“ Kamu ini habis masak apa sih sin ? padahal cuma masak sayur bayam sama pepes tahu saja kaya habis masak rendang aja lamanya . “ omel hanum saat sinta masuk ke dalam kamar hanum dengan membawa nampan makanan pesanan hanum . Sebenarnya pagi tadi Sinta sudah masak untuk keluarga dan para tetangga yang membantu untuk acara tahlilan terakhir malam ini , bahkan makanan yang sinta masak pagi tadi masih tersisa banyak di meja makan seperti yang anak sulung nya katakan , karena memang sinta sengaja masak banyak untuk satu hari .
“ Uda bagus Ibu masakin . “ sungut adi yang sejak di dapur terus mengekor ibunya , rasa respect adi pada kakak perempuan dari sang ayah benar-benar sangat kurang bahkan tidak ada sama sekali mungkin , apalagi setelah kepergian sang ayah . Adi merasa kepergian sang ayah , itu karena sang ayah terlalu lelah mengurus uwak nya yang terlalu banyak mau .
“ Kamu ngajarin adi bicara gak sopan kaya gitu sama orang tua Sin ? “ mendengar ucapan ponakannya yang semakin berani saja , tentu saja hanum hanya bisa menyalahkan sinta sebagai Ibu dari adi .
“ Maafin adi mbak , mungkin adi tidak bermaksud bicara seperti itu . Anak ini dari tadi terus merengek minta gendong karena badan nya panas juga , tapi aku belum selesai memasak jadi nyelesain ini dulu . “ balas sinta dengan mendudukkan putra bungsu nya yang sedang sakit di pangkuan nya .
Sinta tidak langsung keluar dari kamar hanum , karena tugas sinta bukan hanya membuat atau pun hanya menyiapkan makanan saja untuk kakak ipar nya , melainkan sinta harus menyuapi makan hanum sekalian . Meski kedua tangan hanum masih bisa berfungsi dengan baik dan hanya kedua kaki nya saja yang tidak bisa hanum gerakin atau lumpuh , tapi hanum tetap kalo makan harus di suapin.
“ Bu hayu ke kamar , adi mau tidur di kamar saja . “ adi sudah mulai muring atau merengek , karena sang Ibu tak kunjung keluar dari kamar uwak nya , padahal adi sangat ingin berbaring di kamar di temani Ibu nya , adi juga sangat tidak suka uwak nya yang terus menyalahkan ibunya padahal sejak tadi yang mengurus nya itu Ibu tentunya .
“ Kamu itu jangan terlalu memanjakan anak kaya gitu , nanti besar nya dia jadi orang yang tidak bisa melakukan apa - apa kaya alwi dulu yang tidak bisa melakukan apa - apa kalo tidak di bantu sama mbak sewaktu mbak masih sehat . “ omel Hanum dengan rasa tidak tahu malu nya .
Sinta geleng-geleng kepala mendengar ucapan kakak ipar nya , bahkan sinta tidak berhenti menguapi kakak ipar nya meskipun kakak ipar nya sudah mengatai sang suami , sinta ingin segera menyelesaikan tugas nya dan membawa adi keluar dari kamar untuk sinta obati terlebih dulu . ’ Sabar - sabar , akang aja bisa sabar menghadapi mbak Hanum kenapa aku tidak bisa . ’ batin Sinta dengan terus menyamangati dirinya sendiri . Sinta mau merawat Hanum , semata-mata karena rasa cinta Sinta pada sang suami .
“ Sabar ya sayang , ini tinggal beberapa suap lagi kok . “ balas Sinta dengan tidak mengindahkan ucapan hanum , pikir Sinta tentu Sinta tidak akan menang melawan mulut tajam kakak ipar nya , jadi lebih baik tak melawan atau pun tak membalas ucapan kakak ipar nya .
Beberapa saat setelah makanan hanum kandas tak tersisa , sinta berniat ingin menidurkan adi terlebih dulu sebelum membereskan bekas makanan hanum , lagian sinta gak mungkin menggendong adi sekaligus membawa bekas makannya Hanum keluar , jadilah sinta sementara meletakkan bekas makanan hanum di atas nakas . “ kenapa di taruh di situ , kamu sengaja yah sin mau tidur mbak di kerubungi semut . “ sentak hanum pada saat sinta menaruh bekas makannya di dekat ranjang nya dengan kondisi sinta menggendong ponakan nya yang sejak tadi terus merengek pada sinta .
