Assalaamu 'alaikum Readers
Selamat membaca cerita
"Hidayah Berukir Cinta"
Semoga kalian suka
❤❤❤
Seorang perempuan muslimah dengan balutan gamis serta khimar syar'inya yang berwarna navy baru saja menapaki kakinya di koridor bangunan besar yang bertuliskan "Bandara Soekarno Hatta". Ini pertama kalinya ia mengunjungi ibu kota Indonesia. Kedua mata indahnya menangkap seisi bandara Soekarno-Hatta yang banyak sekali lalu lalang orang-orang yang membawa kopernya masing-masing. Sama seperti dirinya yang sedang membawa koper berwarna hitam dan tas jinjing berwarna navy.
Rute penerbangan dari Banda Aceh menuju Jakarta menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam 55 menit. Lumayan lama sehingga wanita muslimah tersebut memilih untuk tidur di pesawat sehingga saat ini ia tidak merasa kelelahan. Ingin sekali ia segera meninggalkan bandara yang semakin dipadati oleh banyak orang. Namun apa daya ia harus menunggu seseorang yang akan menjemputnya.
"Kasha."
Pandangan perempuan muslimah itu tertuju ke arah sosok laki-laki dewasa yang terlihat sedang berjalan sedikit cepat ke arahnya. Senyuman terpancar di wajah senduhnya tatkala laki-laki tersebut kini sudah berada dihadapannya dengan senyuman yang merekah.
"Abang." Panggilnya lirih.
Perempuan muslimah yang bernama Kasha itu akhirnya berhambur di pelukan laki-laki itu yang disebutnya dengan Abang.
Atas izin Allah kini sepasang kakak beradik yang telah lama terpisahkan oleh jarak dan waktu akhirnya dipertemukan kembali. Semenjak kedua orang tuanya meninggal hak asuh Nufael dan Kasha jatuh kepada Nekna dan Kekyanya. Kakek dan Nenek dari Nufael dan Kasha memutuskan untuk tinggal dan menetap di Banda Aceh sehingga Nufael dan Kasha menghabiskan waktu kecil mereka di Banda Aceh. Selisih umur mereka hanya 1 tahun 1 bulan saja. Saat Nufael berumur 18 tahun ia memutuskan untuk menikah muda sekaligus ia bersama sang istri meminta izin kepada Kekya dan Nekna untuk pindah dan menetap di Jakarta. Ilyas dan Hasna tidak keberatan lantas mengizinkan cucu pertama mereka itu untuk tinggal di Jakarta karena Nufael berhak menentukan masa depannya sendiri.
Kini 8 tahun berlalu. Nufael dan Kasha sama-sama beranjak dewasa bahkan Nufael sudah dianugerahi seorang anak laki-laki berumur 7 tahun bernama Haziq Althafurrahman. Sementara Kasha diumurnya yang sudah menginjak 25 tahun Allah masih belum mempertemukan Kasha dengan jodohnya.
Kedatangan Kasha ke Jakarta bukan hanya sekedar melepas rindu kepada Abang semata wayangnya namun mulai detik ini Kasha akan ikut tinggal di Jakarta lebih tepatnya tinggal bersama Abang dan Kakak iparnya serta keponakannya. Sebenarnya Kasha sudah betah tinggal di Banda Aceh namun Allah menakdirkannya untuk hijrah ke Jakarta.
1 bulan yang lalu Kasha harus ikhlas merelakan kepergian Neknanya untuk selamanya. Terpukul sekali bagi Kasha harus ditinggalkan Nekna yang sudah merawatnya sejak kecil dengan kasih sayang yang berlimpah bahkan Kasha sudah menganggap Neknanya seperti Ibu kandungnya sendiri. Tetapi disisi lain Kasha bahagia karena kini Neknanya sudah berkumpul kembali dengan Kekyanya yang meninggal lebih dulu, tepatnya 1 tahun yang lalu. Tidak mudah bagi Kasha untuk menerima takdir yang Allah gariskan kepadanya. Maka dari itu ia perlu waktu untuk meninggalkan Banda Aceh yang memiliki banyak sekali kenangan dirinya bersama Nekna dan Kekyanya.
Kini hanya Nufael yang Kasha punya di dunia ini. Hanya Nufael, sang Abang satu-satunya anggota keluarga Kasha. Sebenarnya mereka masih ada Bibi dan Pamannya yang bernama Fahdah dan Aqmar tetapi mereka tidak tinggal di Indonesia, mereka memutuskan untuk tinggal di Saudi Arabia lebih tepatnya di Riyadh. Lagi pula Nufael tidak ingin merepotkan siapapun lagi cukup Nekna dan Kekyanya yang mereka repotkan selama ini. Sehingga Nufael menyuruh Kasha untuk tinggal bersamanya di Jakarta. In syaa Allah dengan usahanya yaitu "Catering Makanan Sehat" Nufael masih mampu menghidupi keluarga kecilnya termasuk adik semata wayangnya, Kasha.
"Ayo kita pulang."
Usai berpelukan dengan air mata yang masih membasahi kedua wajah mereka akhirnya Nufael mengajak Kasha untuk segera meninggalkan bandara menuju rumah yang mulai saat ini akan menjadi rumah Kasha juga.
Kasha menitikkan air matanya kembali. Kasha tidak kuasa menutupi kesedihannya di hadapan Nufael.
Seakan mengetahui isi hati sang Adik. Dengan penuh kasih sayang Nufael langsung membawa Kasha ke dalam pelukannya yang erat dan sesekali mengelus pucuk kepala Kasha yang terbalut khimar syar'inya.
Kasha menangis tersedu-sedu. Ia tidak memperdulikan orang-orang sekitar yang memperhatikan dirinya dengan aneh. Selang beberapa menit kemudian suasana hati Kasha sudah membaik. Kasha berusaha tegar dan melepas diri dari pelukan Nufael.
Nufael meraih kedua pundak Kasha. Menatapnya dengan penuh kasih sayang. Kasha mencoba untuk tegar walau sebenarnya air mata tidak mampu lagi untuk ia tahan.
"Kasha, Abang tahu apa yang kamu rasakan saat ini, kamu harus sabar, kamu harus kuat, ikhlaskan kepergian Nekna ya, in syaa Allah saat ini Popa, Moma, Kekya dan Nekna sudah berkumpul di taman syurga, kita doakan mereka ya semoga mereka menjadi ahli syurga."
Kasha mengangguk pelan. "Aamiin."
Nufael dapat bernapas lega ketika Kasha kini mulai mengukir senyumannya. Walau senyuman yang terlihat dipaksakan.
"In syaa Allah mulai saat ini Abang akan selalu ada di samping kamu, ada Kak Niswah juga, ada Haziq juga, kami sayang sama kamu Adikku sayang, kamu nggak boleh sedih lagi, ya."
Kasha hanya dapat menganggukkan kepala. Kasha akan tetap bersyukur atas ujian terberat yang Allah ujikan kepada dirinya saat ini. Kasha akan berjanji kepada Nufael dan kepada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan bersedih lagi. Sudah cukup waktu 1 bulan ia habiskan dengan menangis, meratapi kepergian sang Nekna. Kasha sadar diri juga bahwa berlarut dalam kesedihan itu tidak baik. Bahkan Allah membenci hamba-Nya yang terlalu berlarut dalam kesedihan.
"Ya sudah kalau begitu, sekarang kita pulang ya, Kak Niswah pasti sudah menunggu kedatangan kamu."
Nufael mengajak Kasha untuk beranjak meningggalkan bandara yang tidak ada habisnya orang berlalu lalang. Ajakan yang kedua kalinya ini, Nufael berhasil membawa Kasha pergi menuju rumah mereka.
❤❤❤
Motor matic berwarna merah berpadukan hitam yang dikendarai oleh Nufael dengan Kasha yang duduk di belakangnya berhenti di halaman rumah sederhana namun terlihat indah dengan banyaknya tanaman yang mengisi halaman rumah itu.
"Alhamdulillah sudah sampai."
Kasha masih ragu untuk melangkahkan kakinya. Suasana rumah di hadapannya begitu asing bagi dirinya. Nufael yang baru saja turun dari motornya tidak tinggal diam dan segera menghampiri Kasha yang masih memperhatikan keadaan sekitar.
"Kasha, ayo masuk."
"Ta-tapi Bang-"
"Kasha."
Terdengar suara seorang perempuan sedang memanggil nama Kasha. Perempuan itu berdiri tepat di ambang pintu rumahnya dengan mengedarkan senyuman ramah kepada Kasha.
"Kak Niswah." Panggil Kasha lirih.
Akhirnya Kasha melangkahkan kakinya untuk menghampiri seorang perempuan bernama Niswah, istri dari Nufael yang sangat anggun dengan balutan gamis+khimar syar'inya.
"Assalaa 'mualaikum."
"Wa 'alaikumus salaam, Adikku sayang."
Kasha hendak meraih tangan Niswah namun Niswah mengabaikannya bahkan tanpa ragu Niswah malah memeluk Adik iparnya dengan suka cita. Kasha sedikit terkejut dengan pelukan Niswah yang secara mendadak namun perlahan Kasha membalas pelukan Kakak iparnya dengan suka cita pula.
Tak berapa lama kemudian Niswah melepas pelukannya. "Alhamdulillah akhirnya Adikku sayang sampai juga di Jakarta, selamat datang di istana kecil kami, semoga kamu betah ya tinggal di sini bersama kami."
Kasha tersenyum simpul membalas penyambutan Niswah yang sangat antuasias atas kedatangan Kasha di rumahnya.
"Ya sudah ayo kita masuk, kamu harus istirahat, pasti perjalanan tadi sangat melelahkan."
Niswah seakan mengetahui bahwa Adik iparnya saat ini membutuhkan istirahat untuk mengembalikan daya tahan tubuhnya yang sempat menurun karena perjalanan dari Aceh ke Jakarta menghabiskan waktu hampir 3 jam.
Kasha yang sedang ditemani Niswah berjalan masuk ke dalam rumah mereka seakan terhipnotis akan suasana di dalam rumah sederhana itu yang menampilkan suasana nyaman dan menenangkan dengan dinding bercat cream dan perlengkapan rumah yang tersusun rapi. Niswah berhasil menjadikan rumah mereka menjadi tempat tinggal yang nyaman dan menenangkan. Sepertinya Kasha akan betah tinggal di rumah keluarga kecil Nufael, sang Abang tercinta.
Langkah Kasha terpaksa terhenti lantaran Niswah sudah menghentikan langkahnya terlebih dahulu. Padahal mereka belum sampai di kamar yang akan menjadi kamar Kasha. Melainkan kini mereka berhenti di dapur. Ada seorang perempuan yang seumuran dengan Niswah sedang sibuk dengan pekerjaannya yaitu menata kotak makanan yang sudah berisi nasi+sayur dan daging yang sehat.
"Shima."
Niswah memanggil nama perempuan itu untuk menghampiri dirinya yang sedang bersama Kasha.
"Iya Nis." Jawab Shima sambil menghampiri Niswah.
"Perkenalkan ini Kasha, Adiknya mas Nufael, alhamdulillah mulai sekarang Kasha akan tinggal bersama kami."
Shima tersenyum ramah kepada Kasha. Kemudian mengulurkan tangan untuk memperkenalkan dirinya. Kasha pun menjabat tangan Shima dan juga tersenyum ramah.
"Perkenalkan saya Shima, Asistennya Niswah."
Niswah menggeleng seraya menghela napas. "Ish, Shima mulai deh, Kasha, Shima ini teman Kak Niswah sekaligus tim sukses catering Althafurrahman milik keluarga kita, dia juga tetangga kita, rumahnya itu yang paling ujung dan yang paling besar se Jakarta, dan suaminya itu kerja di perusahaan properti terbesar seibu kota Jakarta."
Kini giliran Shima yang menggeleng seraya tesenyum getir kepada Niswah. "Mulai deh berlebihannya, biasa saja kali Nis."
Kasha yang melihat Niswah dan Shima sedang memberikan pujian satu sama lain hanya dapat tersenyum tanpa mengeluarkan satu kata pun.
"Astaghfirullah, Kasha, maafkan Kak Niswah ya, gara-gara mengobrol sama perempuan yang satu ini, Kak Niswah sampai lupa kalau kamu harus segera istirahat, ya sudah ayo sekarang kita ke kamar kamu."
Niswah tersadar bahwa tujuan utamanya saat ini bukan mengobrol dengan Shima melainkan membawa Kasha untuk menuju kamarnya agar segera beristirahat.
"Lho kok Umma sama Kasha malah di dapur, bukannya langsung ke kamarnya Kasha?"
Nufael yang baru saja memunculkan dirinya di dapur terheran-heran melihat istri dan adiknya malah di dapur bukannya menuju kamar yang akan di tempati Kasha.
"Eh iya Buya, tadi Umma memperkenalkan Kasha kepada Shima dulu, ini sekarang juga mau ke kamarnya Kasha kok."
Nufael mengangguk-anggukkan kepala pertanda mengerti. "Ya sudah kalau begitu, oh ya Kasha kopernya sudah Abang taruh di kamarmu ya."
Kasha mengangguk seraya tersenyum kepada Nufael. "Jazakallah khoiron Abang."
"Wa jazakillah khoiron Adikku sayang." Balas Nufael seraya mengikuti Niswah memanggil Kasha dengan sebutan Adikku sayang.
Nufael beralih memandang kearah Niswah. "Oh ya Umma, kalau begitu Buya berangkat dulu ya untuk mengantarkan pesanan cateringnya." Ucap Nufael meminta izin kepada sang istri untuk segera pergi mengantarkan pesanan-pesanan catering yang harus diantar sekarang juga.
"Iya Buya, fii amanillah."
Nufael menganggukkan kepalanya Lalu berucap salam.
"Assalaa 'mualaikum."
"Wa 'alaikumus salaam."
Kini Nufael sudah keluar dari rumahnya dengan membawa dua kantong besar berisikan kotak-kotak makanan catering pesanan pelanggannya.
Begitu juga dengan Kasha dan Niswah yang kini telah memasuki kamar berukuran minimalis namun terlihat bersih dan nyaman.
"Nah ini kamar kamu Adikku sayang, Kak Niswah minta maaf ya kalau kamarnya tidak sebesar kamar kamu yang di Aceh."
Kasha menggeleng cepat. Ia tidak menyetujui ucapan Niswah yang menurutnya sangat berlebihan.
"Kak Niswah, kamar ini nyaman sekali, in syaa Allah aku betah kok tinggal di sini."
Niswah tersenyum lega lantaran Kasha benar-benar tidak mempermasalahkan kamarnya yang berukuran minimalis. Sebenarnya Niswah tidak enak sendiri. Niswah tahu bagaimana rumah keluarga suaminya di Aceh yang lebih besar dari rumahnya saat ini. Namun rumah yang ditempatinya saat ini adalah rumah idaman Niswah dan Nufael. Sederhana namun nyaman untuk ditempati.
"Alhamdulillah kalau kamu mau menempati kamar ini, ya sudah kamu istirahat ya Adikku sayang, pasti badan kamu sangat lelah dan membutuhkan istirahat."
Kasha menuruti perintah Niswah untuk istirahat dan merebahkan tubuhnya di kasur yang terlihat empuk. Sebelum meninggalkan sang adik ipar yang hendak beristirahat, Niswah merapatkan selimut ke tubuh Kasha. Lalu keluar dan menutup pintu dengan rapat.
"Ya Allah terima kasih telah mengumpulkan hamba bersama Abang dan Kakak ipar hamba, semoga ini yang terbaik untuk kehidupan hamba kedepannya. Aamiin" Ucap Kasha dalam hati. Dan selanjutnya ia benar-benar tertidur akibat perjalanan tadi yang cukup melelahkan.
Assalaamu 'alaikum Readers
Selamat membaca cerita
"Hidayah Berukir Cinta"
Semoga kalian suka
❤❤❤
Kasha keluar dari kamarnya usai merebahkan tubuhnya sejenak hingga terbangun untuk menunaikan sholat dzuhur. Rasa lelah seakan menghilang dari tubuhnya. Dan rasa lapar kini sedang menyapanya. Kasha merasa kelaparan sebab hari sudah siang dan memang sudah saatnya makan siang.
"Eh Kasha sudah bangun rupanya, ayo kita makan siang dulu. Mas Nufael sama Haziq sudah menunggu di ruang makan."
Kasha sedikit terkejut mendapati Niswah sudah berdiri di hadapannya tepat saat dirinya menutup pintu kamarnya.
Kasha hanya mengangguk dan tersenyum. Niswah pun menggandeng sang adik ipar untuk menuju ruang makan. Niswah tahu betul perangai adik iparnya itu yang pendiam dan pemalu. Sama seperti dirinya yang awalnya memang pendiam dan pemalu namun setelah menikah dengan Nufael sepertinya Niswah menjadi sedikit mengubah perangainya dengan ketidaksengajaan. Nufael memiliki perangai kebalikan dari Kasha. Sepertinya mereka berdua sama-sama mewarisi perangai dari Popa dan Momanya. Nufael seperti Faysha dan Kasha seperti Rafka.
Niswah dan Kasha sudah sampai di ruang makan. Di sana sudah ada Nufael bersama seorang anak laki-laki berumur 7 tahun bernama lengkap Haziq Althafurrahman yang sedang duduk dengan pandangan ke atas meja makan yang sudah terhidang menu makan siang yang sehat. Namun selanjutnya pandangan ayah dan anak tersebut saling tertuju ke arah Niswah dan Kasha.
"Tante Kasha." Haziq memanggil Kasha seraya langsung menghampiri Kasha. Raut wajah anak kecil tersebut begitu riang ketika melihat Kasha kini nampak nyata berdiri di hadapannya.
"Assalaamu 'alaikum Tante Kasha." Ucapnya seraya mencium tangan Kasha dengan hormat.
Kasha tersenyum. "Wa 'alaikumus salaam Haziq."
"Haziq mulai sekarang Tante Kasha akan tinggal di rumah kita, Haziq nggak keberatan kan?." Niswah menjelaskan kepada Haziq bahwa mulai saat ini di istana mereka ada penghuni baru yang tidak lain adalah Kasha.
"Alhamdulillah, Umma serius?, Tante Kasha akan tinggal disini?, bersama kita?"
Niswah mengangguk untuk meyakinkan sang putra yang terlihat sangat girang sekali. "Kalau Haziq nggak percaya, tanya saja sama Tante Kasha."
Pandangan Haziq kini beralih ke arah Kasha. "Tante Kasha sungguhan akan tinggal di sini?"
Kasha mengangguk seraya tersenyum. Haziq yang melihatnya langsung bersorak bahagia seraya berucap syukur. Sepertinya Haziq sangat senang menyambut kedatangan Kasha. Meskipun Kasha tidak banyak bicara dan bertemu pertama kalinya dengan keponakannya itu satu bulan yang lalu namun keakraban diantara keduanya sudah tidak diragukan lagi apa lagi Haziq memang anak yang mudah membaur sama seperti Buyanya.
Nufael berdehem. "Kapan nih makan siangnya, kok malah mengobrol di situ."
Nufael angkat bicara lantaran dirinya seperti diabaikan begitu saja. Namun Nufael bukan mempermasahkan itu melainkan mempermasahkan perutnya yang sudah keroncongan minta diisi.
Seketika pandangan tertuju ke arah Nufael lalu saling tertawa melihat kepala keluarga itu mengoceh layaknya anak kecil yang kelaparan.
"Ayo Tante Kasha kita makan siang bersama."
"Ayo Kasha." Ajak Niswah.
Akhirnya mereka pun makan siang bersama. Ini pertama kalinya mereka makan bersama dan Haziq yang memimpin doanya. Seperti itulah kebiasaan yang selalu Nufael ajarkan kepada putranya agar selalu terbiasa berdoa sebelum melakukan aktivitas apapun termasuk makan.
"Oh iya Kasha ada rencana mau kerja nggak?, kalau ada in syaa Allah nanti Abang bantu cari."
Disela-sela makan siangnya, Nufael menanyakan kepada adiknya tentang pekerjaan. Siapa tahu Kasha ingin mencari kerja untuk mengisi kegiatannya. Nufael tahu betul siapa adiknya. Kasha adalah perempuan yang tidak mau bersantai saja di rumah. Dan di Aceh Kasha bekerja di sebuah butik gamis syar'i, meskipun Kekya dan Nekna sempat tidak mengizinkannya namun karena kesungguhan dan ketekunan Kasha akhirnya Kekya dan Neknanya mengizinkannya untuk bekerja.
Perlahan Kasha menggeleng. Kemudian kembali menyantap makan siangnya.
"Lho kenapa Kasha?, jangan bilang kamu nggak enak ya sama Abang?." Tanya Nufael mulai berburuk sangka kepada adiknya sendiri.
Kasha menggeleng dengan cepat ia tidak ingin abangnya berpikiran yang macam-macam. Kasha tidak ingin membuat abangnya salah paham atas penolakannya itu.
"Bukan seperti itu Abang. Kasha nggak ingin cari kerja soalnya Kasha ingin bantu Abang sama Kak Niswah saja untuk mengurusi catering. Abang dan Kak Niswah nggak keberatan kan?"
Kasha berhati-hati sekali dalam ucapannya. Ia takut salah dalam bertutur kata dengan Abang dan Kakak iparnya.
Nufael dan Niswah saling beradu pandang sejenak setelah itu mereka saling tertuju ke arah Kasha sambil menggeleng dengan cepat. Menandakan bahwa mereka tidak keberatan jika Kasha memutuskan untuk tidak mencari pekerjaan karena ingin membantu mengurusi catering keluarga mereka.
"Nggak kok, Abang nggak keberatan, justru Abang bersyukur kalau Kasha mau membantu mengurusi catering keluarga kita."
Niswah menimpali. "Iya Sha, Kak Niswah juga nggak keberatan kok, malah senang kalau kamu mau membantu."
Syukurlah jika kedua Kakaknya itu tidak keberatan dengan keputusan yang Kasha ambil. Lagi pula Kasha merasa sebagai seorang adik memang sudah seharusnya membantu bisnis Abang dan Kakaknya. Ditambah lagi mulai saat ini Kasha akan tinggal bersama mereka jadi Kasha tidak ingin tinggal secara gratisan saja meskipun Kasha bukan tinggal bersama orang lain namun bersama Abang kandungnya sendiri namun Kasha adalah tipe orang yang tidak enakan, alhasil Kasha akan membantu Abang dan Kakaknya dalam mengurusi bisnis rumahan keluarga mereka.
❤❤❤
"Assalaamu 'alaikum."
Suara salam yang terdengar dari balik pintu sedikit mengejutkan Kasha yang saat ini sedang mencuci piring di dapur bersama Niswah.
"Wa 'alaikumus salaam, tunggu sebentar ya Sha, Kak Niswah mau buka pintu dulu."
Kasha mengangguk. Niswah pun bergegas keluar dari dapur. Dalam waktu yang bersamaan Nufael juga bergegas untuk membuka pintu. Alhasil suami istri tersebut saling tersenyum kemudian menyambut tamu yang sedang berkunjung ke rumahnya saat ini.
"Wa 'alaikumus saalam."
Tamu yang sedang berkunjung di rumah Nufael dan Niswah adalah Shima dan seorang pria yang tidak lain adalah suaminya Shima. Mereka pun masuk ke dalam rumah usai sang pemilik rumah mempersilahkan tamunya untuk masuk ke dalam rumah mereka.
"Ngomong-ngomong ada apa ini ya, kok tumben Shima ke sini mengajak kamu segala Fan?." Tanya Niswah kepada suaminya Shima yang bernama Arfan.
Arfan pun angkat bicara. "Jadi begini Nis, El, kedatangan aku sama Shima ke sini itu kami ingin menyampaikan kabar bahagia untuk kalian."
Nufael dan Niswah saling bertatap muka dengan raut wajah kebingungan. Kemudian kembali lagi tertuju ke arah Arfan yang sedang tersenyum sama halnya dengan Shima. Kabar bahagia apa yang akan disampaikan oleh Arfan kepada Nufael dan Niswah sampai-sampai sepasang suami istri tersebut datang ke rumah Nufael dan Niswah di malam hari padahal esok hari Shima bisa menyampaikannya kepada Niswah.
"Kabar bahagia apa Fan?." Nufael sudah tidak sabar mendengar lanjutan ucapan dari Arfan.
Arfan mengambil napas terlebih dahulu sebelum akhirnya kembali melanjutkan ucapannya. "Alhamdulillah rencananya Bosku di kantor ingin bekerja sama dengan kalian lebih tepatnya dengan bisnis catering kalian."
"Jadi Bosku itu ingin memesan catering kalian untuk makan siang di kantor setiap hari, nggak setiap hari sih sabtu ahad kan libur."
Nufael beserta Niswah yang mendengar kabar bagus dan bahagia tersebut saling memadang Arfan dengan ketidakpercayaan. Kedua mata mereka berbinar-binar hingga akhirnya saling berucap kalimat hamdalah sebagai ucapan syukur atas rezeki yang baru saja Allah turunkan untuk keluarga mereka.
"Alhamdulillah, tapi ini serius kan Fan?, Bos kamu mau pesan catering di kami?, secara kantormu itu kan perusahaan yang besar, nggak salah Bos kamu mau memesan catering kecil-kecilan kami ini?"
Niswah bukannya merendahkan bisnisnya sendiri bersama suaminya itu. Hanya saja memang faktanya bisnis catering mereka masih kecil-kecilan bisa dibilang bisnis rumahan sementara kantor atau perusahaan tempat Arfan bekerja adalah salah satu perusahaan terbesar di Jakarta. Jadi seperti tidak sinkron saja jika perusahaan yang besar dan jaya mau memesan makanan catering di catering rumahan yang masih kecil-kecilan.
"Iya Fan, mungkin kamu salah dengar, mungkin bukan catering kami yang dimaksud Bos kamu itu." Nufael sependapat dengan istrinya.
Arfan gemas sekali melihat sepasang suami istri di hadapannya dengan kompaknya merendah dan memustahilkan kabar bagus yang baru disampaikannya.
"Nis, kok kamu nggak percaya sama suami aku sih?, mana mungkin suami aku memberi kabar hoax, ya kan Sayang?." Shima ikut gemas lantaran Niswah tidak mempercayai kabar bagus yang datangnya langsung dari mulut suaminya Shima sendiri.
Arfan mengangguk. "Iya Nis, El, aku serius. Bos aku memang ingin bekerja sama dengan catering kalian. Jadi seperti ini ceritanya, alhamdulillah selama ini aku bekerja di kantor itu rajin, selalu bersemangat dan kalau jam makan siang nggak pernah terlambat untuk balik kantor soalnya aku kan bawa bekal catering dari kalian yang setiap hari Shima siapkan buat aku, jadi Bos aku itu tertarik ingin mengandalkan catering untuk makan siang karyawan-karyawannya dan Bos aku menyuruh aku untuk memberitahu kamu kalau dia mau bekerja sama dengan kamu, dan besok dia minta kamu ke kantor untuk mengkonfirmasikannya, jadi begitu cerita agak panjangnya saudara-saudara sekalian."
Tidak sia-sia Arfan menjelaskannya dengan lumayan detail karena baik Nufael maupun Niswah kini sudah mempercayainya bahkan raut wajah keduanya nampak bahagia sekali. Ini bukan hanya berita bagus bagi Nufael dan Niswah melainkan juga berita bahagia untuk mereka, untuk keluarga mereka.
"Alhamdulillah ya Allah, datang lagi rezeki yang tidak disangka-sangka."
"Alhamdulillah."
Shima ikut senang mendengar kabar bahagia itu lantaran Shima juga ikut membantu Niswah dalam mengelola bisnisnya. Dan ini juga rezeki Shima yang Allah berikan kepadanya melalui Bos suaminya yang ingin memesan catering di tempatnya bekerja.
Kasha yang sejak tadi berada di dapur akhirnya memberanikan diri untuk keluar menemui Abang dan Kakaknya yang sedang kedatangan tamu. tidak lupa juga Kasha membawakan minuman teh hangat untuk kedua tamu tersebut.
"Silahkan diminum." Ucap Kasha mempersilahkan teh hangat buatannya untuk diminum oleh tamu yang ternyata adalah Shima dan seorang pria yang tidak Kasha kenali.
"Terima kasih Kasha." Shima pun menyeruput tehnya usai mengucapkan terima kasih kepada Kasha. Seperti biasa Kasha hanya akan menganggukkan kepala seraya tersenyum kecil.
Arfan ikut menyeruput tehnya kemudian kembali beralih menatap Kasha yang sepertinya asing sekali baginya.
Shima seakan tahu isi pikiran sang suami yang sudah tidak menatap ke arah Kasha lagi melainkan kepada Nufael untuk meminta penjelasan tentang jati diri perempuan yang berdiri di hadapannya.
"Namanya Kasha, Sayang."
Arfan menoleh ke arah Shima sembari ber-o ria untuk menanggapi ucapan istrinya yang memberitahukan nama Kasha.
"Oh ya, perkenalkan Arfan, ini Kasha Adik kandung aku yang dulunya tinggal di Aceh dan qodarullah mulai saat ini Kasha akan tinggal bersama kami."
Lagi-lagi Arfan hanya dapat ber-o ria saja lantaran ia tidak tahu harus menanggapinya dengan apa. Sebenarnya Arfan ingin mengulas senyuman ramah kepada Kasha sebagai bentuk salam kenal namun nyatanya Kasha lebih dulu menundukkan pandangannya ke bawah sehingga tidak mungkin bagi Arfan untuk tersenyum seorang diri saja.
"Oh ya Kasha, kita punya kabar bahagia, alhamdulillah kita dapat rezeki dari Allah. Bosnya Arfan ingin memesan catering sama kita."
Kasha ikut tersenyum mendengar ucapan Niswah tentang kabar bahagia itu. "Alhamdulillah."
Nufael ikut angkat bicara. "Dan sepertinya ini adalah rezeki kamu Kasha, kamu datang ke sini dengan membawa rezeki, jadi kamu nggak usah merasa nggak enakan tinggal sama Abang dan Kak Niswah ya."
Kasha mengangguk malu lantaran Abangnya dapat membaca pikirannya. Meskipun sudah terpisah lumayan lama namun Nufael sama sekali tidak melupakan perangai Adiknya yang suka tidak enakan. Meskipun sama Abangnya sendiri.
❤❤❤
Motor yang dikendarai oleh Nufael berhenti di parkiran khusus yang telah disediakan. Semua kendaraan jenis motor berjajar rapi tepat disamping bangunan besar yang bertuliskan "Alhusayn Property Company", bukan hanya jenis motor saja yang berjajar rapi memenuhi parkiran tersebut namun di sebelahnya juga tidak kalah rapi mobil-mobil mewah berjajar dengan menyesuaikan warna-warna sehingga terlihat sangat indah di setiap mata yang memandang. Nufael sedikit kalut ketika melihat bangunan besar di hadapannya. Nufael merasa tidak percaya akan bekerja sama dengan perusahaan yang besar itu.
