Assalaamu 'alaikum Readers
Selamat membaca cerita
"Hidayah Berukir Cinta"
Semoga kalian suka
❤❤❤
Kasha keluar dari kamarnya usai merebahkan tubuhnya sejenak hingga terbangun untuk menunaikan sholat dzuhur. Rasa lelah seakan menghilang dari tubuhnya. Dan rasa lapar kini sedang menyapanya. Kasha merasa kelaparan sebab hari sudah siang dan memang sudah saatnya makan siang.
"Eh Kasha sudah bangun rupanya, ayo kita makan siang dulu. Mas Nufael sama Haziq sudah menunggu di ruang makan."
Kasha sedikit terkejut mendapati Niswah sudah berdiri di hadapannya tepat saat dirinya menutup pintu kamarnya.
Kasha hanya mengangguk dan tersenyum. Niswah pun menggandeng sang adik ipar untuk menuju ruang makan. Niswah tahu betul perangai adik iparnya itu yang pendiam dan pemalu. Sama seperti dirinya yang awalnya memang pendiam dan pemalu namun setelah menikah dengan Nufael sepertinya Niswah menjadi sedikit mengubah perangainya dengan ketidaksengajaan. Nufael memiliki perangai kebalikan dari Kasha. Sepertinya mereka berdua sama-sama mewarisi perangai dari Popa dan Momanya. Nufael seperti Faysha dan Kasha seperti Rafka.
Niswah dan Kasha sudah sampai di ruang makan. Di sana sudah ada Nufael bersama seorang anak laki-laki berumur 7 tahun bernama lengkap Haziq Althafurrahman yang sedang duduk dengan pandangan ke atas meja makan yang sudah terhidang menu makan siang yang sehat. Namun selanjutnya pandangan ayah dan anak tersebut saling tertuju ke arah Niswah dan Kasha.
"Tante Kasha." Haziq memanggil Kasha seraya langsung menghampiri Kasha. Raut wajah anak kecil tersebut begitu riang ketika melihat Kasha kini nampak nyata berdiri di hadapannya.
"Assalaamu 'alaikum Tante Kasha." Ucapnya seraya mencium tangan Kasha dengan hormat.
Kasha tersenyum. "Wa 'alaikumus salaam Haziq."
"Haziq mulai sekarang Tante Kasha akan tinggal di rumah kita, Haziq nggak keberatan kan?." Niswah menjelaskan kepada Haziq bahwa mulai saat ini di istana mereka ada penghuni baru yang tidak lain adalah Kasha.
"Alhamdulillah, Umma serius?, Tante Kasha akan tinggal disini?, bersama kita?"
Niswah mengangguk untuk meyakinkan sang putra yang terlihat sangat girang sekali. "Kalau Haziq nggak percaya, tanya saja sama Tante Kasha."
Pandangan Haziq kini beralih ke arah Kasha. "Tante Kasha sungguhan akan tinggal di sini?"
Kasha mengangguk seraya tersenyum. Haziq yang melihatnya langsung bersorak bahagia seraya berucap syukur. Sepertinya Haziq sangat senang menyambut kedatangan Kasha. Meskipun Kasha tidak banyak bicara dan bertemu pertama kalinya dengan keponakannya itu satu bulan yang lalu namun keakraban diantara keduanya sudah tidak diragukan lagi apa lagi Haziq memang anak yang mudah membaur sama seperti Buyanya.
Nufael berdehem. "Kapan nih makan siangnya, kok malah mengobrol di situ."
Nufael angkat bicara lantaran dirinya seperti diabaikan begitu saja. Namun Nufael bukan mempermasahkan itu melainkan mempermasahkan perutnya yang sudah keroncongan minta diisi.
Seketika pandangan tertuju ke arah Nufael lalu saling tertawa melihat kepala keluarga itu mengoceh layaknya anak kecil yang kelaparan.
"Ayo Tante Kasha kita makan siang bersama."
"Ayo Kasha." Ajak Niswah.
Akhirnya mereka pun makan siang bersama. Ini pertama kalinya mereka makan bersama dan Haziq yang memimpin doanya. Seperti itulah kebiasaan yang selalu Nufael ajarkan kepada putranya agar selalu terbiasa berdoa sebelum melakukan aktivitas apapun termasuk makan.
"Oh iya Kasha ada rencana mau kerja nggak?, kalau ada in syaa Allah nanti Abang bantu cari."