“ Mau nidurin adi dulu mbak , nanti juga kesini lagi buat beresin . “ Sinta hapal bagaimana putra bungsu nya kalo ada yang di rasa badan nya , itu sebabnya sinta akan mengurus putranya terlebih dulu sebelum kembali mengurus sang kakak ipar kembali pikir Sinta .
“ Bu hayu ! “ adi kembali merengek agar segera keluar dari kamar uwak nya , selain adi sangat ingin segera berbaring di kamar nya , adi juga tidak suka uwak nya semakin hari semakin menguasai ibunya .
Tidak tega melihat keadaan putra bungsunya yang terus merengek karena sakit , sebagai seorang ibu tentu saja sinta lebih memilih mengurus putra bungsu nya terlebih dulu , apalagi kondisi adi saat ini tidak sedang baik - baik saja karena demam . Biarlah sekarang kakak iparnya marah atau ngomel - ngomel seperti biasa karena sinta tidak mengikuti perintah nya , yang terpenting saat ini sinta keluar dulu dari kamar kakak iparnya untuk memberikan obat penurun panas terlebih dulu pada adi setelah itu sinta membawanya ke kamar untuk membaringkan adi barulah sinta kembali ke sini untuk membereskan bekas makanan kakak ipar nya .
“ Maaf mbak saya tinggal dulu . “ pamit sinta dengan terus menggendong adi keluar dari kamar hanum .
“ Sinta tunggu , kamu benar-benar tidak becus ya sebagai seorang adik . Harusnya kamu itu sebagai istri dari alwi , mendahulukan aku kakak nya sebelum mendahului anakmu itu kaya alwi dulu . “ maki hanum, saat Sinta sudah benar-benar keluar dari kamar kakak ipar nya . Sinta sebenarnya masih bisa mendengar ocehan kakak iparnya dari dalam kamarnya , hanya saja Sinta tak menghiraukan apalagi memperdulikan ucapan kakak iparnya . Bukan apa - apa Sinta seperti itu , tapi bagi sinta apalagi bagi almarhum suaminya omelan kakak ipar nya sudah sangat biasa dia dengar setiap hari nya atau anggap saja radio bodol , mungkin sebentar lagi kalo kakak ipar nya butuh sesuatu juga akan baikan lagi seolah lupa kalo beberapa saat yang lalu habis maki - maki Sinta .
Pertama - pertama yang Sinta lakukan mencari obat penurun panas untuk adi di kotak obat , letak kotak obat tersebut sebenarnya berada di ruang tengah tidak jauh dari kamar sinta dan alwi , dan ruang tengah tersebut menjadi pusat di mana para tetangga yang tengah membantu nya berkumpul untuk acara malam nanti .
Saat keluar dari kamar kakak ipar nya , posisi sinta masih menggendong adi . Sinta tentu sangat hapal bagaimana kebiasaan adi ketika sakit seperti ini , sifat manja nya adi benar-benar keluar , adi bahkan sama sekali tidak mau turun dari gendongannya saat sakit seperti ini .
Seingat Sinta , Sinta masih menyimpan obat penurun panas atau parasetamol di kotak obat yang letak kotak obat tersebut berada di ruang tengah . Karena rumah ini minimalis alias sedang - sedang saja , dan letak kotak obat serta posisi kamar nya berada di ruang tengah , sinta tentu harus melewati para tetangga yang tengah membantu membungkus sembako untuk acara nanti malam . “ Adi kenapa sin , tumben kamu gendong terus ? “ tanya salah satu tetangga yang melihat Sinta membuka kotak obat dengan posisi tangan satunya menggendong adi .
“ Kenapa adi nya tidak di turunkan dulu dari gendongan kamu . “ saran tetangga yang lainnya , karena melihat sinta seperti kepayahan sendiri . Karena bungkus membungkus nya belum selesai , jadi rumah masih terlihat rame para tetangga yang sedang membantu untuk acara tahlilan nanti malam .
“ Badannya panas mbak wiwi dan adi sama sekali tidak mau turun dari gendongan saya . “ balas Sinta dengan ramah . “ Maaf yah mbak wiwi saya tidak bisa ikut membantu , adi kalo sakit memang seperti ini pengennya nempel terus sama Ibu nya . Kalo gitu , saya permisi dulu mbak wiwi mau kasih obat penurun panas dulu sama adi . “ pamit sinta karena sinta sudah menemukan obat yang di cari nya.
“ Kasihan yah sinta , padahal masih sangat muda tapi sudah di tinggal suami , bahkan sinta juga harus repot ngurusin hanum juga yang sakit . “ ujar seseorang yang entah benar-benar iba dengan keadaan sinta atau ada maksud lain .
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments