Hidayah Berukir Cinta

Hidayah Berukir Cinta

1. Bersyukur

Assalaamu 'alaikum Readers

Selamat membaca cerita

"Hidayah Berukir Cinta"

Semoga kalian suka

❤❤❤

Seorang perempuan muslimah dengan balutan gamis serta khimar syar'inya yang berwarna navy baru saja menapaki kakinya di koridor bangunan besar yang bertuliskan "Bandara Soekarno Hatta". Ini pertama kalinya ia mengunjungi ibu kota Indonesia. Kedua mata indahnya menangkap seisi bandara Soekarno-Hatta yang banyak sekali lalu lalang orang-orang yang membawa kopernya masing-masing. Sama seperti dirinya yang sedang membawa koper berwarna hitam dan tas jinjing berwarna navy.

Rute penerbangan dari Banda Aceh menuju Jakarta menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam 55 menit. Lumayan lama sehingga wanita muslimah tersebut memilih untuk tidur di pesawat sehingga saat ini ia tidak merasa kelelahan. Ingin sekali ia segera meninggalkan bandara yang semakin dipadati oleh banyak orang. Namun apa daya ia harus menunggu seseorang yang akan menjemputnya.

"Kasha."

Pandangan perempuan muslimah itu tertuju ke arah sosok laki-laki dewasa yang terlihat sedang berjalan sedikit cepat ke arahnya. Senyuman terpancar di wajah senduhnya tatkala laki-laki tersebut kini sudah berada dihadapannya dengan senyuman yang merekah.

"Abang." Panggilnya lirih.

Perempuan muslimah yang bernama Kasha itu akhirnya berhambur di pelukan laki-laki itu yang disebutnya dengan Abang.

Atas izin Allah kini sepasang kakak beradik yang telah lama terpisahkan oleh jarak dan waktu akhirnya dipertemukan kembali. Semenjak kedua orang tuanya meninggal hak asuh Nufael dan Kasha jatuh kepada Nekna dan Kekyanya. Kakek dan Nenek dari Nufael dan Kasha memutuskan untuk tinggal dan menetap di Banda Aceh sehingga Nufael dan Kasha menghabiskan waktu kecil mereka di Banda Aceh. Selisih umur mereka hanya 1 tahun 1 bulan saja. Saat Nufael berumur 18 tahun ia memutuskan untuk menikah muda sekaligus ia bersama sang istri meminta izin kepada Kekya dan Nekna untuk pindah dan menetap di Jakarta. Ilyas dan Hasna tidak keberatan lantas mengizinkan cucu pertama mereka itu untuk tinggal di Jakarta karena Nufael berhak menentukan masa depannya sendiri.

Kini 8 tahun berlalu. Nufael dan Kasha sama-sama beranjak dewasa bahkan Nufael sudah dianugerahi seorang anak laki-laki berumur 7 tahun bernama Haziq Althafurrahman. Sementara Kasha diumurnya yang sudah menginjak 25 tahun Allah masih belum mempertemukan Kasha dengan jodohnya.

Kedatangan Kasha ke Jakarta bukan hanya sekedar melepas rindu kepada Abang semata wayangnya namun mulai detik ini Kasha akan ikut tinggal di Jakarta lebih tepatnya tinggal bersama Abang dan Kakak iparnya serta keponakannya. Sebenarnya Kasha sudah betah tinggal di Banda Aceh namun Allah menakdirkannya untuk hijrah ke Jakarta.

1 bulan yang lalu Kasha harus ikhlas merelakan kepergian Neknanya untuk selamanya. Terpukul sekali bagi Kasha harus ditinggalkan Nekna yang sudah merawatnya sejak kecil dengan kasih sayang yang berlimpah bahkan Kasha sudah menganggap Neknanya seperti Ibu kandungnya sendiri. Tetapi disisi lain Kasha bahagia karena kini Neknanya sudah berkumpul kembali dengan Kekyanya yang meninggal lebih dulu, tepatnya 1 tahun yang lalu. Tidak mudah bagi Kasha untuk menerima takdir yang Allah gariskan kepadanya. Maka dari itu ia perlu waktu untuk meninggalkan Banda Aceh yang memiliki banyak sekali kenangan dirinya bersama Nekna dan Kekyanya.

