Seorang istri yang tinggal mati oleh suaminya , seorang ibu dari dua anak yang harus rela dan bersabar menggantikan sosok ayah untuk kedua anaknya , seorang adik ipar yang harus rela mengurus saudara dari mendiang sang suami yang saat ini menderita kelumpuhan , bahkan seorang perempuan yang harus rela berbagi suami di saat penderitaan hidup nya yang tak kunjung usai .
***
Saat hati mulai lelah , ada kalanya bibir tak sanggup berkata. Semua rasa bercampur di dalam. Tetapi hanya air mata kesedihan yang menggambarkan betapa lukanya hati sinta melihat laki-laki yang begitu sinta cintai terbujur kaku di hadapan nya kini .
Rumah tangga yang diimpikan sinta dengan hidup selama nya bersama laki-laki yang sinta cintai kini tinggal sebatas khayalan , sinta harap ini hanya sebuah mimpi buruk , tapi sayang nya takdir membangun kan sinta dari kenyataan .
Tepat di hari jumat pukul 14 . 10 siang , tepat di waktu itu dunia Sinta terasa runtuh . Sinta benar-benar sudah kehilangan laki-laki yang begitu sempurna sebagai sosok suami , bahkan hanya sempurna sebagai suami , laki-laki yang sudah terbujur kaku ini pun begitu sempurna sebagai seorang ayah untuk kedua putranya .
“ Bu kalo bapak meninggal , kita nanti mau tinggal di mana bu ? “ tanya aditiar putra bungsu sinta dengan laki-laki yang saat ini tengah terbujur kaku di hadapan sinta dan kedua putra nya . “ bu , padahal kemarin bapak bilang mau cari rumah buat Ibu, adi sama abang tinggali . Bapak juga janji mau beliin sepeda buat adi , Kalo hanya karena sepeda yang adi inginkan bapak harus meninggal dulu , lebih baik selama nya Adi tidak punya sepeda asal bapak hidup lagi bu . “ sungguh ucapan dari putra bungsu nya begitu menyayat hati Sinta
Air mata Sinta tentu saja semakin deras keluar di depan jenazah sang suami mendengar ucapan - ucapan putra bungsunya yang begitu menyayat hati sinta , sungguh kehilangan sang suami bagi nya saja begitu sangat sakit , lalu bagaimana dengan kedua putra nya yang semasa hidupnya lebih dekat dengan sosok ayah ketimbang dirinya yang lebih memilih menggantikan sang suami mencari nafkah , karena sang suami memilih fokus merawat kakak perempuan satu - satunya .
“ Tidak ada yang boleh pergi dari rumah ini . “ bukan Sinta yang menjawab melainkan hanum , kakak dari laki-laki yang saat ini sudah terbujur kaku di hadapan sinta dan kedua putra nya .
Sebenarnya Alwi dan sinta sudah memiliki rumah di kota bandung tempat di asal muasal sinta dilahirkan atau katakanlah rumah peninggalan kedua orang tua sang istri , hanya saja 2 tahun yang lalu Alwi memilih mencari pekerjaan di kota asal Alwi sendiri , selain itu Ibu mertua alwi yang menjadi salah satu alasan alwi ikut tinggal di bandung semenjak menikahi sinta telah meninggal dunia . Jadi alwi merasa sudah tidak ada alasan lagi untuk tinggal di kota sang istri , alwi tidak pergi ke kota asal alwi seorang diri , melainkan memboyong istri dan kedua putranya ikut serta tinggal di kota asal alwi . Setelah memutuskan pindah ke kota asal alwi , Alwi justru memilih mengontrak sebuah rumah untuk kenyamanan istri dan kedua putranya . Dan setelah alwi memilih hidup di kota asal alwi , alwi merintis sebuah usaha dengan berjualan pakaian , tapi saat usaha alwi sudah mulai berjalan sekitar satu setengah tahun , alwi kembali memboyong istri dan kedua putranya ke rumah saudara alwi satu - satunya yang alwi miliki .
“ Bu , bapak mau di bawa ke pemakaman , ibu mau ikut ke pemakaman atau tunggu di rumah saja bu ? “ tanya zaki putra sulung dari Sinta dan Alwi yang terlihat lebih tegar dari Sinta dan sang adik .
“ Sebaiknya Ibu mu tunggu di rumah saja , ibu mu itu harus menjalani masa iddah minimal 40 hari dulu zaki dan Ibu mu tentu tidak boleh keluar dari rumah ini sebelum masa iddah nya habis . “ lagi - lagi Hanum lah yang menjawab pertanyaan dari putra Sinta .
“ Kok uwak terus sih jawab , kakak kan lagi nanya sama ibu bukan sama uwak . “ sungut adi yang terlihat geram dengan kakak perempuan dari ayah nya . Dari semasa ayah nya masih ada , memang hanya adi yang berani menjawab ucapan dari perempuan yang selalu menjadi prioritas di keluarga ini .
Bahkan adi juga lah yang selalu meminta pada Sinta ataupun alwi agar segera pindah dari rumah ini , Adi yang masih berusia 7 tahun justru sering kali di buat kesal melihat bapak yang di sayanginya di marahi ataupun di bentak perempuan yang dia sebut uwak itu di depan adi dan bahkan semua keluarga . Tapi yang menjadi heran nya , almarhum bapaknya itu sama sekali tak melawan atau membenci uwak nya , bahkan semasa hidup bapak nya adi juga lah yang merawat dengan telaten perempuan yang saat ini menderita kelumpuhan ini , sampai-sampai peranan seorang suami yang seharusnya mencari nafkah justru di ganti kan oleh Ibu nya .
“ Adi jangan seperti itu nak . “ meski dengan suara parau nya , Sinta tetap mengingat kan putra bungsu nya untuk tidak melawan atau pun menjawab ucapan orang tua .
“ Kenapa ibu juga ikut - ikutan kaya bapak sih yang selalu saja membela dan manut sama uwak . “ sengit adi , adi merasa kepergian ayah nya itu karena ayah nya terlalu capek mengurus uwak nya yang selalu menyuruh dan memarahi sang ayah , itu sebabnya adi semakin tidak suka terhadap uwak nya yang selalu merepotkan ayah nya selama hidup di rumah ini .
Sinta hanya bisa menghela napas panjang mendengar ucapan putra bungsu . Sinta jadi ingat semasa hidup dengan suami , dulu Sinta selalu mengatakan pada sang suami , jika sang suami terlalu manut dengan kakaknya , sampai - sampai sang suami mengabaikan nafkah untuknya dan kedua putranya , hanya untuk merawat dan mengabdi pada kakak nya yang menderita kelumpuhan saraf kakinya .
“ Di , masih mau melawan atau mau ikut kakak melihat bapak untuk yang terakhir kali nya . “ sahut Zaki . Kini giliran zaki yang mengingat kan sang adik , meski zaki tahu bagaimana sikap uwak nya pada almarhum bapak nya , tapi sikap putra sulung sinta justru berlawanan dengan sikap putra bungsu sinta . Zaki cenderung pendiam sama percis seperti sikap Alwi yang pendiam dan mempunyai kesabaran yang luas sama seperti bapak nya .
Adi mendengus kesal mendengar ucapan sang kakak , tapi Adi tetap mengikuti kemana perginya sang kakak . Sedangkan tubuh atau jenazah Alwi sudah di angkat oleh beberapa orang untuk segera di makamkan , tersisa lah di rumah sinta dan hanum , karena semua anggota keluarga termasuk suami dari hanum ikut mengantarkan Alwi ke peristirahatan terakhir nya .
“ Sinta , karena Alwi sekarang sudah tidak ada , bisakah kamu menggantikan alwi mengurus mbak sama seperti Alwi mengurus mbak . “ pinta hanum pada Sinta .
“ Iya mbak . “ Sinta hanya menjawab sekena nya saja , lagian sekarang Sinta tak cukup tenaga untuk melawan atau pun membalas ucapan seperti yang sering sinta ucapkan pada almarhum suaminya .
“ Ya sudah , sekarang tolong ambil kan makanan untuk mbak , sejak pagi mbak belum makan apapun karena terlalu sedih dengan kepergian Alwi adik mbak satu - satunya . Alwi juga kalo jam segini selalu memijat kaki mbak dengan telaten , bisakah kamu setelah menyuapi mbak makan , memijat kaki mbak sama seperti yang Alwi lakukan pada mbak ? “ pinta Hanum
’ Dalam keadaan seperti ini pun sikap mbak hanum sama sekali tidak berubah sedikit pun . ’ batin sinta
Sinta bukan nya bergegas seperti yang pinta kakak ipar nya , Sinta justru kembali menangis karena kakak ipar nya terus mengingat kan sosok suami dan adik yang begitu baik dan penyabar . Sinta menangis bukan karena iri terhadap perhatian dan kebaikan sang suami pada kakak perempuan satu - satunya saja , melainkan karena sikap pongah dan sikap childish kakak ipar nya , bukan nya berubah setelah kepergian adik satu - satunya , melainkan semakin menjadi.
