Assalaamu 'alaikum Readers
Selamat membaca cerita
"Hidayah Berukir Cinta"
Semoga kalian suka
❤❤❤
Tok... tok... tok...
Suara ketukan pintu mengejutkan Kasha yang sedang melipat mukenahnya usai merajut cinta bersama sang Maha cinta di sepertiga malamnya. Kasha menoleh kearah pintu kamarnya yang tertutup rapat seraya penasaran dengan seseorang yang sedang mengetok pintu kamarnya.
Perlahan Kasha melangkah untuk membuka pintu kamarnya yang sudah tidak terdengar ketokan pintu lagi.
Kreggg
"Assalaamu 'alaikum Tante Kasha."
Kasha tersenyum lega ketika mendapati Haziq sedang berdiri di balik pintu yang ia buka. Haziq lah yang mengetok pintu kamarnya.
"Wa 'alaikumus saalam."
Haziq tersenyum menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi dan bersih. "Tante Kasha, Haziq minta maaf ya sudah menganggu Tante Kasha di sepertiga malam ini. Ohya Haziq mau mengajak Tante Kasha untuk sahur bersama. Umma sama Buya sudah menunggu di ruang makan."
"Sahur bersama?." Tanya Kasha terlihat bingung.
Haziq mengangguk berkali-kali untuk meyakinkan Kasha. "Iya Tante Kasha, besok kan hari kamis, biasanya Haziq sama Umma dan Buya sahur bersama. Tante Kasha besok puasa kan?"
Oh, Kasha sekarang mengerti. Sahur bersama yang dimaksud Haziq adalah sahur untuk besok puasa sunnah yaitu puasa senin kamis. Tadinya Kasha sempat berpikir bahwa keponakannya itu sedang bercanda. Dan hampir saja Kasha terlupa untuk melaksanakan puasa sunnah besok pada hari kamis. Untung saja Haziq mengingatkannya serta mengajaknya untuk makan sahur bersama-sama.
"Iya Haziq in syaa Allah besok Tante Kasha puasa. Ya sudah ayo kita sahur bersama."
Kasha pun mengikuti langkah Haziq menuju dapur di mana Abang dan Kakak iparnya sudah duduk berdampingan menunggu kedatangannya.
"Kasha, ayo kita sahur bersama." Ajak Niswah usai melihat kedatangan Kasha.
Kasha mengangguk seraya menduduki kursi disamping Haziq tepat di depan Niswah. "Iya Kak Niswah."
"Oh ya, aku ingin mengucapkan jazakumullah khoiron sama Abang, Kak Niswah dan Haziq karena sudah mengingatkan aku untuk puasa besok, tadinya aku lupa kalau besok hari kamis dan alhamdulillah Haziq mengingatkannya."
Dengan senang hati Haziq menjawabnya. "Wa jazakillah khoiron Tante Kasha."
Acara sahur bersamanya telah usai lima belas menit yang lalu. Nufael dan Haziq pun seperti hari-hari biasanya pergi ke masjid untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Sementara Niswah mencuci piring yang kotor dengan Kasha yang ikut membantunya.
"Kak Niswah, kalau aku boleh tahu, sejak kapan ya Haziq memulai berpuasa sunnah?." Sejujurnya Kasha enggan sekali untuk sekadar menanyakan hal ini. Namun Kasha penasaran kira-kira sudah berapa lama keponakannya itu menjalankan puasa sunnah senin dan kamis.
Niswah tersenyum. "Alhamdulillah sejak satu tahun kemarin Sha, dan alhamdulillahnya lagi, anaknya tuh nggak rewel dan bisa lancar puasanya sampai adzan maghrib."
Niswah bersyukur sekali melihat perkembangan putra semata wayangnya yang akhirnya berhasil melaksanakan puasa sunnah seperti dirinya dan juga suaminya.
Kasha ikut senang mendengarnya. "Maa syaa Allah." Kasha berucap kalimat thoyyibah untuk menunjukkan kekagumannya kepada keponakannya yang masih berumur 7 tahun namun mampu mengontrol nafsu makannya. Kalimat thoyyibah itu juga sebagai pengingat bahwa pencapaian Haziq yang mampu melaksanakan puasa sunnah itu terjadi karena kehendak Allah subhanahu wata'ala.
