Jam pulang kantor pun tiba. Elena dan Naya berjalan beriringan meninggalkan ruangan. Mereka sama-sama menuju ke tempat parkir perusahaan.
Sedari tadi cuaca memang sedikit buruk. Awan hitam mulai menyelimuti langit. Suara petir juga mulai terdengar bergemuruh. Untung saja hujan belum turun membasahi bumi.
“El, lo yakin mau nyetir sendiri? Mending bareng gue aja, lagian rumah kita, ‘kan searah,” tawar Naya.
Ia sedikit khawatir melihat raut wajah Elena yang sedikit suram sejak makan siang tadi.
“Gue masih sanggup pulang sendiri. Thanks tawarannya,” tolak Elena dengan tersenyum tipis.
Setelah keluar dari lobi kantor. Tiba-tiba hujan turun dengan deras diiringi dengan suara petir yang menggelegar. Saking terkejutnya, Elena reflek menutup kedua telinganya dan membalikkan badan.
BRUK
Ia menabrak sesuatu yang keras. Sehingga badannya sampai terhuyung ke belakang. Beruntung, ada sepasang tangan yang bertengger di pinggangnya.
Elena mendongakkan kepala. Ia sedikit terkejut melihat siapa orang yang sedang berdiri di depannya. Mereka hanya saling menatap tanpa mengeluarkan suara.
Hingga seruan merdu seorang wanita membuyarkan lamunan keduanya. “Oh … my. Inikah pacarmu, Son? Cantik sekali. Mommy suka,” celetuk mommy Bella.
Mommy Bella dan sang suami berjalan mendekat ke arah mereka berduka.
Seolah tersadar, Darian mendorong Elena dengan sedikit kasar. “Bukan pacarku, tapi karyawanku.” Sambil melirik ID yang menggantung di leher karyawannya yang bertuliskan Elena Yusfitra Maharani.
Suasana menjadi sedikit canggung sejak kepergian Darian. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka. “Maaf, Bu. Saya tadi tidak sengaja menabrak pak Darian.
Elena menundukkan kepalanya. Meratapi kecerobohan yang telah ia lakukan.
Mommy Bella menatap lekat ke arah Elena. Lalu ia berkata,“Kamu harus bertanggung jawab, Cantik.”
Ia menarik tangan Elena dan mengajaknya masuk ke dalam mobil. Sepanjang perjalanan, mereka saling bercerita. Lebih tepatnya mommy Bella yang banyak mendominasi obrolan keduanya.
Ia sengaja melakukan itu, karena sejak pertama bertemu tadi, hatinya sudah menyukai wanita yang tidak sengaja dipeluk putranya itu.
Hari ini mommy Bella bermaksud mengajak Elena untuk mencari bunga. Sebagai orang yang suka dengan keindahan bunga. Salah satu keinginannya adalah mendapatkan menantu yang se frekuensi.
Beruntunglah, Elena yang dijadikan kandidat calon menantu sejalan dengannya. Mobil mewah yang membelah derasnya air hujan itu berhenti di salah satu toko bunga yang lumayan besar.
Hanya mereka berdua saja yang masuk ke dalam toko, karena daddy Adrian lebih memilih menunggu di dalam mobil.
Terdengar kericuhan di dalam toko. Membuat Elena mempercepat langkah kakinya. Ia melihat sang Ibu yang tengah dimarahi oleh seseorang yang ternyata adalah bude nya yang bernama Rumi.
“Yul … Yul. Pantas saja kakakku pergi meninggalkanmu. Lha, kamunya memang gak becus mendidik anak. Lihat itu si Elena. Sudah berumur belum juga menikah. Mau jadi perawan tua, ha?! Ibunya aja gak bener, pantas anaknya juga begitu!” hardik bude Rumi.
“Mbk, kalau ke sini hanya untuk merendahkanku, lebih baik Mbk pergi saja. Soal Elena, biarkan itu menjadi tanggung jawabku sebagai ibunya,” jawab Ibu Elena dengan bahasa yang halus.
