Miya mengerjap-ngerjapkan matanya ketika sinar matahari masuk melalui jendela kamarnya. Samar-samar ia melihat seorang wanita sedang membuka tirai jendela. Ia mengosok matanya dan melihat seorang pelayan yang masih muda dan lebih tua dari dirinya tersenyum ramah kepadanya.
''Selamat pagi nona Miya! Saya adalah Mary Jane pelayan pribadi Anda."
''Haah..."
Ekspersi terkejut terlihat jelas di wajahnya. Seumur hidupnya ia belum pernah memiliki pelayan pribadi dan ini yang pertama kalinya.
''Ah maaf. Aku tidak tahu kalau kamu adalah pelayan pribadiku. Tapi aku tidak membutuhkan pelayan pribadi. Aku bisa melakukan sendiri apa yang aku butuhkan. Terima kasih."
''Maaf nona. Saya tidak bisa melanggar perintah tuan Fabian."
''Paman Fabian?''
''Benar. Tuan memerintahkan saya untuk melayani segela kebutuhan Anda selama ada di sini."
''Aku akan bicara kepadanya soal ini. Sekarang di mana pamanku itu?''
''Tuan Fabian ada di bawah sedang menunggu Anda untuk sarapan pagi. Sebaiknya Anda sekarang segera berpakaian untuk ikut sarapan pagi dengannya." Miya langsung melompat turun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi. Sementara itu Mary Jane merapikan tempat tidur dan kamarnya yang sedikit berantakan.
''Pa..pagi!''sapa Miya, ketika dilihatnya Fabian sedang menunggu di bawah.
Fabian merasa hatinya bergetar, melihat Miya yang begitu manis, ketika turun dari tangga. Wajahnya terlihat lebih segar dan terlihat cantik. Rambut coklat ikalnya berkilau terkena sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela besar dan mata biru kehijauannya terlihat sangat bercahaya. Selain itu tubuhnya di balut oleh gaun satin berwana biru tosca tanpa lengan dan di hiasi oleh pita di pinggangnya yang ramping, lalu pandangannya turun ke bibirnya yang merah merekah dan juga basah. Di mana ia semalam telah menciumnya. Sampai sekarang Fabian masih dapat merasakan kelembutan dan kehangatan bibir gadis itu di bibirnya, bahkan sekarang dalam dirinya timbul kembali keinginannya untuk menciumnya lagi.Tapi ia berusaha sekuat tenaga untuk menekan keinginannya itu.
Miya yang terus diperhatikan oleh pamannya merasa kikuk sekaligus malu. Pria itu menatapnya begitu intens dan merasa dirinya akan dilahap hidup-hidup olehnya.
Fabian langsung mengambil tangan Miya dan membawanya ke ruang makan. Di sana bibinya telah menunggu di meja makan. ''Paman Fabian, aku ingin bicara. Ini mengenai Mary Jane pelayan pribadiku,'' ujar Miya, ketika sarapan pagi baru dimulai. ''Apa kamu tidak suka dengannya? Kalau tidak suka aku akan menggantinya."
''Bukan begitu. Aku menyukainya. Dia sangat baik, tapi saat ini aku tidak membutuhkan pelayan pribadi. Tolonglah mengerti,'' pintanya dengan wajah memohon.''Aku tidak terbiasa memiliki pelayan pribadi." Fabian meletakkan garpu dan pisaunya, lalu menatap tajam Miya. Ada rasa tidak suka yang terpancar dari sorot mata pamannya berubah jadi dingin. Ini pertama kalinya ia melihat tatapan dingin pamannya. Sedikit menakutkan pikirnya. ''Mary Jane akan memenuhi segala kebutuhanmu di rumah ini. Aku ingin segala kebutuhanmu disini bisa terpenuhi dengan baik. Kau sekarang adalah tanggung jawabku dan sekarang kau juga berada di mansionku, jadi kau harus menuruti apa yang aku perintahkan dan jangan melanggarnya. Apa kau mengerti?''kata Fabian dengan suara tegas dan keras.
''Tapi....''
''Tidak ada tapi-tapian. Kau harus menuruti apa yang aku katakan dan kuperintahkan." Fabian berkata dengan suara tegas.
''Baiklah. Aku mengerti,''ujarnya dengan wajah cemberut, lalu melirik bibinya untuk meminta bantuan, tapi Adelina hanya menggelengkan kepalanya. ''Sekarang habiskan makanmu. Setelah selesai makan aku akan memperkenalkanmu kepada semua pelayan disini, jadi kamu harus mengingat nama mereka baik-baik."
♪♪♪♪
Fabian membawa Miya ke sebuah aula besar. Di sana seluruh pelayan di mansionnya telah berkumpul . Ia begitu terkejut ketika melihat jumlah pelayan yang ada di sini sama sekali tidak menyangka kalau pelayan pamannya begitu banyak mungkin ada sekitar 100 pelayan dan ia harus menghafal setiap nama mereka membuat Miya mendesah pasrah. Ia yakin dirinya tidak akan mengingat semua nama pelayan di sini kemudian diperkenalkan satu persatu kepada para pelayan dan berusaha untuk mengingat setiap namanya.
Setelah selesai diperkenalkan , Fabian memerintahkan para pelayannya untuk memperlakukan Miya sebaik mungkin dan juga menghormatinya. Miya merasa tidak enak hati dirinya diperlakukan begitu istimewa di mansion ini. Fabian menarik lengan Miya dan ia nyaris berlari ketika pamannya membawanya ke ruang duduk, lalu menutup pintu di belakangnya tidak memperdulikan tatapan tidak suka adiknya.Tangan Fabian memberi isyarat agar Miya duduk di kursi. Dengan enggan Miya duduk di hadapan pamannya dengan gugup,tegang sekaligus takut. Mata biru pamannya yang tadi dingin sekarang melembut ketika menatap dirinya membuat gadis itu sedikit tenang.
'' Aku ingin memberitahumu beberapa hal yang tidak sempat aku katakan padamu kemarin. Kamu harus menuruti apa yang aku katakan dan mematuhi semua peraturan di sini. Aku tidak suka ada orang yang membantahku. Jika kamu perlu sesuatu atau butuh bantuan apa pun, kamu tidak perlu sungkan mengatakannnya kepadaku. Apabila terjadi masalah pribadimu yang serius aku berhak untuk mencampurinya, karena sekarang kamu tanggung jawabku. Apa kamu mengerti? Kamu tidak boleh memprotes apa yang aku katakan tadi,''katanya tegas namun lembut.
Miya melemparkan tatapan jengkel dan juga kesal. Meski enggan Miya mengangguk pelan menyetujuinya.''Aku mengerti."
''Bagus. Sekarang aku harus pergi ke kantor. Ingat kata-kataku tadi. Semoga kamu senang tinggal disini."Fabian tersenyum penuh arti , lalu berdiri dan berjalan melintasi ruang duduk . Miya kemudian mengikutinya dari belakang dengan kesal.
''Sebaiknya kamu turuti saja semua apa yang dikatakannya,"kata Adelina . Kakakku itu orangnya tidak suka dibantah atau diprotes, jadi lebih baik kau turuti saja apa yang dikatakannya."Adelina tersenyum berusaha menenangkan Miya.''Sekarang aku harus segera pergi."
''Jadi bibi akan pulang sekarang?''tanyanya dengan perasaan kecewa.
''Kenapa kamu memasang wajah seperti itu? Apa kamu takut ditinggal sendirian bersama pamanmu?''tanya bibinya dengan wajah tersenyum lembut.''Jangan cemas. Kakakku itu orangnya baik meski kadang ia suka bersikap keras dan dingin pada semua orang. Jadi jaga dirimu baik-baik selama ada disini."
''Baiklah."Miya memeluk bibinya dengan perasaan hangat dan sayang.
''Aku pergi dulu,'' katanya sambil menepuk pelan bahu Miya.''Sampai jumpa!''
Ketika mobil yang membawa pergi bibinya sudah menjauh , Miya masuk ke dalam. Mansion itu begitu besar dan juga sepi. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukannya hari ini. Miya mulai kembali meneruskan penjelajahannya di mansion kembali masuk ke ruang musik di lantai dua hanya di ruangan ini Miya merasa nyaman. Di ruangan ini ia samar-samar masih dapat mencium aroma mint yang melekat pada tubuh pamannya. Paman Fabian. Wajahnya merona merah dan jantungnya berdebar cepat, ketika menyebutkan nama itu. Miya mengeleng-gelangkan kepalanya dengan cepat.
''Kenapa aku jadi seperti ini, ketika memikirkan paman Fabian,''gumamnya, lalu Miya menyentuh bibirnya. Ia merasa ada seseorang yang telah menciumnya tadi malam. Mungkin itu hanya mimpi pikirnya.
♪♪♪♪
Di ruangan kantornya yang besar dan luas , Fabian sedang berusaha menyelesaikan membaca semua laporan tentang perusahaannya. Ditemani oleh sahabatnya Gilbert yang sekarang bekerja kepada Fabian sebagai sekretarisnya. Keputusan menjadikan Gilbert sebagai sekretarisnya bukan tanpa alasan .Ayahnya dan juga neneknya yang sangat galak dan juga keras yang menyarankan agar Fabian memiliki seorang sekretaris pria, karena beberapa sekretaris wanita cantik yang dulu bekerja kepadanya selalu Fabian goda dan dirayu bahkan Fabian juga sudah membawanya ketempat tidur. Itulah yang membuat ayahnya jengah. Gilbert adalah sekretaris pria pertamanya dan sekaligus sekretaris yang keenam sejak Fabian menempati posisi sebagai CEO diperusahaannya. Sesekali sahabatnya itu terus memperhatikan Fabian. Seulas senyum tipis nakal tersungging diwajahnya. ''Bagaimana rasanya Helena ?''
Fabian mendongkakkan kepalanya menatap Gilbert dengan ekspresi rasa ingin tahu yang besar. ''Apa maksudmu?''
''Jangan pura-pura tidak tahu. Bukankah semalam kalian menghabiskan malam berdua saja?''
''Aku tidak jadi melewatkan malam bersama Helena. Aku pulang."
Gilbert terkejut tidak biasanya sahabatnya tidak melewatkan malam berdua dengan seorang wanita.''Kau pasti bohong?''
''Aku tidak bohong. Sungguh. Sekarang kembalilah bekerja karena aku sedang tidak ingin membicarakan hal ini."
''Terserah padamu sajalah,"ujar Gilbert kecewa.
Fabian menyandarkan kepalanya dikursi, lalu ia tiba-tiba tersenyum sendiri. Gilbert yang memperhatikannya diseberang ruangan menatapnya dengan heran. Pasti telah terjadi sesuatu kepadanya sehingga sahabatnya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Fabian tidak mempedulikan tatapan sahabatnya yang ia pedulikan sekarang perasaannya sedang melambung bahagia terkait dengan keponakannya yang sudah berhasil memikat dirinya sejak pertama kali bertemu . Ia mengingat kembali tentang ciuman yang ia berikan kepada gadis itu kemarin malam kesekian kalinya. Rasa yang manis dan menggoda di bibir gadis itu membuat hatinya senang.Tanpa sadar Fabian menyentuh bibirnya . Hal itu tidak luput dari perhatian Gilbert.
Fabian sendiri merasa terkejut. Ini pertama kalinya ia sangat tertarik kepada seorang wanita dan tidak pernah dirasakannya pada wanita mana pun termasuk pada istrinya dulu. Saat ia melihat Miya ingin sekali menariknya dalam pelukannya dan menciumnya lagi. Bahkan ia ingin membawanya ke tempat tidur saat itu juga. Sesaat Fabian kembali terpaku menyadari imajinasinya yang liar terhadap keponakannya. Ia harus mengenyahkan pikiran itu jauh-jauh. Miya memang gadis yang memikat hatinya saat ini. Cara dia tersenyum, cara dia bergerak, cara berbicaranya semua yang ada pada diri Miya , ia sukai. Seulas senyum penuh kasih sayang tersungging di wajahnya.
Gilbert yang dari tadi terus memperhatikan Fabian merasa ada yang tidak beres dengannya. ''Ehem...'' Sekali lagi Gilbert berdeham dengan keras sehingga membuat Fabian tersadar dari lamunannya. Pria itu segera memperbaiki posisi duduknya dan kembali memeriksa laporan yang baru setengahnya dibaca.''Hari ini kau aneh sekali,''sindir Gilbert. Fabian hanya sekilas menatap Gilbert, lalu kembali melihat laporan yang ada ditangannya.
''Aku ingin melihat keponakanmu, ''katanya tiba-tiba membuat Fabian sekali lagi mendongkakkan wajahnya ke arah Gilbert. Tubuh Fabian menegang. Ia tidak ingin Gilbert mendekatinya dan tidak peduli ia sahabatnya atau bukan.''Untuk apa kau ingin melihatnya?''tanya Fabian ada rasa tidak suka dalam nada suaranya.
''Aku hanya penasaran saja seperti apa dia ? Apa karena dia kau jadi aneh begini senyum-senyum sendiri ?''
Fabian terdiam.
''Kalau kau diam itu artinya aku benar," lalu Gilbert melanjutkan dan berkata,''Tenang saja . Aku tidak akan menganggunya. Aku cukup tahu diri. Gadis itu milikmu.Kau jatuh cinta kepadanya kan ? Aku bisa melihatnya dari ekspresi wajahmu, ketika kau membicarakan dia di klub kemarin malam. Jangan menyangkalnya akuilah."
''Kau jangan bicara macam-macam. Aku tidak jatuh cinta kepadanya hanya saja gadis itu terlalu memikat untukku."
''Jadi begitu ya,''kata Gilbert sambil melemparkan senyum tipis ke arah Fabian [ ].
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Fryy Sweet
Y juga I love om Febian 😅😅
2021-04-28
0
Susilawati Dewi
sang paman suka sm keponakanya
2021-04-25
0
Rizka Aulia
Fabian sudah jatuh cinta ☺️☺️
2021-04-16
0