Disela-sela makan siangnya, Nufael menanyakan kepada adiknya tentang pekerjaan. Siapa tahu Kasha ingin mencari kerja untuk mengisi kegiatannya. Nufael tahu betul siapa adiknya. Kasha adalah perempuan yang tidak mau bersantai saja di rumah. Dan di Aceh Kasha bekerja di sebuah butik gamis syar'i, meskipun Kekya dan Nekna sempat tidak mengizinkannya namun karena kesungguhan dan ketekunan Kasha akhirnya Kekya dan Neknanya mengizinkannya untuk bekerja.
Perlahan Kasha menggeleng. Kemudian kembali menyantap makan siangnya.
"Lho kenapa Kasha?, jangan bilang kamu nggak enak ya sama Abang?." Tanya Nufael mulai berburuk sangka kepada adiknya sendiri.
Kasha menggeleng dengan cepat ia tidak ingin abangnya berpikiran yang macam-macam. Kasha tidak ingin membuat abangnya salah paham atas penolakannya itu.
"Bukan seperti itu Abang. Kasha nggak ingin cari kerja soalnya Kasha ingin bantu Abang sama Kak Niswah saja untuk mengurusi catering. Abang dan Kak Niswah nggak keberatan kan?"
Kasha berhati-hati sekali dalam ucapannya. Ia takut salah dalam bertutur kata dengan Abang dan Kakak iparnya.
Nufael dan Niswah saling beradu pandang sejenak setelah itu mereka saling tertuju ke arah Kasha sambil menggeleng dengan cepat. Menandakan bahwa mereka tidak keberatan jika Kasha memutuskan untuk tidak mencari pekerjaan karena ingin membantu mengurusi catering keluarga mereka.
"Nggak kok, Abang nggak keberatan, justru Abang bersyukur kalau Kasha mau membantu mengurusi catering keluarga kita."
Niswah menimpali. "Iya Sha, Kak Niswah juga nggak keberatan kok, malah senang kalau kamu mau membantu."
Syukurlah jika kedua Kakaknya itu tidak keberatan dengan keputusan yang Kasha ambil. Lagi pula Kasha merasa sebagai seorang adik memang sudah seharusnya membantu bisnis Abang dan Kakaknya. Ditambah lagi mulai saat ini Kasha akan tinggal bersama mereka jadi Kasha tidak ingin tinggal secara gratisan saja meskipun Kasha bukan tinggal bersama orang lain namun bersama Abang kandungnya sendiri namun Kasha adalah tipe orang yang tidak enakan, alhasil Kasha akan membantu Abang dan Kakaknya dalam mengurusi bisnis rumahan keluarga mereka.
❤❤❤
"Assalaamu 'alaikum."
Suara salam yang terdengar dari balik pintu sedikit mengejutkan Kasha yang saat ini sedang mencuci piring di dapur bersama Niswah.
"Wa 'alaikumus salaam, tunggu sebentar ya Sha, Kak Niswah mau buka pintu dulu."
Kasha mengangguk. Niswah pun bergegas keluar dari dapur. Dalam waktu yang bersamaan Nufael juga bergegas untuk membuka pintu. Alhasil suami istri tersebut saling tersenyum kemudian menyambut tamu yang sedang berkunjung ke rumahnya saat ini.
"Wa 'alaikumus saalam."
Tamu yang sedang berkunjung di rumah Nufael dan Niswah adalah Shima dan seorang pria yang tidak lain adalah suaminya Shima. Mereka pun masuk ke dalam rumah usai sang pemilik rumah mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumah mereka.
"Ngomong-ngomong ada apa ini ya, kok tumben Shima ke sini mengajak kamu segala Fan?." Tanya Niswah kepada suaminya Shima yang bernama Arfan.
Arfan pun angkat bicara. "Jadi begini Nis, El, kedatangan aku sama Shima ke sini itu kami ingin menyampaikan kabar bahagia untuk kalian."
Nufael dan Niswah saling bertatap muka dengan raut wajah kebingungan. Kemudian kembali lagi tertuju ke arah Arfan yang sedang tersenyum sama halnya dengan Shima. Kabar bahagia apa yang akan disampaikan oleh Arfan kepada Nufael dan Niswah sampai-sampai sepasang suami istri tersebut datang ke rumah Nufael dan Niswah di malam hari padahal esok hari Shima bisa menyampaikannya kepada Niswah.
"Kabar bahagia apa Fan?." Nufael sudah tidak sabar mendengar lanjutan ucapan dari Arfan.
Arfan mengambil napas terlebih dahulu sebelum akhirnya kembali melanjutkan ucapannya. "Alhamdulillah rencananya Bosku di kantor ingin bekerja sama dengan kalian lebih tepatnya dengan bisnis catering kalian."
