Mommy Bella melotot menatap sang putra. Ia tidak habis pikir, anaknya ini dicarikan wanita yang baik, cantik dan kalem masih saja menolak. Sebenarnya anak semata wayangnya itu mau tipe yang model nya gimana lagi.
Berbagai karakter dan tipe wanita yang pernah ia jodohkan tidak pernah ada yang cocok. Bahkan dengan tidak berperasaan pernah membuat salah satunya menangis saat pertemuan pertama.
Mommy Bella memicingkan mata ke arah sang putra. “Kamu belok ya, Son? Perasaan setiap kamu dekat wanita bawaannya pengen kabur aja kaya orang alergi,” sewot mommy Bella.
“Oh my, Mom. Putramu ini masih normal. Oke. Apa Mommy gak kasihan misal Darian menerimanya karena terpaksa?” balas Darian dengan tegas.
Saat ini di hatinya masihlah abu-abu. Namun, ada satu nama yang menyelinap dan bertahta di sana. Itulah yang membuatnya ragu untuk melangkah menuju jenjang yang lebih serius dengan seorang wanita.
“Aku harus merencanakan sesuatu. Tak akan kubiarkan calon menantu idaman dimiliki lelaki lain, pokoknya harus nikah sama Darian” tekad mommy Bella.
Setelah penolakan Darian. Mereka tidak membicarakan topik perjodohan lagi. Keluarga cemara itu mulai serius membahas seputar masalah bisnis.
Sementara itu, di sebuah rumah minimalis. Seorang gadis sedang tidur tengkurap di sebuah sofa. Matanya fokus pada laptop yang ada di depannya. Sebuah serial drama berputar menemani sunyinya malam.
Kadang terdengar tawa sampai bunyi ngikkk ... ngikkk, tapi tiba-tiba menangis sesenggukan. Ibunya yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.
Sudah hafal sekali dengan kelakuan sang anak. Memang sejak SMP Elena lebih suka menghabiskan waktunya di dalam rumah sambil melihat pacar halunya. Keluar hanya untuk makan sama kabur kalau ada bencana.
Entah kenapa anaknya itu lebih suka berdiam diri di kamar dan di rumah. Padahal dulu sewaktu kecil. Elena tipe anak yang aktif.
Apa mungkin ini gara-gara kejadian waktu itu? Membuat sang putri terluka dan meninggalkan bekas trauma di sana yang entah kapan sembuhnya.
“El … kamu masih waras, ‘kan?” canda Ibu Elena. Ia duduk di sofa yang ada di seberang putrinya.
Sambil menarik ingus yang mau keluar. Elena menjawab, “Masih aman, Bu, tapi kasihan pemeran utama ceweknya. Ia dizalimi ibu mertuanya. Kalau itu aku, pasti sudah aku tendang bokong keriputnya.”
Ibu Elena meringis mendengar apa yang dikatakan putrinya. Anaknya ini memang pendiam jika bertemu dengan orang asing yang tidak terlalu dikenalnya. Akan tetapi, percayalah. Jika sudah kenal, sang putri itu kelakuannya agak mendekati gila.
“Nak, cobalah bertingkah laku yang wajar-wajar saja. Ibu agak ngeri kalau kamu terlalu bar-bar seperti itu.” Ibu Elena menasehati sang putri sambil memakan buah pisang yang dibawanya dari dapur.
Mata Elena mendelik mendengar apa yang dikatakan ibunya. Mata yang sembab dan pucuk hidung yang memerah membuatnya seperti korban tindak kejahatan.
*
*
Keesokan paginya. Elena berangkat bekerja menggunakan taksi, karena mobilnya ia tinggal di perusahaan.
“Semoga, nanti gak ketemu sama orang itu,” batin Elena memohon.
Setelah membayar tagihan taksi. Elena bergegas turun dan berjalan memasuki perusahaan dengan wajah tanpa senyuman.
Ketika sedang mengantri di depan lift. Orang yang dihindarinya berjalan dengan langkah tegap menuju ke arah lift khusus yang berada tidak jauh darinya.
“Asem, sejak kemarin sepertinya keberuntunganku sedikit menipis,” cicit Elena, saat tidak sengaja matanya menangkap keberadaan bosnya.