Kini hanya Nufael yang Kasha punya di dunia ini. Hanya Nufael, sang Abang satu-satunya anggota keluarga Kasha. Sebenarnya mereka masih ada Bibi dan Pamannya yang bernama Fahdah dan Aqmar tetapi mereka tidak tinggal di Indonesia, mereka memutuskan untuk tinggal di Saudi Arabia lebih tepatnya di Riyadh. Lagi pula Nufael tidak ingin merepotkan siapapun lagi cukup Nekna dan Kekyanya yang mereka repotkan selama ini. Sehingga Nufael menyuruh Kasha untuk tinggal bersamanya di Jakarta. In syaa Allah dengan usahanya yaitu "Catering Makanan Sehat" Nufael masih mampu menghidupi keluarga kecilnya termasuk adik semata wayangnya, Kasha.

"Ayo kita pulang."

Usai berpelukan dengan air mata yang masih membasahi kedua wajah mereka akhirnya Nufael mengajak Kasha untuk segera meninggalkan bandara menuju rumah yang mulai saat ini akan menjadi rumah Kasha juga.

Kasha menitikkan air matanya kembali. Kasha tidak kuasa menutupi kesedihannya di hadapan Nufael.

Seakan mengetahui isi hati sang Adik. Dengan penuh kasih sayang Nufael langsung membawa Kasha ke dalam pelukannya yang erat dan sesekali mengelus pucuk kepala Kasha yang terbalut khimar syar'inya.

Kasha menangis tersedu-sedu. Ia tidak memperdulikan orang-orang sekitar yang memperhatikan dirinya dengan aneh. Selang beberapa menit kemudian suasana hati Kasha sudah membaik. Kasha berusaha tegar dan melepas diri dari pelukan Nufael.

Nufael meraih kedua pundak Kasha. Menatapnya dengan penuh kasih sayang. Kasha mencoba untuk tegar walau sebenarnya air mata tidak mampu lagi untuk ia tahan.

"Kasha, Abang tahu apa yang kamu rasakan saat ini, kamu harus sabar, kamu harus kuat, ikhlaskan kepergian Nekna ya, in syaa Allah saat ini Popa, Moma, Kekya dan Nekna sudah berkumpul di taman syurga, kita doakan mereka ya semoga mereka menjadi ahli syurga."

Kasha mengangguk pelan. "Aamiin."

Nufael dapat bernapas lega ketika Kasha kini mulai mengukir senyumannya. Walau senyuman yang terlihat dipaksakan.

"In syaa Allah mulai saat ini Abang akan selalu ada di samping kamu, ada Kak Niswah juga, ada Haziq juga, kami sayang sama kamu Adikku sayang, kamu nggak boleh sedih lagi, ya."

Kasha hanya dapat menganggukkan kepala. Kasha akan tetap bersyukur atas ujian terberat yang Allah ujikan kepada dirinya saat ini. Kasha akan berjanji kepada Nufael dan kepada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan bersedih lagi. Sudah cukup waktu 1 bulan ia habiskan dengan menangis, meratapi kepergian sang Nekna. Kasha sadar diri juga bahwa berlarut dalam kesedihan itu tidak baik. Bahkan Allah membenci hamba-Nya yang terlalu berlarut dalam kesedihan.

"Ya sudah kalau begitu, sekarang kita pulang ya, Kak Niswah pasti sudah menunggu kedatangan kamu."

Nufael mengajak Kasha untuk beranjak meningggalkan bandara yang tidak ada habisnya orang berlalu lalang. Ajakan yang kedua kalinya ini, Nufael berhasil membawa Kasha pergi menuju rumah mereka.

❤❤❤

Motor matic berwarna merah berpadukan hitam yang dikendarai oleh Nufael dengan Kasha yang duduk di belakangnya berhenti di halaman rumah sederhana namun terlihat indah dengan banyaknya tanaman yang mengisi halaman rumah itu.

"Alhamdulillah sudah sampai."