"El, kok berdiri di situ, ayo masuk."
Nufael tersentak ketika mendengar suara seseorang. Entah sejak kapan Arfan sudah berdiri di hadapannya. Mungkin akibat Nufael yang seakan takjub melihat bangunan besar di hadapannya sehingga tidak menyadari kedatangan Arfan yang sudah berdiri di hadapannya.
"Maa syaa Allah Fan, ini kantor kamu bekerja?, pantas saja gajimu besar, kantornya sebesar ini."
Arfan tersenyum geli. "Alaaaa, kamu seperti nggak pernah melihat bangunan besar saja El, lagi pula masih banyak kok di Jakarta perusahaan besar yang lebih besar dari tempat aku bekerja ini."
"Ya sudah ayo masuk, mumpung Bosku lagi nggak sibuk."
Akhirnya Nufael mengikuti ajakan Arfan yang sudah lebih dulu masuk ke dalam bangunan besar tersebut. Di dalam perusahaan itu banyak sekali para karyawan berlalu lalang dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang sibuk membawa beberapa berkas ada juga yang sibuk menelpon sambil berjalan. Intinya kondisinya sama-sama sibuk bekerja.
Arfan lebih dulu menghentikan kakinya usai keluar dari lift dan saat ini sudah berdiri di depan ruangan yang pintunya sedang tertutup rapat.
Tok... tok... tok...
Arfan mulai mengetok pintu itu. Dan Nufael hanya berdiri disampingnya.
"Masuk."
Terdengar suara bariton yang bersumber dari dalam ruangan tersebut mempersilahkan Arfan masuk ke dalam ruangannya. Kemudian Arfan langsung membuka pintunya sembari menoleh ke arah Nufael untuk mengikutinya masuk ke dalam.
Di dalam ruangan itu sangat luas sekali. Di sisi kanan terdapat meja kerja yang bertumpuk berkas-berkas dan map berwarna-warni serta bertengger laptop yang menyala. Dan di sisi kiri terdapat satu set sofa berukuran sedang.
Di sisi kiri juga terlihat seorang laki-laki berpakaian rapi dengan jas yang membalut tubuh atletisnya sedang berdiri membelakangi Nufael dan Arfan. Laki-laki tersebut sedang menatap pemandangan di luar dari jendela ruangannya. Dari penampilannya Nufael dapat menebak bahwa laki-laki itu adalah Bosnya Arfan sekaligus pemilik perusahaan besar yang saat ini sedang Nufael kunjungi.
"Selamat pagi Pak Jevin, ini pemilik cateringnya sudah datang Pak." Ucap Arfan dengan sopan memberitahukan kepada Bosnya bahwa pemilik catering yang tidak lain adalah Nufael sudah berada di ruangannya.
Perlahan laki-laki itu membalikkan tubuhnya. Kedua bola mata tajamnya tertuju ke arah Nufael yang sempat tersentak lantaran tidak menyangka bahwa pemilik perusahaan besar ini adalah seorang laki-laki yang masih muda dan wajahnya tampan berkarisma. Nufael pikir CEOnya sudah tidak muda lagi dan wajahnya sudah seperti bapak-bapak namun kenyataannya berbanding terbalik.
Laki-laki yang bernama lengkap Jevin Alhusayn tersebut perlahan melangkah untuk menghampiri Arfan beserta Nufael.
"Mari silakan duduk."
Jevin mempersilahkan Nufael untuk duduk di sofa yang memang disediakan untuk tamu yang berkunjung ke perusahaannya lebih khususnya tamu pilihan saja yang boleh menduduki sofa tersebut. Jevin juga mempersilahkan Arfan untuk ikut duduk serta bersama mereka.
Jevin mengulurkan tangannya kepada Nufael. "Perkenalkan saya Jevin, CEO perusahaan ini." Ucap Jevin dengan tegas memperkenalkan diri kepada Nufael.
Awalnya Nufael sedikit canggung untuk menjabat tangan Jevin. Namun akhirnya ia menjabat tangan kekar itu. "Saya Nufael, pemilik catering Althafurrahman."
"Saya pikir saya tidak perlu lagi untuk menjelaskan maksud dan tujuan saya meminta Pak Nufael untuk datang ke perusahaan saya. Arfan sudah memberitahukan kepada Pak Nufael kan?"
Nufael mengangguk ramah. "Iya Pak Jevin. Arfan sudah memberitahu saya."
Jevin menghela napas lega lantaran salah satu karyawannya itu benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik. "Baiklah kalau begitu apakah Pak Nufael menerima kerja sama dengan perusahaan saya?"
Sekali lagi Nufael mengangguk dengan mantap. "In syaa Allah saya bersedia bekerja sama dengan perusahaan Bapak."
"Baiklah kalau begitu, Arfan silakan antarkan Pak Nufael ke bagian administrasi untuk keterangan lebih lanjutnya."
Arfan mengangguk hormat. "Siap Pak, ayo El. Kalau begitu kami mohon undur diri Pak."
"Silakan." Ucap Jevin tegas.
Arfan dan Nufael pun keluar dari ruangan menegangkan itu untuk menuju bagian administrasi kantor sesuai yang diperintahkan oleh CEO muda perusahaan tersebut.
Usai menemui bagian adiministrasi kantor untuk penjelasan lebih lanjutnya berkenaan dengan pesanan cateringnya itu, Nufael pun bergegas untuk pulang sebab urusannya sudah selesai. Saat hendak keluar dari perusahaan itu tiba-tiba Arfan datang begitu saja di hadapan Nufael.
"El, tadi Bosku kelihatan tegas banget kan?, bahkan dia nggak senyum sama sekali."
Nufael terkekeh mendengar curhatan Arfan yang menceritakan perangai Bos di kantornya yang tegas dan berwajah anti senyuman.
"Ya namanya juga seorang Bos, harus tegaslah, kalau lembek seperti kamu mana mungkin bawahannya hormat dan segan, yang ada mereka nggak serius kerja."
Arfan bergeming. "Yehhh sembarang ngomong orang lembek, kalau aku lembek mana mungkin Shima jatuh cinta sama aku."
"Iya iya seorang Arfan bukan laki-laki lembek tapi laki-laki perkasa sejagat raya, puas?!"