❤❤❤
Kasha baru saja ikut bergabung bersama Niswah dan Shima yang sedang menyiapkan makanan catering yang sebentar lagi akan diantar oleh Nufael kepada para pelanggan yang memesan makanan catering di tempat mereka.
"Jangan lupa ya Shim, besok tolong beritahu Ibu-Ibu tetangga kalau di sini sedang membutuhkan banyak karyawan soalnya perusahaan tempat suami kamu bekerja itu memesannya banyak sekali, ya namanya juga perusahaan besar."
Shima mengangguk. "Siap Bos, tenang saja kalau sama Shima apapun beres, lihat saja minggu depan para Ibu-Ibu akan memenuhi rumah kamu seperti mau berdemo."
Niswah pun hanya dapat geleng-geleng kepala melihat respon Ibu rumah tangga yang satu ini yang selalu saja berlebihan dalam bertutur kata namun itu yang menjadi ciri khas tersendiri bahkan si Arfan suaminya jatuh cinta karena kepribadian Shima yang humoris no jaim-jaim.
Sementara Kasha hanya dapat menyunggingkan senyuman sembari ikut memasukkan kotak-kotak makanan ke dalam box yang cukup besar.
"Alhamdulillah sudah selesai pekerjaan kita hari ini." Niswah menghela napas lega karena pekerjaannya hari ini berjalan dengan lancar dan tinggal diantar saja kepada para pelanggannya dan ini tugas suaminya, Nufael.
"Nis aku ke kamar mandi dulu ya, sudah nggak kuat nih."
Niswah yang melihat Shima sedang menahan sesuatu langsung tersenyum geli hingga akhirnya mempersilahkan Shima untuk ke kamar mandi.
"Kak, biar aku saja yang memberikan boxnya kepada Abang." Kasha menahan Niswah yang tadinya hendak memberikan box pesanan makanan catering kepada Nufael yang sudah menunggunya di halaman rumah.
"Oh ya sudah kalau begitu Sha, ini tolong berikan kepada Abang kamu ya. Kak Niswah mau sholat dhuha dulu, takut waktunya habis."
Kasha segera menerima box yang isinya pesanan makanan dari Niswah kemudian bergegas menuju halaman rumah yang mana Nufael sudah menunggunya.
"Jazakillah khoiron Adikku sayang."
Nufael meraih box makanannya dari Kasha. Kemudian segera bergegas menaiki motornya usai Kasha menjawab ucapan terima kasihnya.
"Abang." Panggil Kasha dengan sedikit ragu-ragu.
Lantas Nufael menoleh "Iya."
Kasha tersenyum getir. "Fii Amanillah." Ucap Kasha dengan berharap semoga Abangnya baik-baik saja dan selalu dilindungi oleh Allah dari mara bahaya di luaran sana.
Melihat Kasha yang sedang mencemaskan dirinya lantas Nufael langsung menghampiri Kasha dengan mengukirkan senyumannya. "Aamiin. In syaa Allah Abang baik-baik saja, kamu nggak usah khawatir ya."
Kasha hanya dapat mengangguk seraya terus meyakinkan dirinya bahwa Nufael akan baik-baik saja dan tidak akan terjadi apa-apa. Kasha bukannya tidak mempercayai bahwa Allah akan selalu melindungi Abangnya namun kehilangan anggota keluarganya satu persatu dengan bertubi-tubi membuat Kasha selalu dilanda rasa ketakutan. Kasha tidak ingin ditinggalkan oleh orang yang disayanginya lagi.
Kedua mata Kasha mulai berkaca-kaca. Nufael yang memperhatikannya segera membawa Adiknya ke dalam pelukannya. Nufael tahu saat ini jiwa dan hati Adiknya masih rapuh. Kehilangan sosok yang telah menyayanginya sejak kecil itu tidak mudah. Bagaikan tidak memiliki pegangan lagi dalam hidupnya. Mungkin itu yang dirasakan Kasha saat ini.