Tangannya masih sibuk merapikan bunga-bunga. Ia sudah terbiasa dengan kata-kata tajam dari kakak mantan suaminya yang memang sedari dulu tidak menyukainya.
“Huh … mangkanya cari calon suami itu jangan pilih-pilih, yang ada anakmu itu gak bakalan dapat suami. Mau aku kenalkan sama temannya anakku? Walaupun sudah tua dan duda. Lumayan bisa menghidupi kalian sampai tutup usia,” tawar bude Rumi dengan mata yang melirik sinis dan senyum merendahkan.
Sebagai seorang anak. Elena begitu geram melihat orang tuanya direndahkan seperti itu. Ia mengepalkan kedua tangannya. Menarik napas dan mengeluarkannya secara perlahan.
Setelah mulai tenang, ia berjalan menghampiri mereka. Matanya menatap tajam ke arah bude Rumi dengan kedua tangan yang bersedekap di depan dada.
“Sudah lama tidak berjumpa, Nyonya Rumi. Semakin sehat saja mulut bebek Anda itu. Sebagai seorang tamu, seharusnya berlaku sopan. Apakah perlu saya ajari etika sopan santun, Nyonya?” ejek Elena dengan nada yang tegas dan tenang.
“Sok-sok an mau mengajari sopan santun. Coba lihat dirimu sendiri. Apa begitu cara kamu berbicara dengan orang yang lebih tua? Pantas gak laku-laku. Dasar anak gak punya adab!” timpal bude Elena dengan suara yang melengking dan menggebu-gebu.
Elena tertawa lirih.”Adab? Tentu saja saya punya, tapi bukan ditujukan untuk Anda. Sebelum merendahkan orang lain. Coba ajari dulu anak, Nyonya. Bagaimana bisa dia hamil duluan baru menikah? Bukankah urutannya perlu dikoreksi? Ah, satu lagi. Mendapatkan suami itu harus yang bisa menemani kita seumur hidup. Bukan hanya sekedar menumpang untuk hidup.”
Elena mengelus pelan pundak bude Rumi dengan senyuman yang menyimpan sejuta rahasia.
Akhirnya, perempuan tua itu pergi dengan sendirinya. Walaupun, masih sempat marah-marah dan mengeluarkan berbagai macam kalimat umpatan.
Mommy Bella yang menyaksikan itu bertambah yakin dengan keputusannya. Ia berjalan mendekat ke arah Elena dan Ibunya.
“Hei, Yuliana Sari. Apa kamu melupakanku?” sapa mommy Bella.
Tangan kanannya menepuk pelan bahu teman semasa SMA nya dulu. Sudah lama mereka berpisah. Ternyata, takdir masih mempertemukan mereka kembali dengan jalan yang tidak disangka-sangka.
“Bella? Ini beneran kamu? Si gadis tomboy pentolan sekolah?”
Raut wajahnya begitu terkejut. Sampai tidak sadar ia mengacungkan gunting yang sedang dipegangnya.
Setelah banyak mengobrol dengan sahabat lamanya. Mommy Bella berpamitan pulang. Ia berjanji akan sering-sering berkunjung dan tidak lupa ia juga mengutarakan rencananya untuk menjodohkan anak mereka.
*
*
Sesampainya di mansion, hari sudah lumayan petang. Setelah membersihkan diri. Semua anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga.
“Ehm … Darian, anak tersayangnya mommy. Ada kabar baik untukmu, Son. Mau dengar? Oke. Jadi, tadi mommy sudah menemukan calon istri yang cocok untukmu. Dia adalah anak dari sahabatnya mommy. Kita juga sudah sepakat untuk menjodohkan kalian berdua. Jangan menolak! Mommy tidak menerima akan hal itu. Setuju atau tidak, kamu harus menikah dengannya,” tegas mommy Bella.
Wajahnya begitu serius ketika menatap sang putra. Tidak ada raut bercanda seperti biasanya. Sisi lembut yang biasa terdengar dalam setiap kata-katanya tidak ia perlihatkan pada malam itu.
“What? No, Mom!” tolak Darian dengan sedikit berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments