Assalaamu 'alaikum Readers
Selamat membaca cerita
"Hidayah Berukir Cinta"
Semoga kalian suka
❤❤❤
Benar apa yang dikatakan Shima beberapa hari yang lalu. Hari ini di kediaman keluarga Nufael bagaikan sedang didemo oleh Ibu-Ibu rumah tangga yang rumahnya tidak jauh dari rumah mereka. Mulai saat ini dari hari senin sampai hari jum'at Ibu-Ibu rumah tangga yang berjumlah lima orang itu telah resmi menjadi karyawan tetap di catering makanan sehat Althafurrahman. Mereka akan membantu menyiapkan pesanan makanan dari perusahaan Alhusayn yang sangat banyak, maklum namanya juga perusahaan besar.
Kini makanan sehat yang berupa nasi merah, sayuran dan ikan panggang telah tersaji di dalam beratus-ratus kotak makanan yang sudah tersusun rapi di beberapa kantong besar ramah lingkungan. Untuk kali ini Nufael akan mengantarkannya dengan menggunakan jasa mobil online sebab tidak mungkin jika Nufael mengantarkannya dengan mengendarai motornya karena pesanan cateringnya sangat banyak.
Mobil online yang dipesan Nufael sudah datang. Bahkan makanan cateringnya sudah Nufael masukkan ke dalam bagasi mobil dengan dibantu oleh Niswah, Shima serta Kasha.
Nufael pun berpamitan. "Kalau begitu aku berangkat dulu ya."
Ketiga perempuan cantik dengan balutan pakaian syar'inya itu kompak mengangguk untuk mempersilahkan Nufael mengantarkan pesanan makanan catering ke perusahaan Alhusayn.
"Fii amanillah Buya."
"Aamiin, in syaa Allah."
"A-abang." Kasha memanggil dengan sedikit ragu.
Nufael pun beralih menatap ke arah sang adik. "Iya Kasha, ada apa?"
"Aku boleh ikut Abang nggak?, aku..."
Nufael tersenyum melihat sang adik yang sempat menjeda ucapannya. Namun Nufael seakan mengerti kelanjutan ucapan Kasha yang berikutnya.
"Dengan senang hati boleh dong."
Kasha tersenyum senang sebab sang Abang tidak keberatan mengizinkan dirinya menemani Abangnya mengantarkan pesanan cateringnya. Namun raut wajah Kasha kembali seperti semula ketika ia menoleh ke arah Niswah.
"Kak Niswah, aku-"
Niswah justru tersenyum kepada Kasha. "Kak Niswah mengizinkan kamu Sha, kamu pasti bosan kan di rumah terus. Ya sudah sekarang kamu boleh kok ikut Abang Nufael."
Kasha tersenyum manis. "Jazakillah khoiron Kak."
"Wa jazakillah khoiron Kasha."
Kini sepasang kakak beradik itu masuk ke dalam mobil yang akan membawa mereka ke tempat tujuan. Usai pintunya tertutup mobil tersebut pun meluncur dengan kecepatan yang sedang.
❤❤❤
Nufael dan Kasha telah sampai di tempat tujuan. Di halaman kantornya Arfan sudah menunggu mereka. Laki-laki yang ingin disebut perkasa itu berinisiatif untuk membantu Nufael membawakan makanan catering yang dipesan oleh pihak kantornya lebih tepatnya oleh Bosnya.
"Lho, Kasha juga ikut?." Tanya Arfan sekadar basa-basi hanya untuk mengakrabkan hubungan mereka. Meskipun nyatanya Kasha hanya tersenyum, sekilas saja.
Kemudian tanpa disuruh lagi Arfan sudah membantu membawakan dua kantong besar yang di dalamnya terisi beberapa kotak makanan untuk makan siang para karyawan-karyawan di perusahaan tempatnya bekerja sekaligus untuk makan siangnya juga karena mulai detik ini ia tidak lagi membawa bekal sebab dari pihak kantor sudah memberi jatah makan siang kepada seluruh karyawan secara gratis.
Arfan masuk ke dalam kantornya lebih dulu kemudian di belakangannya ada Nufael yang juga sedang membawa dua kantong besar serta disusul oleh Kasha yang ikut membawakan dua kantong yang juga berukuran besar.
Beratus-ratus makanan sehat itu pun tersusun rapi di meja besar yang berada di ruangan yang sepertinya menjadi ruangan khusus untuk makan siang. Tiba-tiba saja Arfan, Nufael juga Kasha dikejutkan oleh kedatangan CEO di perusahaan itu yang tak lain adalah Jevin.
"Bagaimana makanannya, sudah datang semua?." Tanya Jevin sembari menatap Arfan dan Nufael secara bergantian.
Sementara Kasha tersadar bahwa di hadapannya ada seorang laki-laki asing sehingga Kasha sedikit menundukkan pandangannya ke bawah. Jevin pun secara tidak sengaja menoleh ke arah perempuan di hadapannya. Jevin memperhatikan perempuan itu dari bawah sampai atas. Jevin merasa aneh dengan perempuan di hadapannya. Pakaiannya yang kebesaran dan menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya saja. Penampilannya sangat tidak menarik di mata Jevin namun entah mengapa tatapan Jevin masih saja tertuju ke arah perempuan itu yang tidak lain adalah Kasha.