Puas sekali Arfan mendengar pernyataan Nufael yang mengatakan bahwa dirinya laki-laki perkasa sejagat raya. Bagi Nufael yang terpenting suami dari teman istrinya itu bahagia. Nufael juga sangat bahagia sebab mendapatkan limpahan rezeki yang baru saja ia terima dari pesanan catering perusahaan Alhusayn yang mulai minggu depan Nufael akan mengantarkan pesanan cateringnya. Tentunya berkat Arfan juga yang secara tidak langsung mempromosikan bisnis cateringnya dengan setiap hari membawa bekal dari rumah untuk makan siangnya di kantor.
Assalaamu 'alaikum Readers
Selamat membaca cerita
"Hidayah Berukir Cinta"
Semoga kalian suka
❤❤❤
Tok... tok... tok...
Suara ketukan pintu mengejutkan Kasha yang sedang melipat mukenahnya usai merajut cinta bersama sang Maha cinta di sepertiga malamnya. Kasha menoleh kearah pintu kamarnya yang tertutup rapat seraya penasaran dengan seseorang yang sedang mengetok pintu kamarnya.
Perlahan Kasha melangkah untuk membuka pintu kamarnya yang sudah tidak terdengar ketokan pintu lagi.
Kreggg
"Assalaamu 'alaikum Tante Kasha."
Kasha tersenyum lega ketika mendapati Haziq sedang berdiri di balik pintu yang ia buka. Haziq lah yang mengetok pintu kamarnya.
"Wa 'alaikumus saalam."
Haziq tersenyum menampilkan deretan giginya yang tersusun rapi dan bersih. "Tante Kasha, Haziq minta maaf ya sudah menganggu Tante Kasha di sepertiga malam ini. Ohya Haziq mau mengajak Tante Kasha untuk sahur bersama. Umma sama Buya sudah menunggu di ruang makan."
"Sahur bersama?." Tanya Kasha terlihat bingung.
Haziq mengangguk berkali-kali untuk meyakinkan Kasha. "Iya Tante Kasha, besok kan hari kamis, biasanya Haziq sama Umma dan Buya sahur bersama. Tante Kasha besok puasa kan?"
Oh, Kasha sekarang mengerti. Sahur bersama yang dimaksud Haziq adalah sahur untuk besok puasa sunnah yaitu puasa senin kamis. Tadinya Kasha sempat berpikir bahwa keponakannya itu sedang bercanda. Dan hampir saja Kasha terlupa untuk melaksanakan puasa sunnah besok pada hari kamis. Untung saja Haziq mengingatkannya serta mengajaknya untuk makan sahur bersama-sama.
"Iya Haziq in syaa Allah besok Tante Kasha puasa. Ya sudah ayo kita sahur bersama."
Kasha pun mengikuti langkah Haziq menuju dapur di mana Abang dan Kakak iparnya sudah duduk berdampingan menunggu kedatangannya.
"Kasha, ayo kita sahur bersama." Ajak Niswah usai melihat kedatangan Kasha.
Kasha mengangguk seraya menduduki kursi disamping Haziq tepat di depan Niswah. "Iya Kak Niswah."
"Oh ya, aku ingin mengucapkan jazakumullah khoiron sama Abang, Kak Niswah dan Haziq karena sudah mengingatkan aku untuk puasa besok, tadinya aku lupa kalau besok hari kamis dan alhamdulillah Haziq mengingatkannya."
Dengan senang hati Haziq menjawabnya. "Wa jazakillah khoiron Tante Kasha."
Acara sahur bersamanya telah usai lima belas menit yang lalu. Nufael dan Haziq pun seperti hari-hari biasanya pergi ke masjid untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Sementara Niswah mencuci piring yang kotor dengan Kasha yang ikut membantunya.
"Kak Niswah, kalau aku boleh tahu, sejak kapan ya Haziq memulai berpuasa sunnah?." Sejujurnya Kasha enggan sekali untuk sekadar menanyakan hal ini. Namun Kasha penasaran kira-kira sudah berapa lama keponakannya itu menjalankan puasa sunnah senin dan kamis.
Niswah tersenyum. "Alhamdulillah sejak satu tahun kemarin Sha, dan alhamdulillahnya lagi, anaknya tuh nggak rewel dan bisa lancar puasanya sampai adzan maghrib."
Niswah bersyukur sekali melihat perkembangan putra semata wayangnya yang akhirnya berhasil melaksanakan puasa sunnah seperti dirinya dan juga suaminya.
Kasha ikut senang mendengarnya. "Maa syaa Allah." Kasha berucap kalimat thoyyibah untuk menunjukkan kekagumannya kepada keponakannya yang masih berumur 7 tahun namun mampu mengontrol nafsu makannya. Kalimat thoyyibah itu juga sebagai pengingat bahwa pencapaian Haziq yang mampu melaksanakan puasa sunnah itu terjadi karena kehendak Allah subhanahu wata'ala.
❤❤❤
Kasha baru saja ikut bergabung bersama Niswah dan Shima yang sedang menyiapkan makanan catering yang sebentar lagi akan diantar oleh Nufael kepada para pelanggan yang memesan makanan catering di tempat mereka.
"Jangan lupa ya Shim, besok tolong beritahu Ibu-Ibu tetangga kalau di sini sedang membutuhkan banyak karyawan soalnya perusahaan tempat suami kamu bekerja itu memesannya banyak sekali, ya namanya juga perusahaan besar."
Shima mengangguk. "Siap Bos, tenang saja kalau sama Shima apapun beres, lihat saja minggu depan para Ibu-Ibu akan memenuhi rumah kamu seperti mau berdemo."
Niswah pun hanya dapat geleng-geleng kepala melihat respon Ibu rumah tangga yang satu ini yang selalu saja berlebihan dalam bertutur kata namun itu yang menjadi ciri khas tersendiri bahkan si Arfan suaminya jatuh cinta karena kepribadian Shima yang humoris no jaim-jaim.
Sementara Kasha hanya dapat menyunggingkan senyuman sembari ikut memasukkan kotak-kotak makanan ke dalam box yang cukup besar.
"Alhamdulillah sudah selesai pekerjaan kita hari ini." Niswah menghela napas lega karena pekerjaannya hari ini berjalan dengan lancar dan tinggal diantar saja kepada para pelanggannya dan ini tugas suaminya, Nufael.
"Nis aku ke kamar mandi dulu ya, sudah nggak kuat nih."