“ Kalo kamu tidak mau menggantikan Alwi mengurus ku ya sudah tidak usah menangis seperti itu , dari dulu kamu memang tidak suka kan Alwi lebih open terhadap mbak dari pada kamu istri nya .
Bersambung
Tanpa terasa hari ini adalah hari ketujuh kepergian sang suami , dari pagi sampai siang banyak para tetangga yang membantu untuk acara tahlilan terakhir suami dari Sinta . Sinta sendiri tidak banyak membantu banyak untuk acara tahlilan suami nya malam nanti , sinta hanya bisa memasak makanan untuk para tetangga yang membantu untuk acara tahlilan , baik ibu - ibu maupun para bapak - bapak . Setelah kepergian sang suami , sinta justru direpotkan menggantikan mendiang sang suami mengurus kakak perempuan nya yang menderita kelumpuhan saraf di kakinya .
“ Ibu kok masak lagi , bukannya pagi tadi Ibu udah masak banyak , bahkan di meja makan masih banyak makanan loh . “ tanya adi saat melihat sang Ibu kembali sibuk di dapur siang nya , padahal dari subuh adi melihat sang Ibu sudah sangat sibuk di dapur , sampai - sampai Ibu nya seperti melupakan adi .
“ Ibu lagi masak sayur buat uwak Di “ balas Sinta tanpa mengalihkan pandangan nya dari masakan nya .
Adi mengeram kesal mendengar jawaban sang ibu , adi kesal karena Ibu nya kini malah ikut - ikutan bapak yang malah memprioritaskan uwak nya yang tukang perintah itu . Menurut adi seharusnya yang mengurus uwak hanum itu pade ilman suami dari uwak nya , kenapa malah Ibu dan bapak nya yang repot mengurus nya . “ Ibu kok mau - maunya di jadiin pembantu gratis sama uwak , seharusnya kalo uwak mau apa - apa itu minta nya sama pade ilman yang gak punya kerjaan, bukan sama bapak atau sama Ibu . Mending uwak itu ngasih jajan buat adi atau abang , lah boro - boro ngasih kan bu . “ sarkas Adi .
“ Adi jangan bicara seperti itu nak ! uwak juga baik pada kita kok , karena selama ini sudah memperbolehkan tinggal di sini kan . “ tegur Sinta pada putra bungsu nya .
“ Pokoknya setelah 40 hari kematian bapak , Adi mau pindah dari rumah terkutuk ini bu . Adi tidak apa - apa tinggal di kios bu , yang penting kita pergi dari sini . “ Adi terus mengeluarkan rasa tidak suka nya pada saudara perempuan dari bapak .
Karena sayur yang di masak sinta sudah matang , sinta mematikan kompor nya terlebih dulu sebelum memindahkan sayurnya , kemudian mendekati putra bungsu nya yang berdiri di tengah - tengah pintu masuk dapur . “ Adi denger ibu , Adi sayang tidak sama bapak ? “ Adi menganggukkan kepala nya , tanda Adi menyayangi bapak nya . “ kalo sayang sama bapak , berarti Adi juga harus menyayangi dan menghormati uwak sama seperti yang biasa bapak lakukan pada uwak . Adi tahu kenapa bapak begitu sabar dan baik pada uwak , itu karena uwak itu saudara satu - satunya yang bapak miliki . Bapak kamu juga selalu mengatakan pada ibu , sebelum mbah kakung meninggal mbah kakung berpesan untuk tidak meninggal kan rumah ini apapun yang terjadi , Mbah kakung bahkan berpesan pada bapak untuk selalu menjaga persaudaraan . “ Sinta menceritakan apa yang selama ini sang suami sering katakan padanya di saat dirinya mulai jengah dengan sikap kakak ipar nya pada sang suami kala itu .