Kasha menyadari bahwa saat ini sedang diperhatikan oleh laki-laki di hadapannya. Kasha pun sedikit mengangkat wajahnya untuk memastikan apakah laki-laki itu masih memperhatikannya.
Dan kedua mata mereka saling bertemu. Namun secepat kilat Kasha menyudahinya dan kembali menunduk ke bawah. Jevin yang melihat tingkah aneh perempuan di hadapannya itu langsung menyerngitkan dahinya.
Nufael dan Arfan tersadar bahwa Jevin sedang memperhatikan Kasha bahkan cukup lama sampai keduanya saling bertemu pandang namun hanya sekilas sebab Kasha menyudahinya terlebih dulu.
"Alhamdulillah sudah Pak, semuanya lengkap sesuai pesanan."
Jevin kembali tertuju ke arah Arfan. "Baiklah kalau begitu, terima kasih Pak Nufael sudah mengantarkan pesanan kami."
Nufael membalas senyuman singkat dari pemilik perusahaan yang sudah kedua kalinya ia kunjungi. "Iya Pak Jevin, kami juga ucapkan terima kasih karena Bapak sudah bersedia memesan makanan di tempat kami."
Jevin hanya mengangguk saja. Kemudian Nufael pamit undur diri dari perusahaan itu karena jam makan siang akan segera tiba.
Nufael pun melangkah keluar dari ruangan itu kemudian disusul oleh Kasha yang masih diperhatikan oleh Jevin sampai Jevin tidak sadar bahwa Arfan sedang memperhatikannya.
"Perempuan aneh." Ucap Jevin dalam hati.
"Pak Jevin?"
Jevin sedikit tersentak. "I-iya, ada apa?." Tanya Jevin yang sudah beralih menatap Arfan.
"Sebentar lagi sudah jamnya makan siang Pak, ini untuk Bapak."
Arfan memberikan satu kotak makanan untuk Jevin. Jevin menerimanya dan langsung menuju ruangannya. Jevin memang tidak berniat untuk makan siang bersama para karyawannya karena Jevin adalah tipe Bos yang tidak suka berbaur dengan karyawannya. Istilahnya Jevin sangat menjunjung tinggi jabatannya sebagai seorang Bos yang harus dihormati oleh para karyawannya.
"Pak Jevin kenapa dari tadi memperhatikan Kasha ya?, masa iya Pak Jevin jatuh cinta sama Kasha?. Ah tapi mana mungkin, selera Pak Jevin kan tinggi, mantan tunangannya saja seorang model internasional. Eh kok gue malah membicarakan Pak Jevin sih, nanti kalau Pak Jevin dengar bisa berabe nih."
Arfan yang tadinya sedang membicarakan Bosnya sendiri langsung membungkam mulutnya agar tidak berbuntut panjang.
Bisa bahaya jika yang dibicarakan tiba-tiba muncul di hadapannya.
❤❤❤
Sebuah mobil mewah berwarna silver tua memasuki pekarangan rumah yang super duper mewah usai seorang laki-laki paruh baya dengan pakaian sederhana membukakan pintu gerbangnya. Sang pemilik mobil mewah tersebut turun dari mobilnya kemudian memberikan kunci mobilnya kepada laki-laki paruh baya tersebut yang berstatus sebagai salah satu pembantu di rumah mewahnya.
Laki-laki yang baru saja memasuki rumahnya itu adalah Jevin, sang CEO muda yang usianya sudah berkepala tiga namun tidak diragukan lagi bahwa umurnya tidak memudarkan paras tampannya dan bahkan berkali-kali lipat ketampanan wajahnya saat ini meskipun umurnya sudah genap 30 tahun.
Jevin menghempaskan tubuhnya di sofa sembari melonggarkan dasi yang masih mengikat di lehernya.
"Bik, tolong buatkan saya teh." Jevin meninggikan suaranya agar terdengar oleh pembantu rumah tangganya yang tidak terlihat di pandangannya.
Seorang perempuan paruh baya dengan balutan baju dan riasan yang fashionable keluar dari dapur dengan membawa secangkir teh untuk Jevin. Perempuan paruh baya itu tersenyum ketika melihat seorang pria yang sedang duduk membelakanginya yang tidak lain adalah Jevin.
"Ini tehnya Nak."
"Terima kasih Bik-"
Jevin terkejut mendapati seorang perempuan yang bukan pembantu rumah tangganya itu berdiri di hadapannya sembari menaruh teh di meja. Perempuan paruh baya itu tersenyum kepada Jevin sedangkan Jevin sudah berwajah masam dan terpancar kilatan amarah yang hendak meledak begitu saja.
"Bik, Bibik!!!" Jevin berteriak sekeras mungkin untuk memanggil pembantu rumah tangganya sembari membuang wajah dari perempuan paruh baya itu.