Niswah yang melihat Shima sedang menahan sesuatu langsung tersenyum geli hingga akhirnya mempersilahkan Shima untuk ke kamar mandi.
"Kak, biar aku saja yang memberikan boxnya kepada Abang." Kasha menahan Niswah yang tadinya hendak memberikan box pesanan makanan catering kepada Nufael yang sudah menunggunya di halaman rumah.
"Oh ya sudah kalau begitu Sha, ini tolong berikan kepada Abang kamu ya. Kak Niswah mau sholat dhuha dulu, takut waktunya habis."
Kasha segera menerima box yang isinya pesanan makanan dari Niswah kemudian bergegas menuju halaman rumah yang mana Nufael sudah menunggunya.
"Jazakillah khoiron Adikku sayang."
Nufael meraih box makanannya dari Kasha. Kemudian segera bergegas menaiki motornya usai Kasha menjawab ucapan terima kasihnya.
"Abang." Panggil Kasha dengan sedikit ragu-ragu.
Lantas Nufael menoleh "Iya."
Kasha tersenyum getir. "Fii Amanillah." Ucap Kasha dengan berharap semoga Abangnya baik-baik saja dan selalu dilindungi oleh Allah dari mara bahaya di luaran sana.
Melihat Kasha yang sedang mencemaskan dirinya lantas Nufael langsung menghampiri Kasha dengan mengukirkan senyumannya. "Aamiin. In syaa Allah Abang baik-baik saja, kamu nggak usah khawatir ya."
Kasha hanya dapat mengangguk seraya terus meyakinkan dirinya bahwa Nufael akan baik-baik saja dan tidak akan terjadi apa-apa. Kasha bukannya tidak mempercayai bahwa Allah akan selalu melindungi Abangnya namun kehilangan anggota keluarganya satu persatu dengan bertubi-tubi membuat Kasha selalu dilanda rasa ketakutan. Kasha tidak ingin ditinggalkan oleh orang yang disayanginya lagi.
Kedua mata Kasha mulai berkaca-kaca. Nufael yang memperhatikannya segera membawa Adiknya ke dalam pelukannya. Nufael tahu saat ini jiwa dan hati Adiknya masih rapuh. Kehilangan sosok yang telah menyayanginya sejak kecil itu tidak mudah. Bagaikan tidak memiliki pegangan lagi dalam hidupnya. Mungkin itu yang dirasakan Kasha saat ini.
Air mata Kasha meluruh bersamaan dengan dirinya yang sudah berada di sumber kehangatan. Pelukan dari Abangnya tersayang. Kasha sangat menyayangi Abangnya. Meskipun sudah lama terpisahkan namun rasa sayang Kasha sejak dulu kepada Nufael tidak pernah berubah bahkan semakin menyayanginya.
Pelukan mereka pun diakhirkan. Nufael merasa bahwa Kasha sudah jauh lebih tenang dan air matanya sudah tidak meluruh lagi.
"Abang pergi dulu ya, in syaa Allah Abang akan pulang lagi, kamu nggak usah khawatir ya."
Kasha mengangguk penuh harap. Kemudian merelakan Nufael pergi meninggalkannya dengan mengendarai motor yang akan membawanya ke tempat tujuan yaitu tempat pelanggan pesanan cateringnya.
"Ya Allah jagalah selalu Abang Nufael, lindungilah Abang Nufael di manapun berada. Aamiin." Ucap Kasha di dalam hatinya yang dirundung kecemasan.
❤❤❤
Allahu Akbar...
Allahu Akbar...
Suara Adzan berkumandang dengan merdu. Pertanda waktu sholat maghrib telah datang. Rasa syukur menghiasi jiwa dan hati diantara makhluk-makhluk Allah yang sedang menunaikan puasa sunnah hari kamis. Termasuk keluarga kecil Nufael yang saat ini sedang duduk melingkari meja makan yang sudah tersedia menu buka puasa mereka.
Haziq melafalkan doa buka puasa dengan khusu'. Diikuti oleh kedua orang tuanya beserta sang Tante, Kasha.
"Alhamdulillah." Ucap Haziq usai melahap satu buah kurma.
"Buya, ayo kita ke masjid, Haziq takut ketinggalan sholat berjamaah."
Nufael mengangguk seraya menyudahi acara buka puasanya yang hanya melahap 3 buah kurma dan segelas air. Kemudian bergegas menyusul sang Putra yang sudah lebih dulu keluar dari rumah untuk menuju masjid sebelum itu Haziq sudah mencium tangan Umma dan Tantenya.
Pandangan Kasha masih tertuju ke arah Haziq yang sudah tidak terlihat lagi dari pandangan matanya. Kasha berdecak kagum melihat sang keponakan yang begitu semangat dalam beribadah. Bahkan saat melihat semangat Haziq di siang hari tadi, Kasha melihat Haziq seperti tidak berpuasa. Tidak menampakkan lelah, lesu atau bahkan lapar. Mungkin karena Haziq sudah terbiasa menjalankan puasa sunnah layaknya orang dewasa jadi Haziq seperti menikmati saja.
"Maa syaa Allah, Haziq anak yang sholih ya Kak."
Niswah tersenyum. "Alhamdulillah, Kak Niswah bersyukur dianugerahkan anak sesholih Haziq, Haziq itu anak yang penurut dan mudah untuk dididik. Haziq adalah anugerah yang sangat berharga untuk Kak Niswah dan juga Abang kamu Sha, kami tiada berhenti untuk selalu bersyukur kepada Allah."
Kasha ikut tersenyum kemudian kembali berucap. "Alhamdulillah Kak Niswah sama Abang Nufael berhasil mencetak generasi Islam yang dapat menegakkan agama Islam. In syaa Allah Haziq adalah penerus generasi Islam yang sholih."
Niswah tersenyum haru. "Aamiin, dan Kak Niswah berharap orang tua di luar sana juga berhasil mendidik anak-anak mereka menjadi anak yang sholih kebanggaan agama Islam. In Syaa Allah anak-anak yang sholih dapat membawa kedua orang tuanya ke syurga."
"Aamiin."
Niswah berharap semoga orang tua di luaran sana juga sama seperti dirinya. Misinya adalah mencetak generasi anak-anak yang sholih yang dapat mengharumkan agama Islam dan yang paling penting dapat membawa kedua orang tuanya masuk ke dalam syurga yang sangat indah dan menjadi sebaik-baiknya tempat kembali.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!