4. Disia-siakan

Assalaamu 'alaikum Readers

Selamat membaca cerita

"Hidayah Berukir Cinta"

Semoga kalian suka

❤❤❤

Di hari yang cerah ini Haziq sudah tampan dengan balutan baju taqwa beserta sarung dan kopyah yang senada. Usai puas berdiri di depan cermin seraya membetulkan posisi kopyahnya Haziq bergegas keluar dari kamarnya.

"Buya, Buya di mana?"

Haziq sedang mencari Nufael yang tidak terlihat di pandangan matanya. Hari ini rencananya Haziq akan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim yang ta'at kepada Robbnya untuk menuju masjid dan melaksanakan sholat jum'at.

Selang beberapa lama kemudian yang dicari Haziq akhirnya memunculkan dirinya dengan pakaian yang sama dengan Haziq yaitu baju kebanggaan seorang muslim jika hendak beribadah kepada sang ilahi Robbi.

"Buya di sini." Ujar Nufael menampakkan dirinya di hadapan sang anak.

Haziq membalas senyumannya lebih tepatnya tersenyum lega karena yang dicari sudah berada dihadapannya.

"Ayo berangkat Buya, Haziq mau shalat di shaf pertama."

"Maa syaa Allah, ayo."

Kedua pria tampan beda generasi itu akhirnya berjalan beriringan menuju pintu rumah mereka untuk segera ke Masjid. Namun saat menginjakkan kaki di ruang tamu langkah keduanya terhenti sebab ada yang memanggil mereka.

Niswah mendekati suami dan anaknya yang sudah sama-sama tampan dengan pakaian taqwanya. Sementara Kasha yang tadinya berada di dapur bersama Niswah ikut menuju ruang tamu namun tidak mengikuti Niswah yang sedang menghampiri Nufael beserta Haziq.

Niswa berdecak kagum. "Maa Syaa Allah dua pangeran Umma sudah mau berangkat ke masjid ya."

Haziq mengangguk dengan semangat. "Iya dong Umma kita kan pria sejati, ya kan Buya?." Haziq beralih menoleh ke arah Nufael untuk meminta persetujuannya.

Nufael sedikit terkejut. Anak laki-lakinya yang masih kecil itu sudah mengetahui kata pria sejati. Padahal setahu Nufael ia tidak pernah mengajarkan Haziq tentang hal itu. Nufael menduga bahwa Haziq mengetahui kata pria sejati itu mungkin saat dirinya mengobrol bersama Niswah. Nufael pun membenarkan slogan yang mengatakan bahwa anak merupakan penipu ulung orang tuanya, dan kini Nufael menyaksikan sendiri yang terjadi kepada putranya.

Sementara Niswah sudah tidak dapat menahan tawanya ketika melihat Nufael hanya mengangguk-angguk saja. "Ayo Buya, Haziq tahu dari mana itu, kata pria sejati." Goda Niswah dengan lirih sembari mencolek lengan sang suami.

Nufael menggeleng cepat untuk meyakinkan sang istri bahwa bukan dirinya yang mengenalkan Haziq dengan kata pria sejati.

Haziq kebingungan melihat Ummanya sedang terkekeh geli kepada Buyanya yang terus saja menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Umma sama Buya lagi membicarakan apa sih?." Tanya Haziq penasaran.

Baik Nufael maupun Niswah sama-sama tertuju ke arah sang putra yang rupanya sejak tadi memperhatikan keduanya. Lalu secara kompak keduanya saling menggelengkan kepala kepada Haziq.

Sementara Kasha yang sedang memperhatikan keluarga kecil di hadapannya itu tersenyum seraya bersyukur karena Abangnya kini sudah memiliki keluarga yang harmonis sekali. Kasha ikut bahagia melihat keharmonisan keluarga Abangnya yang juga menjadi bagian keluarganya.

Kasha membatin "Semoga kalian selalu bahagia seperti ini Abang, Kak Niswah dan Haziq. Aamiin."

