Aku Bukan Pelakor
Seorang istri yang tinggal mati oleh suaminya , seorang ibu dari dua anak yang harus rela dan bersabar menggantikan sosok ayah untuk kedua anaknya , seorang adik ipar yang harus rela mengurus saudara dari mendiang sang suami yang saat ini menderita kelumpuhan , bahkan seorang perempuan yang harus rela berbagi suami di saat penderitaan hidup nya yang tak kunjung usai .
***
Saat hati mulai lelah , ada kalanya bibir tak sanggup berkata. Semua rasa bercampur di dalam. Tetapi hanya air mata kesedihan yang menggambarkan betapa lukanya hati sinta melihat laki-laki yang begitu sinta cintai terbujur kaku di hadapan nya kini .
Rumah tangga yang diimpikan sinta dengan hidup selama nya bersama laki-laki yang sinta cintai kini tinggal sebatas khayalan , sinta harap ini hanya sebuah mimpi buruk , tapi sayang nya takdir membangun kan sinta dari kenyataan .
Tepat di hari jumat pukul 14 . 10 siang , tepat di waktu itu dunia Sinta terasa runtuh . Sinta benar-benar sudah kehilangan laki-laki yang begitu sempurna sebagai sosok suami , bahkan hanya sempurna sebagai suami , laki-laki yang sudah terbujur kaku ini pun begitu sempurna sebagai seorang ayah untuk kedua putranya .
“ Bu kalo bapak meninggal , kita nanti mau tinggal di mana bu ? “ tanya aditiar putra bungsu sinta dengan laki-laki yang saat ini tengah terbujur kaku di hadapan sinta dan kedua putra nya . “ bu , padahal kemarin bapak bilang mau cari rumah buat Ibu, adi sama abang tinggali . Bapak juga janji mau beliin sepeda buat adi , Kalo hanya karena sepeda yang adi inginkan bapak harus meninggal dulu , lebih baik selama nya Adi tidak punya sepeda asal bapak hidup lagi bu . “ sungguh ucapan dari putra bungsu nya begitu menyayat hati Sinta
Air mata Sinta tentu saja semakin deras keluar di depan jenazah sang suami mendengar ucapan - ucapan putra bungsunya yang begitu menyayat hati sinta , sungguh kehilangan sang suami bagi nya saja begitu sangat sakit , lalu bagaimana dengan kedua putra nya yang semasa hidupnya lebih dekat dengan sosok ayah ketimbang dirinya yang lebih memilih menggantikan sang suami mencari nafkah , karena sang suami memilih fokus merawat kakak perempuan satu - satunya .
“ Tidak ada yang boleh pergi dari rumah ini . “ bukan Sinta yang menjawab melainkan hanum , kakak dari laki-laki yang saat ini sudah terbujur kaku di hadapan sinta dan kedua putra nya .
Sebenarnya Alwi dan sinta sudah memiliki rumah di kota bandung tempat di asal muasal sinta dilahirkan atau katakanlah rumah peninggalan kedua orang tua sang istri , hanya saja 2 tahun yang lalu Alwi memilih mencari pekerjaan di kota asal Alwi sendiri , selain itu Ibu mertua alwi yang menjadi salah satu alasan alwi ikut tinggal di bandung semenjak menikahi sinta telah meninggal dunia . Jadi alwi merasa sudah tidak ada alasan lagi untuk tinggal di kota sang istri , alwi tidak pergi ke kota asal alwi seorang diri , melainkan memboyong istri dan kedua putranya ikut serta tinggal di kota asal alwi . Setelah memutuskan pindah ke kota asal alwi , Alwi justru memilih mengontrak sebuah rumah untuk kenyamanan istri dan kedua putranya . Dan setelah alwi memilih hidup di kota asal alwi , alwi merintis sebuah usaha dengan berjualan pakaian , tapi saat usaha alwi sudah mulai berjalan sekitar satu setengah tahun , alwi kembali memboyong istri dan kedua putranya ke rumah saudara alwi satu - satunya yang alwi miliki .
“ Bu , bapak mau di bawa ke pemakaman , ibu mau ikut ke pemakaman atau tunggu di rumah saja bu ? “ tanya zaki putra sulung dari Sinta dan Alwi yang terlihat lebih tegar dari Sinta dan sang adik .
“ Sebaiknya Ibu mu tunggu di rumah saja , ibu mu itu harus menjalani masa iddah minimal 40 hari dulu zaki dan Ibu mu tentu tidak boleh keluar dari rumah ini sebelum masa iddah nya habis . “ lagi - lagi Hanum lah yang menjawab pertanyaan dari putra Sinta .