Sinta jadi berkaca pada dirinya sendiri , apa yang di lakukan putra bungsu nya sama persis dengan dirinya di kala sang suami masih berada di sisi nya , sungguh sinta sangat menyesali perbuatannya pada sang suami karena sering kali berdebat akan hal ini . ’ Akang orang baik , Allah pasti menempatkan akang di tempat yang paling istimewa di sana kang . ’ batin Sinta .
Saat Sinta masih berbicara dengan putra nya tentang uwak nya , secara tiba-tiba suami dari uwak nya malah sudah berada di belakang sinta , entah suami dari kakak iparnya itu mendengar pembicaraan sinta dengan adi atau tidak mengenai istri nya , sinta gak perduli .
“ Sin , sayur nya sudah matang belum ? hanum sejak tadi sudah ribut terus , mas jadi pusing mendengar nya . Sekalian kamu juga buat kan kopi untuk mas , rasanya kepala mas mau pecah kalo hanum sudah banyak bicara seperti itu . “ keluh ilman, seolah sinta adalah istri nya .
Padahal semenjak sinta menginjak kan kaki di rumah ini , ilman suami dari kakak ipar nya itu sama sekali tidak pernah sekalipun mengajak sinta berbicara atau bagaimana , hubungan sinta dengan ilman dari dulu memang seperti orang asing yang tidak saling mengenal meski mereka hidup satu rumah , tapi setelah alwi suami dari Sinta tidak ada , suami kakak iparnya jadi sering mengajak nya bicara atau pun menyuruh sinta seperti sekarang dia meminta sinta membuat kan kopi .
“ Eh ada Adi , kebetulan pade tadi habis dapat rezeki lumayan buat beli eskrim Adi nih . “ ujar Ilman dengan menyodorkan uang 50 rb pada adi .
Sedangkan Adi malah mengernyit kan dahi mendapat uang dari pakdenya , pasalnya selama Adi tinggal di sini baru kali ini laki-laki yang selama ini cuek padanya sekarang memberinya uang pada nya . “ pade ini uang buat siapa ? “ Adi malah terlihat heran sekaligus bingung sendiri dan adi yang tidak ingin terkena masalah tentu saja mengembalikan lagi uang nya . Adi merasa laki-laki di hadapan nya bukan seperti pade nya yang selama ini tinggal satu atap dengan nya .
“ Itu uang buat Adi lah masa buat uwak kamu . “ ujar ilman dengan menyimpan uang tersebut di saku baju adi supaya Adi tidak menolak pemberian nya . “ Dan ini uang buat ibu kamu , anggap saja ini uang Terima kasih karena ibu Adi sudah mau mengurus uwak dan pade . “ kali ini ilman malah memberikan uang beberapa lembar berwarna biru pada Sinta , bahkan saat memberikan uang tersebut ilman dengan sengaja memegang tangan Sinta cukup lama , Sinta sendiri masih terlihat bingung dengan suami dari kakak ipar nya akhir - akhir ini berubah padanya .
“ Oh maaf mas . “ Sinta buru - buru menghempas tangan ilman dan mengembalikan uang pemberian ilman tersebut . “ mas ilman kasih kan saja uang itu sama mbak Hanum , mungkin mbak hanum lebih butuh uang itu dari pada saya . Lagian saya mengurus mbak Hanum karena mbak Hanum saudara satu - satunya suami saya dan saya ikhlas membantu mbak Hanum , semua yang saya lakukan pada mbak Hanum semata-mata karena rasa cinta dan abdi saya sebagai istri dari akang Alwi . “ tolak Sinta dengan halus .
“ Mbak sinta maaf , itu mbak Hanum sejak tadi teriak - teriak terus manggil mbak Sinta . “ ujar salah satu tetangga dengan ketus , bahkan lirikan nya pada Sinta dan Ilman yang berdiri di belakang Sinta , seolah orang tersebut tengah menangkap basah sinta tengah berduaan dengan suami dari kakak ipar nya atau tengah berselingkuh saja .
’ Baru juga di tinggal mati suami nya , tapi sudah kegatelan sama suami kakak ipar nya . ’
Bersambung
“ Kamu ini habis masak apa sih sin ? padahal cuma masak sayur bayam sama pepes tahu saja kaya habis masak rendang aja lamanya . “ omel hanum saat sinta masuk ke dalam kamar hanum dengan membawa nampan makanan pesanan hanum . Sebenarnya pagi tadi Sinta sudah masak untuk keluarga dan para tetangga yang membantu untuk acara tahlilan terakhir malam ini , bahkan makanan yang sinta masak pagi tadi masih tersisa banyak di meja makan seperti yang anak sulung nya katakan , karena memang sinta sengaja masak banyak untuk satu hari .
“ Uda bagus Ibu masakin . “ sungut adi yang sejak di dapur terus mengekor ibunya , rasa respect adi pada kakak perempuan dari sang ayah benar-benar sangat kurang bahkan tidak ada sama sekali mungkin , apalagi setelah kepergian sang ayah . Adi merasa kepergian sang ayah , itu karena sang ayah terlalu lelah mengurus uwak nya yang terlalu banyak mau .
“ Kamu ngajarin adi bicara gak sopan kaya gitu sama orang tua Sin ? “ mendengar ucapan ponakannya yang semakin berani saja , tentu saja hanum hanya bisa menyalahkan sinta sebagai Ibu dari adi .
“ Maafin adi mbak , mungkin adi tidak bermaksud bicara seperti itu . Anak ini dari tadi terus merengek minta gendong karena badan nya panas juga , tapi aku belum selesai memasak jadi nyelesain ini dulu . “ balas sinta dengan mendudukkan putra bungsu nya yang sedang sakit di pangkuan nya .
Sinta tidak langsung keluar dari kamar hanum , karena tugas sinta bukan hanya membuat atau pun hanya menyiapkan makanan saja untuk kakak ipar nya , melainkan sinta harus menyuapi makan hanum sekalian . Meski kedua tangan hanum masih bisa berfungsi dengan baik dan hanya kedua kaki nya saja yang tidak bisa hanum gerakin atau lumpuh , tapi hanum tetap kalo makan harus di suapin.
“ Bu hayu ke kamar , adi mau tidur di kamar saja . “ adi sudah mulai muring atau merengek , karena sang Ibu tak kunjung keluar dari kamar uwak nya , padahal adi sangat ingin berbaring di kamar di temani Ibu nya , adi juga sangat tidak suka uwak nya yang terus menyalahkan ibunya padahal sejak tadi yang mengurus nya itu Ibu tentunya .
“ Kamu itu jangan terlalu memanjakan anak kaya gitu , nanti besar nya dia jadi orang yang tidak bisa melakukan apa - apa kaya alwi dulu yang tidak bisa melakukan apa - apa kalo tidak di bantu sama mbak sewaktu mbak masih sehat . “ omel Hanum dengan rasa tidak tahu malu nya .
Sinta geleng-geleng kepala mendengar ucapan kakak ipar nya , bahkan sinta tidak berhenti menguapi kakak ipar nya meskipun kakak ipar nya sudah mengatai sang suami , sinta ingin segera menyelesaikan tugas nya dan membawa adi keluar dari kamar untuk sinta obati terlebih dulu . ’ Sabar - sabar , akang aja bisa sabar menghadapi mbak Hanum kenapa aku tidak bisa . ’ batin Sinta dengan terus menyamangati dirinya sendiri . Sinta mau merawat Hanum , semata-mata karena rasa cinta Sinta pada sang suami .
“ Sabar ya sayang , ini tinggal beberapa suap lagi kok . “ balas Sinta dengan tidak mengindahkan ucapan hanum , pikir Sinta tentu Sinta tidak akan menang melawan mulut tajam kakak ipar nya , jadi lebih baik tak melawan atau pun tak membalas ucapan kakak ipar nya .
Beberapa saat setelah makanan hanum kandas tak tersisa , sinta berniat ingin menidurkan adi terlebih dulu sebelum membereskan bekas makanan hanum , lagian sinta gak mungkin menggendong adi sekaligus membawa bekas makannya Hanum keluar , jadilah sinta sementara meletakkan bekas makanan hanum di atas nakas . “ kenapa di taruh di situ , kamu sengaja yah sin mau tidur mbak di kerubungi semut . “ sentak hanum pada saat sinta menaruh bekas makannya di dekat ranjang nya dengan kondisi sinta menggendong ponakan nya yang sejak tadi terus merengek pada sinta .
“ Mau nidurin adi dulu mbak , nanti juga kesini lagi buat beresin . “ Sinta hapal bagaimana putra bungsu nya kalo ada yang di rasa badan nya , itu sebabnya sinta akan mengurus putranya terlebih dulu sebelum kembali mengurus sang kakak ipar kembali pikir Sinta .