❤❤❤

Di tempat lain, Arfan sedang membereskan meja kerjanya yang berantakan akibat sibuknya bekerja. Usai meja kerjanya rapi kembali Arfan bergegas keluar dari ruangan kerjanya dan bertemu dengan para karyawan lain yang hendak keluar dari kantor mereka.

"Hey Fan, mau jum'atan kan?, ayo bareng."

Salah satu karyawan tersebut mengajak Arfan untuk berangkat sholat Jum'at bersama. Arfan tentu menerima ajakannya.

"Eh Pak Jevin juga ikut sholat jum'at nggak?"

Arfan menanyakan Bosnya yang tidak terlihat bersama karyawan lain. Rekan-rekan kerja Arfan secara bersamaan mengangkat bahu mereka masing-masing menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahuinya.

"Ya elah Fan lo seperti karyawan baru saja, mana pernah sih Pak Jevin sholat jum'at."

"Iya Fan, jangankan sholat jum'at sholat fardhu saja nggak pernah tuh."

Arfan menghela napas ketika mendengar jawaban-jawaban dari rekan kerjanya yang sebetulnya memang benar namun bukan berarti membeberkan aib Bos mereka yang sudah memberikan mereka pekerjaan.

"Husshh ngomongnya jangan keras-keras kalau sampai terdengar sama yang lain nggak enak."

Salah satu rekan kerja Afnan tertawa kecil. "Ya elah Fan, karyawan di sini sudah tahu semua kali, itu sudah menjadi rahasia publik yang nggak usah ditutup-tutupi lagi."

Benar apa yang dikatakan salah satu rekan kerja Arfan tersebut. Arfan juga sudah tahu bagaimana perangai Bosnya yang bisa dikategorikan perangai buruk sangat buruk. Meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslim.

"Ya sudah kalau begitu kalian duluan saja, gue mau coba ajak Pak Jevin untuk sholat jum'at, kali saja hati dia terketuk, siapa tahu Allah sudah melembutkan hati Pak Jevin."

Awalnya rekan-rekan kerja Arfan sempat meledek dan memustahilkan ucapan Arfan bahwa sang Bos mau diajak sholat jum'at namun mereka juga sadar tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak.

"Baiklah kalau begitu, kita duluan ya, semoga berhasil Bung."

Arfan mengangguk seraya mengaminkan para rekan kerjanya yang mendoakan atas keberhasilannya dalam mengajak Bosnya untuk kembali beribadah kepada Allah.

Usai para rekan kerjanya mulai meninggalkan Arfan dan keluar menuju masjid kini tibalah saatnya kaki Arfan melangkah menuju ruangan dimana Bosnya sedang berada.

"Bismillah."

Arfan mulai mengetok pintu yang tertutup rapat. Arfan mendengar suara dari dalam ruangan tersebut yang menyuruhnya untuk masuk siapa lagi jika bukan suara milik Bosnya.

Jevin yang sedang berkutat dengan kesibukannya harus terganggu dengan kedatangan seseorang di ruangannya. Jevin menatap sekilas untuk melihat karyawan yang tidak lain adalah Arfan. Kemudian Jevin kembali fokus menghadap ke layar laptopnya.

"Ada apa?." Tanya Jevin tegas.

Arfan mengambil napas dalam-dalam. Arfan sadar bahwa saat ini sedang berhadapan dengan siapa. Entah kenapa setiap kali berurusan dengan Bosnya, Arfan selalu merasa tegang dan berkeringat dingin mungkin lantaran Bosnya itu tegas mendekati galak.

"Mohon maaf Pak, sudah waktunya sholat jum'at."

"Terus?"

"Saya-"

Jevin memotong pembicaraan Arfan yang belum usai. "Saya tidak pernah melarang kalian melakukan apapun, asalkan pekerjaan kalian tidak terbengkalai."

Arfan kembali berucap "Mohon maaf Pak, saya ke sini bukan mau meminta izin untuk sholat jum'at."

"Terus?"

Lagi-lagi Jevin menjawab tanpa menatap ke arah lawan bicaranya. Sesungguhnya Arfan merasa tidak suka jika ada yang berbicara dengannya namun tidak menatap matanya namun Arfan sadar bahwa yang bersikap seperti itu adalah Bosnya jadi suka-suka Bosnya mau bersikap seperti apapun kepadanya.