Kasha masih ragu untuk melangkahkan kakinya. Suasana rumah di hadapannya begitu asing bagi dirinya. Nufael yang baru saja turun dari motornya tidak tinggal diam dan segera menghampiri Kasha yang masih memperhatikan keadaan sekitar.

"Kasha, ayo masuk."

"Ta-tapi Bang-"

"Kasha."

Terdengar suara seorang perempuan sedang memanggil nama Kasha. Perempuan itu berdiri tepat di ambang pintu rumahnya dengan mengedarkan senyuman ramah kepada Kasha.

"Kak Niswah." Panggil Kasha lirih.

Akhirnya Kasha melangkahkan kakinya untuk menghampiri seorang perempuan bernama Niswah, istri dari Nufael yang sangat anggun dengan balutan gamis+khimar syar'inya.

"Assalaa 'mualaikum."

"Wa 'alaikumus salaam, Adikku sayang."

Kasha hendak meraih tangan Niswah namun Niswah mengabaikannya bahkan tanpa ragu Niswah malah memeluk Adik iparnya dengan suka cita. Kasha sedikit terkejut dengan pelukan Niswah yang secara mendadak namun perlahan Kasha membalas pelukan Kakak iparnya dengan suka cita pula.

Tak berapa lama kemudian Niswah melepas pelukannya. "Alhamdulillah akhirnya Adikku sayang sampai juga di Jakarta, selamat datang di istana kecil kami, semoga kamu betah ya tinggal di sini bersama kami."

Kasha tersenyum simpul membalas penyambutan Niswah yang sangat antuasias atas kedatangan Kasha di rumahnya.

"Ya sudah ayo kita masuk, kamu harus istirahat, pasti perjalanan tadi sangat melelahkan."

Niswah seakan mengetahui bahwa Adik iparnya saat ini membutuhkan istirahat untuk mengembalikan daya tahan tubuhnya yang sempat menurun karena perjalanan dari Aceh ke Jakarta menghabiskan waktu hampir 3 jam.

Kasha yang sedang ditemani Niswah berjalan masuk ke dalam rumah mereka seakan terhipnotis akan suasana di dalam rumah sederhana itu yang menampilkan suasana nyaman dan menenangkan dengan dinding bercat cream dan perlengkapan rumah yang tersusun rapi. Niswah berhasil menjadikan rumah mereka menjadi tempat tinggal yang nyaman dan menenangkan. Sepertinya Kasha akan betah tinggal di rumah keluarga kecil Nufael, sang Abang tercinta.

Langkah Kasha terpaksa terhenti lantaran Niswah sudah menghentikan langkahnya terlebih dahulu. Padahal mereka belum sampai di kamar yang akan menjadi kamar Kasha. Melainkan kini mereka berhenti di dapur. Ada seorang perempuan yang seumuran dengan Niswah sedang sibuk dengan pekerjaannya yaitu menata kotak makanan yang sudah berisi nasi+sayur dan daging yang sehat.

"Shima."

Niswah memanggil nama perempuan itu untuk menghampiri dirinya yang sedang bersama Kasha.

"Iya Nis." Jawab Shima sambil menghampiri Niswah.

"Perkenalkan ini Kasha, Adiknya mas Nufael, alhamdulillah mulai sekarang Kasha akan tinggal bersama kami."

Shima tersenyum ramah kepada Kasha. Kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan dirinya. Kasha pun menjabat tangan Shima dan juga tersenyum ramah.

"Perkenalkan saya Shima, Asistennya Niswah."

Niswah menggeleng seraya menghela napas. "Ish, Shima mulai deh, Kasha, Shima ini teman Kak Niswah sekaligus tim sukses catering Althafurrahman milik keluarga kita, dia juga tetangga kita, rumahnya itu yang paling ujung dan yang paling besar se Jakarta, dan suaminya itu kerja di perusahaan properti terbesar seibu kota Jakarta."

Kini giliran Shima yang menggeleng seraya tesenyum getir kepada Niswah. "Mulai deh berlebihannya, biasa saja kali Nis."

Kasha yang melihat Niswah dan Shima sedang memberikan pujian satu sama lain hanya dapat tersenyum tanpa mengeluarkan satu kata pun.