"Jadi Bosku itu ingin memesan catering kalian untuk makan siang di kantor setiap hari, nggak setiap hari sih sabtu ahad kan libur."
Nufael beserta Niswah yang mendengar kabar bagus dan bahagia tersebut saling memadang Arfan dengan ketidakpercayaan. Kedua mata mereka berbinar-binar hingga akhirnya saling berucap kalimat hamdalah sebagai ucapan syukur atas rezeki yang baru saja Allah turunkan untuk keluarga mereka.
"Alhamdulillah, tapi ini serius kan Fan?, Bos kamu mau pesan catering di kami?, secara kantormu itu kan perusahaan yang besar, nggak salah Bos kamu mau memesan catering kecil-kecilan kami ini?"
Niswah bukannya merendahkan bisnisnya sendiri bersama suaminya itu. Hanya saja memang faktanya bisnis catering mereka masih kecil-kecilan bisa dibilang bisnis rumahan sementara kantor atau perusahaan tempat Arfan bekerja adalah salah satu perusahaan terbesar di Jakarta. Jadi seperti tidak sinkron saja jika perusahaan yang besar dan jaya mau memesan makanan catering di catering rumahan yang masih kecil-kecilan.
"Iya Fan, mungkin kamu salah dengar, mungkin bukan catering kami yang dimaksud Bos kamu itu." Nufael sependapat dengan istrinya.
Arfan gemas sekali melihat sepasang suami istri di hadapannya dengan kompaknya merendah dan memustahilkan kabar bagus yang baru disampaikannya.
"Nis, kok kamu nggak percaya sama suami aku sih?, mana mungkin suami aku memberi kabar hoax, ya kan Sayang?." Shima ikut gemas lantaran Niswah tidak mempercayai kabar bagus yang datangnya langsung dari mulut suaminya Shima sendiri.
Arfan mengangguk. "Iya Nis, El, aku serius. Bos aku memang ingin bekerja sama dengan catering kalian. Jadi seperti ini ceritanya, alhamdulillah selama ini aku bekerja di kantor itu rajin, selalu bersemangat dan kalau jam makan siang nggak pernah terlambat untuk balik kantor soalnya aku kan bawa bekal catering dari kalian yang setiap hari Shima siapkan buat aku, jadi Bos aku itu tertarik ingin mengandalkan catering untuk makan siang karyawan-karyawannya dan Bos aku menyuruh aku untuk memberitahu kamu kalau dia mau bekerja sama dengan kamu, dan besok dia minta kamu ke kantor untuk mengkonfirmasikannya, jadi begitu cerita agak panjangnya saudara-saudara sekalian."
Tidak sia-sia Arfan menjelaskannya dengan lumayan detail karena baik Nufael maupun Niswah kini sudah mempercayainya bahkan raut wajah keduanya nampak bahagia sekali. Ini bukan hanya berita bagus bagi Nufael dan Niswah melainkan juga berita bahagia untuk mereka, untuk keluarga mereka.
"Alhamdulillah ya Allah, datang lagi rezeki yang tidak disangka-sangka."
"Alhamdulillah."
Shima ikut senang mendengar kabar bahagia itu lantaran Shima juga ikut membantu Niswah dalam mengelola bisnisnya. Dan ini juga rezeki Shima yang Allah berikan kepadanya melalui Bos suaminya yang ingin memesan catering di tempatnya bekerja.
Kasha yang sejak tadi berada di dapur akhirnya memberanikan diri untuk keluar menemui Abang dan Kakaknya yang sedang kedatangan tamu. tidak lupa juga Kasha membawakan minuman teh hangat untuk kedua tamu tersebut.
"Silahkan diminum." Ucap Kasha mempersilahkan teh hangat buatannya untuk diminum oleh tamu yang ternyata adalah Shima dan seorang pria yang tidak Kasha kenali.
"Terima kasih Kasha." Shima pun menyeruput tehnya usai mengucapkan terima kasih kepada Kasha. Seperti biasa Kasha hanya akan menganggukkan kepala seraya tersenyum kecil.
Arfan ikut menyeruput tehnya kemudian kembali beralih menatap Kasha yang sepertinya asing sekali baginya.
Shima seakan tahu isi pikiran sang suami yang sudah tidak menatap ke arah Kasha lagi melainkan kepada Nufael untuk meminta penjelasan tentang jati diri perempuan yang berdiri di hadapannya.
"Namanya Kasha, Sayang."
Arfan menoleh ke arah Shima sembari ber-o ria untuk menanggapi ucapan istrinya yang memberitahukan nama Kasha.
"Oh ya, perkenalkan Arfan, ini Kasha Adik kandung aku yang dulunya tinggal di Aceh dan qodarullah mulai saat ini Kasha akan tinggal bersama kami."
Lagi-lagi Arfan hanya dapat ber-o ria saja lantaran ia tidak tahu harus menanggapinya dengan apa. Sebenarnya Arfan ingin mengulas senyuman ramah kepada Kasha sebagai bentuk salam kenal namun nyatanya Kasha lebih dulu menundukkan pandangannya ke bawah sehingga tidak mungkin bagi Arfan untuk tersenyum seorang diri saja.
"Oh ya Kasha, kita punya kabar bahagia, alhamdulillah kita dapat rezeki dari Allah. Bosnya Arfan ingin memesan catering sama kita."
Kasha ikut tersenyum mendengar ucapan Niswah tentang kabar bahagia itu. "Alhamdulillah."
Nufael ikut angkat bicara. "Dan sepertinya ini adalah rezeki kamu Kasha, kamu datang ke sini dengan membawa rezeki, jadi kamu nggak usah merasa nggak enakan tinggal sama Abang dan Kak Niswah ya."
Kasha mengangguk malu lantaran Abangnya dapat membaca pikirannya. Meskipun sudah terpisah lumayan lama namun Nufael sama sekali tidak melupakan perangai Adiknya yang suka tidak enakan. Meskipun sama Abangnya sendiri.
❤❤❤
Motor yang dikendarai oleh Nufael berhenti di parkiran khusus yang telah disediakan. Semua kendaraan jenis motor berjajar rapi tepat disamping bangunan besar yang bertuliskan "Alhusayn Property Company", bukan hanya jenis motor saja yang berjajar rapi memenuhi parkiran tersebut namun di sebelahnya juga tidak kalah rapi mobil-mobil mewah berjajar dengan menyesuaikan warna-warna sehingga terlihat sangat indah di setiap mata yang memandang. Nufael sedikit kalut ketika melihat bangunan besar di hadapannya. Nufael merasa tidak percaya akan bekerja sama dengan perusahaan yang besar itu.
"El, kok berdiri di situ, ayo masuk."
Nufael tersentak ketika mendengar suara seseorang. Entah sejak kapan Arfan sudah berdiri di hadapannya. Mungkin akibat Nufael yang seakan takjub melihat bangunan besar di hadapannya sehingga tidak menyadari kedatangan Arfan yang sudah berdiri di hadapannya.
"Maa syaa Allah Fan, ini kantor kamu bekerja?, pantas saja gajimu besar, kantornya sebesar ini."
Arfan tersenyum geli. "Alaaaa, kamu seperti nggak pernah melihat bangunan besar saja El, lagi pula masih banyak kok di Jakarta perusahaan besar yang lebih besar dari tempat aku bekerja ini."
"Ya sudah ayo masuk, mumpung Bosku lagi nggak sibuk."
Akhirnya Nufael mengikuti ajakan Arfan yang sudah lebih dulu masuk ke dalam bangunan besar tersebut. Di dalam perusahaan itu banyak sekali para karyawan berlalu lalang dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sibuk membawa beberapa berkas ada juga yang sibuk menelpon sambil berjalan. Intinya kondisinya sama-sama sibuk bekerja.
Arfan lebih dulu menghentikan kakinya usai keluar dari lift dan saat ini sudah berdiri di depan ruangan yang pintunya sedang tertutup rapat.
Tok... tok... tok...
Arfan mulai mengetok pintu itu. Dan Nufael hanya berdiri disampingnya.
"Masuk."
Terdengar suara bariton yang bersumber dari dalam ruangan tersebut mempersilahkan Arfan masuk ke dalam ruangannya. Kemudian Arfan langsung membuka pintunya sembari menoleh ke arah Nufael untuk mengikutinya masuk ke dalam.
Di dalam ruangan itu sangat luas sekali. Di sisi kanan terdapat meja kerja yang bertumpuk berkas-berkas dan map berwarna-warni serta bertengger laptop yang menyala. Dan di sisi kiri terdapat satu set sofa berukuran sedang.
Di sisi kiri juga terlihat seorang laki-laki berpakaian rapi dengan jas yang membalut tubuh atletisnya sedang berdiri membelakangi Nufael dan Arfan. Laki-laki tersebut sedang menatap pemandangan di luar dari jendela ruangannya. Dari penampilannya Nufael dapat menebak bahwa laki-laki itu adalah Bosnya Arfan sekaligus pemilik perusahaan besar yang saat ini sedang Nufael kunjungi.
