. 

*

*

Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usia tuanya, sedang berbicara lewat telepon dengan sang putra. 

“Kamu sudah sampai mana, Son?” tanya mommy Darian yang bernama Bella. 

“Merindukanku, hmm?” goda Darian tanpa menjawab pertanyaan mommynya. 

Bella menahan rasa kesalnya. Anaknya itu selalu membalas pertanyaan dengan satu buah pertanyaan lagi. Sudah berpisah selama 5 tahun sama sekali tidak ada pengaruhnya untuk anak laki-lakinya itu. 

Darian lebih memilih untuk mengurus perusahaan cabang keluarganya yang ada di Amerika. Ia yang sejak kecil menyukai tantangan lebih suka berjalan mandiri dengan mengandalkan kemampuannya. 

Obrolan mereka berlangsung sekitar sepuluh menit saja. Setelah mengetahui keberadaan sang putra yang sebentar lagi akan sampai. Mommy Bella menyiapkan berbagai hidangan makanan kesukaan Darian untuk makan siang mereka. 

Demi menyambut kedatangan sang putra. Mommy Bella meminta suami dan ayah mertuanya untuk tetap standby di rumah. 

“Sayang, anak kita cuman pulang. Kenapa aku gak boleh berangkat kerja, sih? Padahal nanti malam juga bakalan ketemu. Jangan lebay deh!” gerutu Adrian. 

Istrinya ini selalu memanjakan Darian. Bahkan, ketika mereka menjalani LDR pun, sang istri akan menanyakan keadaan putranya bisa sampai sehari tiga kali. Seperti mengingatkan orang sakit untuk meminum obatnya. 

“Daddy ga suka? Keberatan, hem? Ia darah daging kamu sendiri loh. Hargai sedikit, dong kedatangannya!” sarkas mommy Bella. 

Huft

“Sudahlah, percuma berdebat. Daripada nanti malam gak dikasih jatah, ehem … ehem,” batin daddy Darian. 

“Diamlah, Adrian! Papa pusing kalau mendengar istrimu mengomel,” bisik kakek William. 

“Iya, Pa. Ia mirip burung pipit kalau sedang mengomel. Entah dari mana aku dulu menemukannya,” kekeh Adrian mengingat perilaku ajaib istrinya. 

Terpopuler

Comments

Nia Yusniah

Nia Yusniah

mampir,seru kyx

2024-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!