"Astaghfirullah, Kasha, maafkan Kak Niswah ya, gara-gara mengobrol sama perempuan yang satu ini, Kak Niswah sampai lupa kalau kamu harus segera istirahat, ya sudah ayo sekarang kita ke kamar kamu."

Niswah tersadar bahwa tujuan utamanya saat ini bukan mengobrol dengan Shima melainkan membawa Kasha untuk menuju kamarnya agar segera beristirahat.

"Lho kok Umma sama Kasha malah di dapur, bukannya langsung ke kamarnya Kasha?"

Nufael yang baru saja memunculkan dirinya di dapur terheran-heran melihat istri dan adiknya malah di dapur bukannya menuju kamar yang akan di tempati Kasha.

"Eh iya Buya, tadi Umma memperkenalkan Kasha kepada Shima dulu, ini sekarang juga mau ke kamarnya Kasha kok."

Nufael mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti. "Ya sudah kalau begitu, oh ya Kasha kopernya sudah Abang taruh di kamarmu ya."

Kasha mengangguk seraya tersenyum kepada Nufael. "Jazakallah khoiron Abang."

"Wa jazakillah khoiron Adikku sayang." Balas Nufael seraya mengikuti Niswah memanggil Kasha dengan sebutan Adikku sayang.

Nufael beralih memandang kearah Niswah. "Oh ya Umma, kalau begitu Buya berangkat dulu ya untuk mengantarkan pesanan cateringnya." Ucap Nufael meminta izin kepada sang istri untuk segera pergi mengantarkan pesanan-pesanan catering yang harus diantar sekarang juga.

"Iya Buya, fii amanillah."

Nufael menganggukkan kepalanya Lalu berucap salam.

"Assalaa 'mualaikum."

"Wa 'alaikumus salaam."

Kini Nufael sudah keluar dari rumahnya dengan membawa dua kantong besar berisikan kotak-kotak makanan catering pesanan pelanggannya.

Begitu juga dengan Kasha dan Niswah yang kini telah memasuki kamar berukuran minimalis namun terlihat bersih dan nyaman.

"Nah ini kamar kamu Adikku sayang, Kak Niswah minta maaf ya kalau kamarnya tidak sebesar kamar kamu yang di Aceh."

Kasha menggeleng cepat. Ia tidak menyetujui ucapan Niswah yang menurutnya sangat berlebihan.

"Kak Niswah, kamar ini nyaman sekali, in syaa Allah aku betah kok tinggal di sini."

Niswah tersenyum lega lantaran Kasha benar-benar tidak mempermasalahkan kamarnya yang berukuran minimalis. Sebenarnya Niswah tidak enak sendiri. Niswah tahu bagaimana rumah keluarga suaminya di Aceh yang lebih besar dari rumahnya saat ini. Namun rumah yang ditempatinya saat ini adalah rumah idaman Niswah dan Nufael. Sederhana namun nyaman untuk ditempati.

"Alhamdulillah kalau kamu mau menempati kamar ini, ya sudah kamu istirahat ya Adikku sayang, pasti badan kamu sangat lelah dan membutuhkan istirahat."

Kasha menuruti perintah Niswah untuk istirahat dan merebahkan tubuhnya di kasur yang terlihat empuk. Sebelum meninggalkan sang adik ipar yang hendak beristirahat, Niswah merapatkan selimut ke tubuh Kasha. Lalu keluar dan menutup pintu dengan rapat.

"Ya Allah terima kasih telah mengumpulkan hamba bersama Abang dan Kakak ipar hamba, semoga ini yang terbaik untuk kehidupan hamba kedepannya. Aamiin" Ucap Kasha dalam hati. Dan selanjutnya ia benar-benar tertidur akibat perjalanan tadi yang cukup melelahkan.

Terpopuler

Comments

Atiyah Nur

Atiyah Nur

dari WP pindah kesini gara" anaknya rafka sama faysha😍

2021-08-02

2

💞💕Neng Sity💕

💞💕Neng Sity💕

menarik... lanjut

2020-09-03

1

V_Z

V_Z

Semangat Thor
salah dari "SANG PENGACARA"

2020-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!