“ Bu hayu ! “ adi kembali merengek agar segera keluar dari kamar uwak nya , selain adi sangat ingin segera berbaring di kamar nya , adi juga tidak suka uwak nya semakin hari semakin menguasai ibunya .
Tidak tega melihat keadaan putra bungsunya yang terus merengek karena sakit , sebagai seorang ibu tentu saja sinta lebih memilih mengurus putra bungsu nya terlebih dulu , apalagi kondisi adi saat ini tidak sedang baik - baik saja karena demam . Biarlah sekarang kakak iparnya marah atau ngomel - ngomel seperti biasa karena sinta tidak mengikuti perintah nya , yang terpenting saat ini sinta keluar dulu dari kamar kakak iparnya untuk memberikan obat penurun panas terlebih dulu pada adi setelah itu sinta membawanya ke kamar untuk membaringkan adi barulah sinta kembali ke sini untuk membereskan bekas makanan kakak ipar nya .
“ Maaf mbak saya tinggal dulu . “ pamit sinta dengan terus menggendong adi keluar dari kamar hanum .
“ Sinta tunggu , kamu benar-benar tidak becus ya sebagai seorang adik . Harusnya kamu itu sebagai istri dari alwi , mendahulukan aku kakak nya sebelum mendahului anakmu itu kaya alwi dulu . “ maki hanum, saat Sinta sudah benar-benar keluar dari kamar kakak ipar nya . Sinta sebenarnya masih bisa mendengar ocehan kakak iparnya dari dalam kamarnya , hanya saja Sinta tak menghiraukan apalagi memperdulikan ucapan kakak iparnya . Bukan apa - apa Sinta seperti itu , tapi bagi sinta apalagi bagi almarhum suaminya omelan kakak ipar nya sudah sangat biasa dia dengar setiap hari nya atau anggap saja radio bodol , mungkin sebentar lagi kalo kakak ipar nya butuh sesuatu juga akan baikan lagi seolah lupa kalo beberapa saat yang lalu habis maki - maki Sinta .
Pertama - pertama yang Sinta lakukan mencari obat penurun panas untuk adi di kotak obat , letak kotak obat tersebut sebenarnya berada di ruang tengah tidak jauh dari kamar sinta dan alwi , dan ruang tengah tersebut menjadi pusat di mana para tetangga yang tengah membantu nya berkumpul untuk acara malam nanti .
Saat keluar dari kamar kakak ipar nya , posisi sinta masih menggendong adi . Sinta tentu sangat hapal bagaimana kebiasaan adi ketika sakit seperti ini , sifat manja nya adi benar-benar keluar , adi bahkan sama sekali tidak mau turun dari gendongannya saat sakit seperti ini .
Seingat Sinta , Sinta masih menyimpan obat penurun panas atau parasetamol di kotak obat yang letak kotak obat tersebut berada di ruang tengah . Karena rumah ini minimalis alias sedang - sedang saja , dan letak kotak obat serta posisi kamar nya berada di ruang tengah , sinta tentu harus melewati para tetangga yang tengah membantu membungkus sembako untuk acara nanti malam . “ Adi kenapa sin , tumben kamu gendong terus ? “ tanya salah satu tetangga yang melihat Sinta membuka kotak obat dengan posisi tangan satunya menggendong adi .
“ Kenapa adi nya tidak di turunkan dulu dari gendongan kamu . “ saran tetangga yang lainnya , karena melihat sinta seperti kepayahan sendiri . Karena bungkus membungkus nya belum selesai , jadi rumah masih terlihat rame para tetangga yang sedang membantu untuk acara tahlilan nanti malam .
“ Badannya panas mbak wiwi dan adi sama sekali tidak mau turun dari gendongan saya . “ balas Sinta dengan ramah . “ Maaf yah mbak wiwi saya tidak bisa ikut membantu , adi kalo sakit memang seperti ini pengennya nempel terus sama Ibu nya . Kalo gitu , saya permisi dulu mbak wiwi mau kasih obat penurun panas dulu sama adi . “ pamit sinta karena sinta sudah menemukan obat yang di cari nya.
“ Kasihan yah sinta , padahal masih sangat muda tapi sudah di tinggal suami , bahkan sinta juga harus repot ngurusin hanum juga yang sakit . “ ujar seseorang yang entah benar-benar iba dengan keadaan sinta atau ada maksud lain .
Bersambung
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!