"Saya ingin mengajak Pak Jevin untuk sholat jum'at bersama."

Seketika Jevin menghentikkan aktivitasnya dan langsung mengangkat wajahnya untuk menatap tajam ke lawan bicaranya. Arfan bergidik ngeri mendapat tatapan tajam yang mencekam seakan ingin membunuhnya detik ini juga.

"Silahkan keluar!" Bentak Jevin dan langsung menyuruh Arfan untuk keluar dari ruangannya.

Arfan masih diposisinya. "Tapi Pak, sebagai seorang Muslim saya wajib mengingatkan Bapak tentang kewajiban Bapak melaksanakan sholat jum'at, saya berdosa kalau tidak mengajak Bapak untuk sholat jum'at."

Jevin berdecak kesal. Berani sekali karyawannya yang satu ini menghadap dirinya hanya untuk mengajaknya sholat jum'at. Sudah tidak betah sepertinya karyawan itu bekerja di perusahannya sampai selancang ini menasehatinya terlebih statusnya hanyalah seorang bawahan.

Jevin beranjak dari tempat duduknya. "Kamu mau keluar dari ruangan saya atau mau keluar dari perusahaan saya?!" Ancam Jevin tak main-main.

Arfan terkejut dan tersentak. Bosnya benar-benar marah kepadanya. Tidak ada pilihan lain, lebih baik Arfan keluar dari ruangan menegangkan itu dari pada harus keluar dari perusahaan tempatnya bekerja.

"Permisi Pak."

Arfan sudah tidak ingin mengingat kejadian tadi. Ia sudah menyerah dengan sikap Bosnya yang keras kepala sekali. Yang terpenting Arfan sudah menjalankan tugasnya sebagai seorang Muslim untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan. Mau atau tidaknya yang diingatkan itu urusan dia dengan Allah.

Sementara Jevin yang melihat Arfan keluar dari ruangan langsung menghela napas kasar. Kemudian kembali duduk dan berkutat dengan pekerjaannya. Ucapan Arfan tadi seperti angin yang berlalu begitu saja tanpa meninggalkan bekas apapun di ingatan Jevin.

❤❤❤

Sepulang dari sholat jum'at Nufael dan Haziq pulang sejenak ke rumah mereka untuk mengambil 2 kantong besar yang berisi kotak-kotak makanan catering mereka.

Pada setiap hari jum'at Nufael dan Haziq memang selalu menyempatkan waktu untuk membagikan makanan dari bisnis catering mereka kepada yang membutuhkan, yaitu para pengemis, pemulung dan yang lainnya yang sedang berhambur di pinggir jalan. Dan menurut Nufael bersedekah adalah salah satu keutamaan di hari jum'at.

Makanan yang dibawa oleh ayah dan anak tersebut habis dibagikan kepada yang membutuhkan. Dan tidak lupa Nufael mengingatkan kepada putranya untuk mengucapkan kalimat hamdalah sebagai rasa syukur kepada Allah karena diberikan kesempatan untuk saling berbagi kepada yang membutuhkan.

Nufael dan Haziq bergegas untuk pulang ke rumah mereka yang tidak jauh dari jalan raya yang saat ini mereka tapaki. Namun di perjalanan pulang Nufael melihat di hadapannya ada sebuah mobil yang berhenti di jalan yang sepi kendaraan berlalu lalang.

"Buya kok nggak belok?, rumah kita kan di sana." Haziq kebingungan melihat Buyanya yang melangkah ke depan padahal jalan menuju rumah mereka harus belok ke kiri.

Nufael yang menyadari ocehan sang putra langsung memundurkan langkahnya untuk menghampirinya. "Haziq lihat di depan sana, ada yang butuh bantuan kita, kita kesana dulu ya."

Haziq menatap lurus ke depan usai Nufael menunjuk ke arah seorang laki-laki paruh baya sedang berdiri di samping sebuah mobil yang terparkir di pinggir jalan yang sepi.

"Ayo Buya kita bantu."

Kini Haziq yang bersemangat untuk segera menghampiri seorang laki-laki paruh baya itu yang sepertinya membutuhkan bantuan. Dan benar saja setelah sampai di tempat laki-laki paruh baya itu berada, Nufael melihat ban mobilnya kempes lebih tepatnya bocor.

"Assalamu 'aikum Pak." Salam Nufael dengan ramah.

Laki-laki paruh baya tersebut menoleh ke arah datangnya suara itu, yaitu tepat di samping ia berdiri.

"Wa- wa 'alaikumus saalam."

Nufael tersenyum sopan. "Mohon maaf Pak, ban mobilnya bocor ya?." Tanya Nufael sesopan mungkin karena ia tahu sedang berhadapan dengan yang lebih tua darinya.

Laki-laki paruh baya itu mengangguk seraya membalas senyuman hangat dari Nufael. "Oh iya ini ban mobil saya tiba-tiba bocor, saya nggak tahu cara menggantinya bagaimana."

"Kira-kira Bapak ada ban cadangannya?"

"Oh iya ada."

Nufael tersenyum lega. "Alhamdulillah kalau ada, kalau begitu biar saya mencoba untuk membantu menggantikan ya Pak."

Laki-laki paruh baya itu mengangguk cepat dan sangat senang akhirnya ada yang membantunya sebab sejak tadi ia kesusahan meminta bantuan karena jalanan yang memang sedang sepi.

Nufael pun bersedia membantu untuk menggantikan ban mobil Bapak itu yang bocor. Nufael memang tidak memiliki mobil namun ia bisa menggantikan ban mobil karena waktu itu Arfan sempat mengajarkannya dan Nufael pernah meminjam mobil Arfan dan qodarullah ban mobilnya bocor di tengah jalan sehingga Nufael mencoba menggantikan bannya dan berhasil. Sejak itulah Nufael bisa menggantikan ban mobil yang bocor.

"Haziq tunggu sebentar ya, Buya mau mengganti ban mobilnya Kakek dulu."

Haziq mengangguk patuh. Kemudian hanya dapat melihat Buyanya yang sudah mencoba mencopot ban yang bocor untuk diganti ke ban cadangan yang baru.

Laki-laki paruh baya itu menoleh ke arah Haziq yang berdiri di sampingnya. Senyumannya merekah ketika melihat Haziq ikut menoleh ke arahnya. Tanpa disuruh Haziq membalas senyuman laki-laki paruh baya itu.

"Nama kamu siapa?." Tanyanya dengan ramah.

"Nama saya Haziq, Kakek namanya siapa?." Haziq membalas pertanyaan laki-laki paruh baya itu dengan menanyakan namanya juga.

"Nama Kakek, Kakek Rozin."

Haziq hanya ber-o ria sembari kembali membalas senyuman laki-laki paruh baya yang bernama Rozin. Dan Rozin sangat senang bisa bertemu dengan Haziq yang sepertinya anak yang penurut. Rozin pun teringat dengan anaknya yang bersikap berbanding terbalik dengan Haziq. Seketika itu pula Rozin membuang jauh-jauh ingatan tentang anaknya yang sempat muncul secara tidak langsung.

Nufael telah selesai menggantikan ban mobilnya. Dan menaruh kembali ban mobil yang bocor beserta alat-alat yang digunakannya tadi ke bagasi mobil.

"Alhamdulillah sudah selesai Pak."

Rozin beralih menatap Nufael yang sudah selesai membantunya menggantikan ban mobilnya yang bocor. "Syukurlah, terima kasih Nak...?." Rozin menghentikan ucapannya lantaran tidak mengetahui nama dari seorang laki-laki muda yang sudah membantunya.

Nufael seakan tahu bahwa secara tidak langsung Rozin sedang menanyakan nama dirinya. "Nama saya Nufael Pak."

"Terima kasih ya Nak Nufael, oh ya ini saya ada sedikit untuk uang jajan Haziq."

Rozin menyodorkan beberapa lembaran uang berwarna merah kepada Nufael namun dengan tegas Nufael langsung menolaknya.

"Mohon maaf Pak, tidak usah, saya ikhlas membantu Bapak."

Rozin memaksa Nufael untuk menerima uang darinya. "Nggak apa-apa ambil saja, ini rezeki untuk Haziq."

Nufael tetap tidak ingin menerimanya. Bukan tidak sopan namun Nufael benar-benar ikhlas membantu Rozin tanpa meminta imbalan apapun. Dan jika Nufael menerimanya maka akan terkikis rasa ikhlas itu.

"Mohon maaf Pak, saya benar-benar ikhlas ingin membantu Bapak, sebaiknya uang itu Bapak berikan kepada yang lebih membutuhkan."

Akhirnya Rozin mengalah dan menaruh kembali beberapa lembaran uang ke dalam dompetnya. Rozin begitu takjub melihat ketulusan hati Nufael yang ikhlas membantunya.

Lagi-lagi Rozin semakin teringat akan anaknya yang tidak memiliki ketulusan hati dan tidak sebaik laki-laki muda yang saat ini berada di hadapannya.

Tanpa terasa kedua mata Rozin berkaca-kaca dan menepuk-nepuk bahu lembut Nufael dengan terharu dan kagum. Nufael sedikit terkejut melihat kedua mata laki-laki paruh baya yang baru saja dibantunya itu sedang berkaca-kaca.

"Kamu anak yang baik, seandainya anak saya seperti kamu, saya sangat bahagia, tapi kenyataanya anak saya tidak sebaik kamu, bahkan dia sama sekali sudah tidak menganggap saya dan istri saya ada di dunia ini, dia mengabaikan saya dan istri saya hanya karena kesalahan di masa lalu, hati saya hancur melihat anak kebanggaan saya mengabaikan saya dan istri saya."

Rozin sudah tidak sanggup menahan kesedihannya bila teringat akan sikap anaknya yang sudah tidak pernah menganggapnya ada. Sudah tidak menganggap dia dan istrinya sebagai kedua orang tuanya.

Nufael terkejut mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Rozin. Hati Nufael seakan tergores ketika melihat seorang Bapak di hadapannya menangis akibat sikap anaknya yang sama sekali tidak menganggapnya sebagai orang tuanya.

Hati Nufael sangat teriris. Ingin sekali ia mendatangi anak dari Bapak yang berada di hadapannya itu. Nufael tidak terima atas perlakuan tidak terpuji itu. Ditambah lagi Nufael adalah anak yatim piatu yang sejak kecil sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Sedih rasanya melihat ada anak yang mengabaikan kedua orang tuanya yang masih hidup. Sementara di luaran sana termasuk Nufael adalah anak yang merindukan kehadirannya kedua orang tuanya.

Nufael langsung memeluk Rozin dengan sangat erat dan tanpa terasa air matanya jatuh meluruh. Rozin yang menyadari bahwa Nufael sedang menangis dibuat sedikit terkejut kemudian melepas pelukan itu.

"Nak Nufael kenapa?, kenapa ikut menangis?"

Nufael mengusap bekas air mata di wajahnya. "Saya kecewa dengan perlakuan anak Bapak kepada Bapak sebagai orang tuanya. Jujur Pak saya ikut sedih mendegar cerita Bapak ini. Seharusnya dia bersyukur masih ada orang tua yang lengkap, sementara saya, sejak kecil kedua orang tua saya sudah meninggal, jujur saya ingin merasakan bagaimana rasanya memiliki kedua orang tua."

Nufael berusaha tegar walau air mata mulai menerobos jatuh perlahan-lahan. "Saya doakan semoga anak Bapak segera sadar dan kembali menyayangi Bapak dan istri Bapak, sebagai orang tuanya."

Rozin mengaminkan doa Nufael yang tulus sekali. Rozin tidak menyangka bahwa laki-laki muda yang baik di hadapannya itu adalah anak yatim piatu yang ingin sekali berada diposisi anaknya yang masih memiliki orang tua yang lengkap. Rozin sangat berharap suatu saat nanti anaknya akan berubah dan bisa menyayanginya kembali seperti sedia kala.

❤❤❤

Sesampainya di rumah, Nufael menceritakan tentang Rozin kepada Niswah dan Kasha yang kini sedang duduk bersamanya di ruang tengah. Sementara Haziq sudah menuju kamarnya untuk berganti baju.

Niswah menangis sesegukan usai mendegar cerita dari suaminya yang sungguh menyayat hatinya. Dan Kasha ikut berderai air mata. tidak sanggup ketika mendengar cerita ada seorang anak yang menyia-nyiakan kedua orang tuanya. Mereka bertiga adalah anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya masing-masing. Bukan hanya Nufael dan Kasha saja yang berstatus anak yatik piatu namun juga Niswah yang kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan saat ia berumur sekitar 7 tahunan. Seumuran dengan putranya saat ini.

"Ya Allah tega sekali anak itu, seharusnya dia bersyukur masih punya orang tua yang lengkap, nggak seperti kita yang sudah ditinggalkan orang tua sejak kecil."

hiks hiks hiks

Nufael mengelus pundak sang istri untuk menenangkannya. Niswah tidak sanggup menahan tangisnya ketika membahas tentang kedua orang tuanya. Sama halnya dengan Kasha yang hanya dapat menangis dan ikut merasa kecewa atas perlakuan anak di luar sana yang tega menyia-nyiakan kedua orang tua yang masih ada dan masih sehat wal afiat.

"Buya juga berpikiran seperti itu Umma, kenapa dia tega menyia-nyiakan kedua orang tuanya. Kesalahan apa yang sampai membuatnya membenci kedua orang tuanya bahkan sampai hati mengabaikannya begitu saja."

Niswah kembali berucap "Kesalahan apapun yang diperbuat orang tua, mereka tetap orang tua kita, yang harus kita hormati taati dan juga sayangi. Umma benar-benar nggak habis pikir masih ada orang seperti itu. Kalau Umma bertemu sama anak yang nggak bersyukur itu, Umma mau menasihati dia sampai dia benar-benar menyesal dan meminta maaf kepada kedua orang tuanya. Umma marah sama orang seperti dia Buya, anak nggak ada bersyukur-bersyukurnya, anak- hiks hiks hiks."

Niswah kembali menangis dan tidak sanggup lagi untuk melanjutkan ucapannya. Nufael semakin mempererat pelukannya agar istrinya bisa tenang kembali. Nufael tidak bermaksud membuat istri dan adiknya menangis seperti itu. Namun Nufael tidak bisa jika tidak menceritakan itu semua kepada istri dan adiknya.

"Ya Allah, kasihan orang tua itu, mereka disia-siakan oleh anaknya sendiri. Kenapa anaknya setega itu, kenapa anaknya nggak bersyukur sama sekali karena masih memiliki kedua orang tua yang lengkap, nggak seperti aku yang sudah ditinggalkan oleh Moma dan Popa sejak bayi." Ucap Kasha di dalam hatinya yang sesak ketika mengetahui masih ada anak yang tidak menghormati kedua orang tuanya yang telah membesarkan dan merawatnya sejak kecil. Mungkin jika Kasha berada di posisi anak itu Kasha sangat bahagia dan bersyukur karena kedua orang tuanya masih ada dan selalu bersamanya. Jujur saja Kasha iri kepada anak di luaran sana yang masih memiliki kedua orang tua yang lengkap. Betapa bahagianya mereka mendapatkan limpahan kasih sayang dari kedua orang tua yang tentu sangat menyayangi anaknya. Kasha hanya dapat mendoakan kedua orang tuanya beserta Kekya dan Neknanya agar tenang di sisi Allah dan menjadi ahli syurga hingga nantinya dipertemukan dan dipersatukan kembali di syurganya Allah. Kasha menginginkan moment itu. Kasha ingin merasakan dipeluk dan disayang oleh kedua orang tuanya. Semoga nantinya Allah berbaik hati kepada Kasha untuk mempertemukannya dengan Moma dan Popanya di syurga. Itulah harapan terbesar Kasha dari dulu hingga saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!