Seorang perempuan tua berumur sekitar 60 tahunan memunculkan dirinya di hadapan Jevin dengan napas yang terengah-engah lantaran mempercepat langkahnya karena sang Bos memanggilnya.
"I-iya Tuan muda, ada apa?"
Jevin meluapkan amarahnya. "Pakai bertanya lagi, siapa yang menyuruh perempuan ini masuk ke rumah saya?"
"SIAPA?!!!"
Bibik itu tersentak akibat amat terkejut mendapat bentakan yang luar biasa dari Tuan mudanya yang terlihat sangat marah melihat kedatangan perempuan paruh baya di rumahnya.
"Jevin, jangan bentak Bibik seperti itu, kasihan-"
"DIAM!!!"
Jevin kembali meninggikan suaranya ketika perempuan paruh baya itu dengan beraninya menasihati dirinya. Kemudian Jevin kembali menatap tajam kearah Bibiknya yang sudah terlihat ketakutan.
"Mulai detik ini Bibik saya pecat, dan silahkan angkat kaki dari rumah ini."
Perempuan yang sudah tua itu lemas seketika dan langsung menangis di hadapan Jevin. "Ta-tapi Tuan muda."
"Jevin, apa yang kamu lakukan-"
"Dan kamu juga angkat kaki dari rumah ini."
Dengan amarah yang masih meledak-ledak Jevin akhirnya meninggalkan kedua perempuan yang tidak bersalah itu. Bibik masih menangis sesegukan dan tidak menyangka bahwa Tuan muda yang sudah memperkerjakannya kurang lebih lima tahun lamanya memecat dirinya akibat kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan.
"Bibik, maafkan saya ya, gara-gara saya memaksa untuk masuk ke rumah ini Bibik jadi dipecat, dan tolong maafkan perlakuan anak saya kepada Bibik, sebenarnya Jevin anak yang baik hanya saja dia belum bisa memaafkan kesalahan di masa lalu."
Bibik hanya dapat menganggukkan kepalanya dengan lemas disertai air mata yang masih mengalir. "Iya Nyonya, Bibik tahu Tuan muda adalah orang yang baik, mungkin sekarang ini Tuan muda sedang banyak pikiran makanya dia marah-marah."
Perempuan paruh baya yang tidak lain adalah ibu kandung dari Jevin yang bernama Rifda itu ikut menitikkan air mata. Hatinya hancur melihat putra kesayangannya masih memperlakukan dirinya dengan tidak baik. Luka di hati putranya itu belum juga pulih padahal ini sudah tahun ke lima setelah kejadian menyakitkan yang di alami oleh putranya di masa lalu.
"Kalau begitu, mulai sekarang Bibik bekerja di rumah saya saja ya."
"Nyonya serius ingin memperkerjakan Bibik di rumah Nyonya?"
Ibu dari Jevin itu tersenyum tulus. "iya Bik, kalai begitu sekarang kita pergi dari sini ya."
Bibik mengangguk. "Iya Nyonya, kalau begitu Bibik bereskan baju-baju Bibik dulu"
"Saya tunggu di luar ya Bik." Ucapnya.
❤❤❤
Rifda masuk ke dalam rumahnya dan mempersilahkan Bibik untuk menuju kamarnya yang sudah ditunjukkan olehnya.
"Pa..."
Ibu Jevin segera berhambur ke pelukan seorang laki-laki paruh baya yang sedang duduk di ruang tengah. Pria itu tidak lain adalah Rozin, laki-laki yang beberapa hari yang lalu di tolong oleh Nufael.
"Mama untuk apa masih temui anak nggak tahu diri itu. Lihat sekarang apa yang dia lakukan sama Mama, hanya buat Mama menangis seperti ini. Sudah cukup Ma, nggak usah temui anak itu lagi."
Rifda langsung melepas diri dari pelukan suaminya dan menatap lekat ke arah suaminya.
"Pa..., sebagai seorang Ibu, Mama kangen sama anak Mama, seburuk-buruknya Jevin, dia tetap anak Mama, dia tetap anak kita Pa, Mama kangen sama Jevin Pa, hiks."
"Sudah lima tahun Jevin pergi dari rumah ini, Jevin membenci kita. Mama ingin Jevin seperti dulu lagi Pa, tapi Mama nggak tahu lagi harus berbuat apa untuk mengembalikan Jevin menjadi anak yang sayang sama kita, yang seperti dulu, sebelum kejadian menyakitkan itu terjadi."
Rozin menghela napas pasrah. "Sudahlah Ma, jangan terlalu berharap sama yang tidak pasti, hati Jevin sudah seperti batu yang keras, kecil kemungkinannya untuk dia bisa berubah seperti dulu lagi. Kecuali Jevin sendiri yang ingin berubah seperti dulu lagi."
Rifda sangat berharap sang putra semata wayang yang dulunya begitu dekat dan sangat menyayanginya bisa bersikap baik seperti dulu lagi. Kecil memang kemungkinannya namun Rifda tidak akan pernah berhenti untuk terus mengharapkan putranya kembali pulang ke rumahnya dan kembali menjadi putra kebanggaannya yang baik dan sayang kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Muma
lanjut
2020-08-18
1