Darian dan Elena bersamaan melangkah memasuki lift. Sayangnya, lift yang berbeda dengan tujuan yang berbeda pula.
Setelah sampai di ruangan kerjanya. Tiba-tiba tangannya ditarik oleh Naya dan dituntun untuk duduk di kursinya sendiri.
“Cerita … cerita. Gimana rasanya dipeluk sama Big Bos?” tanya Naya dengan mata yang berbinar penasaran.
“Seharusnya yang lo tanyain tuh, gimana rasanya dihempas di depan banyak orang. Lo tau, Nay? Gue rasanya mau pindah ke pluto!” kesal Elena mengingat kejadian kemarin.
“Setidaknya, sebelum lo pindah sudah dapat bonus pelukan langka, El. Have fun ya. Kalau sudah sampai pluto jangan lupa kabarin. Siapa tahu ada alien ganteng. Gue mau nyusul,” ledek Naya diiringi tawa sambil berjalan menuju meja kerjanya sendiri.
“Bocah gila!” umpat Elena lirih.
Tidak terasa waktu bergulir dengan begitu cepat. Waktu istirahat karyawan pun telah tiba. Namun, ada yang berbeda di jam makan siang kali ini.
Elena terperangkap dengan tiga orang konglomerat. Seperti sebuah mimpi. Dirinya duduk satu meja dengan mereka. Bahkan sekarang diajak untuk makan siang bersama.
Ia seperti duduk di pinggir tebing. Salah bergerak bisa jatuh ke dalam jurang. Rasanya begitu menegangkan. Bahkan tubuhnya sudah mulai pegal saking tegangnya.
Kedua tangannya yang bertaut di bawah meja mulai berkeringat. Bahkan sejak sampai di restoran. Ia hanya menundukkan kepalanya saja.
“Jangan tegang, Cantik. Kita tidak akan memakanmu. Santai aja. Anggap keluarga sendiri,” ucap mommy Bella agar Elena tidak terlalu tegang.
Elena hanya membalas ucapan mommy Darian dengan tersenyum canggung.
Belum sempat mereda rasa terkejutnya, saat mommy dari bosnya menghampiri ke ruangan tempatnya bekerja. Malah kini ia dibuat shock terapi dengan diajak makan siang satu meja dengan suami dan anaknya.
“Hari apes memang gak ada yang tahu. Kecut banget hari ini. Ya Ibu, tolong bawa anakmu pergi dari sini,” batin Elena yang sudah putus asa.
“Cantik, apa anak mommy tampan?” tanya mommy Bella secara tiba-tiba untuk memecah keheningan di meja mereka.
“Haaa?” beo Elena tanpa sadar, ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu.
“Mau jawab jujur takut dikira caper, gak di jawab takut dikira gak sopan. Terus harus gimana ini? Masa pura-pura pingsan aja?” bingung Elena.
“Tampan seperti Pak Adrian, Bu,” jawab Elena spontan sesuai yang terlintas di pikirannya.
Pasangan suami istri itu tertawa mendengar jawaban dari gadis cantik di depannya. Mereka kira akan mendengar jawaban klasik seperti biasa yang sering didengarnya. Ternyata, jawabannya di luar prediksi.
Darian melirik sinis ke arah gadis yang duduk di sampingnya.
“Dasar gadis genit! Kamu mau merayu Daddyku?” sarkas Darian dengan sewot.
Elena menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. Ia semakin bingung dengan jawaban dari CEO nya itu. Sambil nyengir kuda ia kembali menjawab, “Bukannya itu jawaban yang aman ya?”
Orang tua Darian terkikik geli mendengar adu mulut dari dua anak manusia di depannya. Membuat mommy Bella semakin semangat untuk mendekatkan keduanya.
“Jadi, Darian tampan ya?” tanya mommy Bella sekali lagi. Alisnya dinaik turunkan untuk menggoda Elena.
“Tampan, tapi maaf. Bukan tipe saya,” jawabnya dengan tegas dan yakin.
“Nah, ini pasti jawaban yang paling aman. Tidak dikira caper dan dituduh menggoda daddynya,” batinnya dengan puas dan bahagia.
“Kamu …!” geram Darian dengan wajah yang sudah memerah menahan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Nia Yusniah
bagus elena harus digituin tu darian
2024-02-22
1