"Selamat pagi Pak Jevin, ini pemilik cateringnya sudah datang Pak." Ucap Arfan dengan sopan memberitahukan kepada Bosnya bahwa pemilik catering yang tidak lain adalah Nufael sudah berada di ruangannya.
Perlahan laki-laki itu membalikkan tubuhnya. Kedua bola mata tajamnya tertuju ke arah Nufael yang sempat tersentak lantaran tidak menyangka bahwa pemilik perusahaan besar ini adalah seorang laki-laki yang masih muda dan wajahnya tampan berkarisma. Nufael pikir CEOnya sudah tidak muda lagi dan wajahnya sudah seperti bapak-bapak namun kenyataannya berbanding terbalik.
Laki-laki yang bernama lengkap Jevin Alhusayn tersebut perlahan melangkah untuk menghampiri Arfan beserta Nufael.
"Mari silakan duduk."
Jevin mempersilahkan Nufael untuk duduk di sofa yang memang disediakan untuk tamu yang berkunjung ke perusahaannya lebih khususnya tamu pilihan saja yang boleh menduduki sofa tersebut. Jevin juga mempersilahkan Arfan untuk ikut duduk serta bersama mereka.
Jevin mengulurkan tangannya kepada Nufael. "Perkenalkan saya Jevin, CEO perusahaan ini." Ucap Jevin dengan tegas memperkenalkan diri kepada Nufael.
Awalnya Nufael sedikit canggung untuk menjabat tangan Jevin. Namun akhirnya ia menjabat tangan kekar itu. "Saya Nufael, pemilik catering Althafurrahman."
"Saya pikir saya tidak perlu lagi untuk menjelaskan maksud dan tujuan saya meminta Pak Nufael untuk datang ke perusahaan saya. Arfan sudah memberitahukan kepada Pak Nufael kan?"
Nufael mengangguk ramah. "Iya Pak Jevin. Arfan sudah memberitahu saya."
Jevin menghela napas lega lantaran salah satu karyawannya itu benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. "Baiklah kalau begitu apakah Pak Nufael menerima kerja sama dengan perusahaan saya?"
Sekali lagi Nufael mengangguk dengan mantap. "In syaa Allah saya bersedia bekerja sama dengan perusahaan Bapak."
"Baiklah kalau begitu, Arfan silakan antarkan Pak Nufael ke bagian administrasi untuk keterangan lebih lanjutnya."
Arfan mengangguk hormat. "Siap Pak, ayo El. Kalau begitu kami mohon undur diri Pak."
"Silakan." Ucap Jevin tegas.
Arfan dan Nufael pun keluar dari ruangan menegangkan itu untuk menuju bagian administrasi kantor sesuai yang diperintahkan oleh CEO muda perusahaan tersebut.
Usai menemui bagian adiministrasi kantor untuk penjelasan lebih lanjutnya berkenaan dengan pesanan cateringnya itu, Nufael pun bergegas untuk pulang sebab urusannya sudah selesai. Saat hendak keluar dari perusahaan itu tiba-tiba Arfan datang begitu saja di hadapan Nufael.
"El, tadi Bosku kelihatan tegas banget kan?, bahkan dia nggak senyum sama sekali."
Nufael terkekeh mendengar curhatan Arfan yang menceritakan perangai Bos di kantornya yang tegas dan berwajah anti senyuman.
"Ya namanya juga seorang Bos, harus tegaslah, kalau lembek seperti kamu mana mungkin bawahannya hormat dan segan, yang ada mereka nggak serius kerja."
Arfan bergeming. "Yehhh sembarang ngomong orang lembek, kalau aku lembek mana mungkin Shima jatuh cinta sama aku."
"Iya iya seorang Arfan bukan laki-laki lembek tapi laki-laki perkasa sejagat raya, puas?!"
Puas sekali Arfan mendengar pernyataan Nufael yang mengatakan bahwa dirinya laki-laki perkasa sejagat raya. Bagi Nufael yang terpenting suami dari teman istrinya itu bahagia. Nufael juga sangat bahagia sebab mendapatkan limpahan rezeki yang baru saja ia terima dari pesanan catering perusahaan Alhusayn yang mulai minggu depan Nufael akan mengantarkan pesanan cateringnya. Tentunya berkat Arfan juga yang secara tidak langsung mempromosikan bisnis cateringnya dengan setiap hari membawa bekal dari rumah untuk makan siangnya di kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Sari Istiqomah
Assalamualaikum semangat berkarya thor
Aku sudah like ya, mampir yuk keceritaku
Dia Untukku. Terimah Kasih.
2020-09-30
2