Air mata Kasha meluruh bersamaan dengan dirinya yang sudah berada di sumber kehangatan. Pelukan dari Abangnya tersayang. Kasha sangat menyayangi Abangnya. Meskipun sudah lama terpisahkan namun rasa sayang Kasha sejak dulu kepada Nufael tidak pernah berubah bahkan semakin menyayanginya.
Pelukan mereka pun diakhirkan. Nufael merasa bahwa Kasha sudah jauh lebih tenang dan air matanya sudah tidak meluruh lagi.
"Abang pergi dulu ya, in syaa Allah Abang akan pulang lagi, kamu nggak usah khawatir ya."
Kasha mengangguk penuh harap. Kemudian merelakan Nufael pergi meninggalkannya dengan mengendarai motor yang akan membawanya ke tempat tujuan yaitu tempat pelanggan pesanan cateringnya.
"Ya Allah jagalah selalu Abang Nufael, lindungilah Abang Nufael di manapun berada. Aamiin." Ucap Kasha di dalam hatinya yang dirundung kecemasan.
❤❤❤
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Suara Adzan berkumandang dengan merdu. Pertanda waktu sholat maghrib telah datang. Rasa syukur menghiasi jiwa dan hati diantara makhluk-makhluk Allah yang sedang menunaikan puasa sunnah hari kamis. Termasuk keluarga kecil Nufael yang saat ini sedang duduk melingkari meja makan yang sudah tersedia menu buka puasa mereka.
Haziq melafalkan doa buka puasa dengan khusu'. Diikuti oleh kedua orang tuanya beserta sang Tante, Kasha.
"Alhamdulillah." Ucap Haziq usai melahap satu buah kurma.
"Buya, ayo kita ke masjid, Haziq takut ketinggalan sholat berjamaah."
Nufael mengangguk seraya menyudahi acara buka puasanya yang hanya melahap 3 buah kurma dan segelas air. Kemudian bergegas menyusul sang Putra yang sudah lebih dulu keluar dari rumah untuk menuju masjid sebelum itu Haziq sudah mencium tangan Umma dan Tantenya.
Pandangan Kasha masih tertuju ke arah Haziq yang sudah tidak terlihat lagi dari pandangan matanya. Kasha berdecak kagum melihat sang keponakan yang begitu semangat dalam beribadah. Bahkan saat melihat semangat Haziq di siang hari tadi, Kasha melihat Haziq seperti tidak berpuasa. Tidak menampakkan lelah, lesu atau bahkan lapar. Mungkin karena Haziq sudah terbiasa menjalankan puasa sunnah layaknya orang dewasa jadi Haziq seperti menikmati saja.
"Maa syaa Allah, Haziq anak yang sholih ya Kak."
Niswah tersenyum. "Alhamdulillah, Kak Niswah bersyukur dianugerahkan anak sesholih Haziq, Haziq itu anak yang penurut dan mudah untuk dididik. Haziq adalah anugerah yang sangat berharga untuk Kak Niswah dan juga Abang kamu Sha, kami tiada berhenti untuk selalu bersyukur kepada Allah."
Kasha ikut tersenyum kemudian kembali berucap. "Alhamdulillah Kak Niswah sama Abang Nufael berhasil mencetak generasi Islam yang dapat menegakkan agama Islam. In syaa Allah Haziq adalah penerus generasi Islam yang sholih."
Niswah tersenyum haru. "Aamiin, dan Kak Niswah berharap orang tua di luar sana juga berhasil mendidik anak-anak mereka menjadi anak yang sholih kebanggaan agama Islam. In Syaa Allah anak-anak yang sholih dapat membawa kedua orang tuanya ke syurga."
"Aamiin."
Niswah berharap semoga orang tua di luaran sana juga sama seperti dirinya. Misinya adalah mencetak generasi anak-anak yang sholih yang dapat mengharumkan agama Islam dan yang paling penting dapat membawa kedua orang tuanya masuk ke dalam syurga yang sangat indah dan menjadi sebaik-baiknya tempat kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Muma
next
2020-08-18
1
W.Willyandarin
Keren thor cerita nya 👍👍👍
Jangan lupa mampir di cerita saya yang berjudul Cinta Abdinegara dan Putih Abu-Abu di tunggu feedback nya 🤗🤗🤗
Terimakasih 🙏🙏🙏
2020-08-17
0