“ Kok uwak terus sih jawab , kakak kan lagi nanya sama ibu bukan sama uwak . “ sungut adi yang terlihat geram dengan kakak perempuan dari ayah nya . Dari semasa ayah nya masih ada , memang hanya adi yang berani menjawab ucapan dari perempuan yang selalu menjadi prioritas di keluarga ini .
Bahkan adi juga lah yang selalu meminta pada Sinta ataupun alwi agar segera pindah dari rumah ini , Adi yang masih berusia 7 tahun justru sering kali di buat kesal melihat bapak yang di sayanginya di marahi ataupun di bentak perempuan yang dia sebut uwak itu di depan adi dan bahkan semua keluarga . Tapi yang menjadi heran nya , almarhum bapaknya itu sama sekali tak melawan atau membenci uwak nya , bahkan semasa hidup bapak nya adi juga lah yang merawat dengan telaten perempuan yang saat ini menderita kelumpuhan ini , sampai-sampai peranan seorang suami yang seharusnya mencari nafkah justru di ganti kan oleh Ibu nya .
“ Adi jangan seperti itu nak . “ meski dengan suara parau nya , Sinta tetap mengingat kan putra bungsu nya untuk tidak melawan atau pun menjawab ucapan orang tua .
“ Kenapa ibu juga ikut - ikutan kaya bapak sih yang selalu saja membela dan manut sama uwak . “ sengit adi , adi merasa kepergian ayah nya itu karena ayah nya terlalu capek mengurus uwak nya yang selalu menyuruh dan memarahi sang ayah , itu sebabnya adi semakin tidak suka terhadap uwak nya yang selalu merepotkan ayah nya selama hidup di rumah ini .
Sinta hanya bisa menghela napas panjang mendengar ucapan putra bungsu . Sinta jadi ingat semasa hidup dengan suami , dulu Sinta selalu mengatakan pada sang suami , jika sang suami terlalu manut dengan kakaknya , sampai - sampai sang suami mengabaikan nafkah untuknya dan kedua putranya , hanya untuk merawat dan mengabdi pada kakak nya yang menderita kelumpuhan saraf kakinya .
“ Di , masih mau melawan atau mau ikut kakak melihat bapak untuk yang terakhir kali nya . “ sahut Zaki . Kini giliran zaki yang mengingat kan sang adik , meski zaki tahu bagaimana sikap uwak nya pada almarhum bapak nya , tapi sikap putra sulung sinta justru berlawanan dengan sikap putra bungsu sinta . Zaki cenderung pendiam sama percis seperti sikap Alwi yang pendiam dan mempunyai kesabaran yang luas sama seperti bapak nya .
Adi mendengus kesal mendengar ucapan sang kakak , tapi Adi tetap mengikuti kemana perginya sang kakak . Sedangkan tubuh atau jenazah Alwi sudah di angkat oleh beberapa orang untuk segera di makamkan , tersisa lah di rumah sinta dan hanum , karena semua anggota keluarga termasuk suami dari hanum ikut mengantarkan Alwi ke peristirahatan terakhir nya .
“ Sinta , karena Alwi sekarang sudah tidak ada , bisakah kamu menggantikan alwi mengurus mbak sama seperti Alwi mengurus mbak . “ pinta hanum pada Sinta .
“ Iya mbak . “ Sinta hanya menjawab sekena nya saja , lagian sekarang Sinta tak cukup tenaga untuk melawan atau pun membalas ucapan seperti yang sering sinta ucapkan pada almarhum suaminya .
“ Ya sudah , sekarang tolong ambil kan makanan untuk mbak , sejak pagi mbak belum makan apapun karena terlalu sedih dengan kepergian Alwi adik mbak satu - satunya . Alwi juga kalo jam segini selalu memijat kaki mbak dengan telaten , bisakah kamu setelah menyuapi mbak makan , memijat kaki mbak sama seperti yang Alwi lakukan pada mbak ? “ pinta Hanum
’ Dalam keadaan seperti ini pun sikap mbak hanum sama sekali tidak berubah sedikit pun . ’ batin sinta
Sinta bukan nya bergegas seperti yang pinta kakak ipar nya , Sinta justru kembali menangis karena kakak ipar nya terus mengingat kan sosok suami dan adik yang begitu baik dan penyabar . Sinta menangis bukan karena iri terhadap perhatian dan kebaikan sang suami pada kakak perempuan satu - satunya saja , melainkan karena sikap pongah dan sikap childish kakak ipar nya , bukan nya berubah setelah kepergian adik satu - satunya , melainkan semakin menjadi.
“ Kalo kamu tidak mau menggantikan Alwi mengurus ku ya sudah tidak usah menangis seperti itu , dari dulu kamu memang tidak suka kan Alwi lebih open terhadap mbak dari pada kamu istri nya .
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments