Miya segera melepaskan pelukan Fabian dan memandangnya dengan heran. Pria itu hanya tersenyum membuat gadis itu sedikit terhenyak ada perasaan asing yang bergelenyar ditubuhnya. Miya mengakui pamannya yang tidak pernah ia kenal ternyata adalah orang yang pernah menolongnya.
‘’Aku belum memperkenalkan diriku secara wajar padamu tadi. Aku Fabian pamanmu. Semoga kamu senang tinggal di mansionku, my Miya." Fabian meraih tangan Miya lalu menciumnya. Miya merasakan bibir hangat Fabian di tangannya.’’Kita bertemu kembali. Mungkin ini sudah takdir kita dipertemukan kembali. Aku tidak menyangka kalau kau ternyata keponakan jauhku."
Adelina memandang keduanya dengan terheran-heran. ‘’Sebaiknya aku antar ke kamarmu.Pasti kau sudah sangat lelah. Ayo!’’ujar Adelina, lalu ia melirik tajam ke arah kakaknya yang hanya ditanggapi oleh senyuman nakal Fabian.
Mereka berdua menaiki tangga pualam melengkung yang sangat lebar membentuk setengah lingkaran. Miya merasa takjub dengan desain interiornya. Lampu kristal berkualitas tinggi dan sangat mahal menggantung di langit-langit mansion dan dihiasi berbagai macam furniture yang sangat mahal. Lantainya pun terlihat sangat berkilau. Miya merasa hidup di dalam sebuah istana lengkap dengan seorang pangeran tampan di dalamnya dan tentu saja pangeran tampan itu adalah Fabian, pamannya.
Para pelayan terlihat berlalu-lalang. Ada yang membersihkan jendela, ada yang menggosok meja, lemari dan gelas-gelas kristal. Miya tidak menyangka pamannya begitu kaya. Selama ini ia di besarkan di lingkungan keluarga yang sederhana dan rumahnya tidak seperti yang dimiliki oleh pamannya, tapi ia cukup dilimpahi kasih sayang dari orang tuanya dan hidupnya tidak merasa kesepian. Miya meragukan apa kehidupan barunya di sini akan terasa menyenangkan atau tidak. Mungkin ia akan merasa kesepian tinggal di mansion yang sangat besar dan megah ini. ‘’Ini kamarmu,"kata Adelina.
‘’Kamar yang indah.’’
‘’Kamu menyukainya?’’
‘’Tentu saja,’’sahutnya sambil menganggukkan kepala. Miya duduk di tepi tempat tidur yang cukup besar dan merasakan keempukannya dan kehalusan sepreinya. Ia memandangi kamarnya yang mewah. Dinding kamarnya berwarna pastel pink dan ivory . Interior kamarnya bergaya shabby chic yang menimbulkan kesan lembut. Tidak ada warna yang mencolok matanya. Sebagian dinding kamarnya terdapat jendela kaca yang cukup besar . Miya berjalan menuju pintu ganda perancis yang menuju balkon kamarnya . Seketika angin berhembus ketika Miya membuka pintunya. Ini pertama kalinya ia menempati kamar yang begitu indah. Dari balkon kamarnya ia dapat melihat sebuah taman labirin dan juga kebun bunga mawar. ‘’Aku yang menata kamarmu ini dengan sedikit bantuan dari seorang temanku yang seorang desainer interior."
‘’Jadi bibi Adelina yang sudah menatanya?’’
‘’Benar."
‘’Ini sungguh indah. Bibi tahu, aku belum pernah memiliki kamar seindah ini,"kata Miya riang.
‘’Aku tahu pasti kamu akan menyukainya. Sekarang bersihkan dirimu dan ganti pakaian. Nanti aku akan menyuruh pelayan untuk membawakanmu teh dan kue." Adelina menghentikan langkah ketika akan membuka pintu, lalu membalikkan badan.’’Oh ya kamu tidak perlu pedulikan sikap kakakku tadi padamu. Dia memang selalu seperti itu."
‘’Aku mengerti."Pintu kemudian tertutup dan sekarang Miya berada sendirian di kamarnya. Ia pun segera merebahkan dirinya di tempat tidur. Matanya memandangi langit-langit kamarnya yang tinggi. Wajahnya menjadi cemberut ketika ia ingat kembali sambutan pamannya tadi dan tanpa izinnya pamannya mencium tangannya, lalu ia duduk.’’Kenapa dia harus memanggilku my Miya? Memangnya aku miliknya apa. Huuuh...Dasar paman yang aneh." Miya pun segera pergi ke kamar mandi dengan perasaan kesal bercampur senang.
Pintu kayu ek yang besar terbuka dan Adelina menemukan Fabian di ruang kerjanya sedang duduk sambil memandangi layar komputer.’’Kamu di sini."
‘’Ada apa mencariku?’’
‘’Apa maksudmu dengan sikapmu tadi pada Miya?’’
‘’Sikap apa?’’tanyanya tanpa mengalihkan perhatiannya pada laptopnya.
‘’Tadi kau tiba-tiba memeluknya, lalu mencium tangannya dan kau menyebutnya dengan my Miya." Fabian mendongkakkan kepalanya, lalu tersenyum kemudian tertawa.’’Itu kan hanya sebuah sambutan untukknya tidak lebih dari itu, bukankah aku harus menyambut kedatangannya dengan seramah mungkin supaya dia merasa di terima disini."
Adelina masih memandangnya curiga.’’Benarkah?’’
‘’Benar. Sebenarnya apa yang kamu pikirkan tadi? Apa kamu pikir aku menginginkan dia sebagai salah satu kekasihku atau menjadikannya wanita simpananku , yang benar saja. Itu tidak akan kulakukan padanya."
‘’ Aku percaya . Aku tidak ingin kakak merayunya apa lagi menggodanya dan menjadikannya sebagai salah satu kekasihmu, karena aku tahu kakak tidak pernah serius dengan seorang wanita selalu membuat mereka menangis’’.
‘’Bagaimana kalau kali ini aku serius?’’
‘’Apa maksud kakak?’’
‘’Ah tidak apa-apa .Kau tenang saja. Miya bukan tipe wanitaku. Dia adalah seorang gadis yang terlalu biasa untukku. Tidak begitu cantik juga tidak anggun. Apa sekarang kamu sudah puas? Kalau sudah puas, tolong tinggalkan aku sendirian. Aku harus menyelasaikan beberapa pekerjaanku yang sempat tertunda." Adelina segera pergi dan menutup pintu, tapi sebelum menutup pintu Adelina bertanya.’’Apa maksud perkataanmu tadi kepada Miya bahwa kita bertemu kembali dan mungkin sudah takdir kita dipertemukan kembali?’’
‘’Kalau aku ceritakan pasti kamu tidak akan percaya. Beberapa jam yang lalu, aku bertemu dengan Miya di Los Angeles, tapi saat itu aku tidak tahu siapa dia."
‘’Benarkah?’’tanya Adelina tidak percaya. Fabian mengangguk. ‘’ Itu benar. sekarang tinggalkan aku sendiri."Adelina meninggalkan ruang kerjanya. Fabian mendesah lalu menyandarkan kepalanya di kursi. Miya....Miya....Ucapnya berulang-ulang. Fabian masih tidak percaya kalau gadis yang ditolongnya ternyata adalah keponakannya.
Dia juga memiliki mata berwarna aquamarine yang sangat indah. Mata terindah yang pernah dilihat olehnya yang sudah menghantuinya selama berjam-jam tadi. Ia tidak bisa melupakan tatapan matanya waktu itu. Fabian menelan ludahnya. Ia semakin tidak mengerti akan dirinya kenapa ia begitu terpesona pada gadis itu ketika pertama kali melihatnya di jalanan kota Los Angeles. Ini pertama kalinya ada seorang wanita yang membuatnya hatinya kembali bergetar setelah sekian tahun. Fabian menggelengkan kepalanya. Matanya menjadi kelam.’’Tidak. Aku tidak boleh menyukainya secara berlebihan. Ini tidak boleh. Aku tidak ingin hatiku tersakiti lagi oleh seorang wanita’’.
♪♪♪♪
Miya yang telah berganti pakaian dan sudah menikmati secangkir teh dengan kue yang lezat memutuskan untuk sedikit menjelajah Castalia mansion. Dengan mata berkilau takjub mengamati setiap inchi mansion tersebut. Ada banyak terdapat lorong-lorong panjang gelap yang terlihat sepi dan ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri apa di sini ada hantunya. Miya bergidik takut. Ia pun berlari ke tempat yang lebih terang dan bermaksud untuk kembali ke kamarnya.
Castalia mansion yang begitu besar membuat Miya tersesat di dalamnya. Ia tidak dapat menemukan kamarnya, tapi ia malah terdampar di sebuah ruang musik . Ruang musik itu begitu elegan dan mewah. Meja dan kursi rosewood terlihat berkilau. Disudut ruangan terdapat sebuah piano berwarna putih yang indah dan mengkilap. Di dinding ruangan terdapat sebuah lukisan seorang wanita yang sangat cantik. Miya mengerutkan dahinya dan bertanya dalam hati. Apa wanita dilukisan itu termasuk salah satu keluarga Baskerville? Miya pun mengingat-ingat isi buku anggota keluarga ibunya, tapi ia tidak dapat mengingatnya. Ada sedikit penyesalan kenapa ia tidak lebih giat untuk mengingat semuanya. Selama ini Miya tidak begitu mengenal keluarga ibunya. Seandainya saja ia sedikit tahu tentang keluarganya, pasti ia tidak akan merasa asing di sini.
Miya menjentikkan jari-jarinya di atas tuts piano yang mengeluarkan suara merdu. Ia pun tertarik untuk memainkan sebuah lagu. Alunan musik merdu segera terdengar di sepanjang lorong mansion. Ketika lagu itu selesai dimainkan terdengar tepuk tangan dari ambang pintu. Miya terkejut.Paman Fabian. Pamannya itu bersandar di pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya dengan senyuman memikat yang membuat Miya sekali lagi merasa perutnya mulas. Mata birunya menatap tajam ke arahnya. Pria itu berjalan mendekati Miya, napasnya tertahan ketika Fabian mencondongkan tubuhnya sehingga jarak wajahnya dengan Miya hanya beberapa senti saja. Begitu dekat sehingga ia dapat merasakan kehangatan napas pria itu. Miya juga dapat mencium aroma mint dari tubuhnya dan jantungnya mulai berdebar tidak karuan.’’Aku suka permainan pianomu,’’katanya kemudian bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman.
‘’Te..terima kasih."
‘’ Musik apa yang kamu mainkan?’’
‘’Rachmaninoff concerto no.2."
‘’Kau memainkannya sangat bagus tadi,’’katanya sambil menatap dan membelai lembut pipi Miya dengan punggung tangannya.’’Seharusnya kamu tidak berada disini. Seharusnya kamu berada di kamarmu untuk beristirahat,’’katanya dengan suara lembut, membuat jantung Miya melompat ke tenggorokan. ‘’Aku tahu.Tadi aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar. Waktu mau kembali ke kamarku, aku tersesat. Tidak tahu dimana kamarku berada." Fabian semakin mencondongkan tubuhnya dan sekarang bibir mereka hanya berjarak satu sentimeter. Sesuatu membuat Fabian tersadar.
Ia kembali meluruskan tubuhnya dan mengulurkan tangannya kepada Miya, menyentuh rambutnya yang ikal panjang.’’ Aku tidak tahu kalau kakak sepupuku, Sabrina memiliki anak perempuan semanis dirimu." Jantung Miya berdegup semakin kencang merasakan sentuhan tangan paman Fabian di rambutnya. ’’ Aku akan mengantarkanmu ke kamar. "
Ragu-ragu Miya menerima uluran tangannya. Tangannya begitu besar dan hangat pikir Miya. Ia merasakan genggaman pamannya semakin erat. Tidak ada yang bicara selama mereka berjalan. Suara deringan ponsel membuat keduanya terkejut.
Fabian melihat nama Helena di layar ponselnya.’’Halo Helena sayang! Aku akan segera menemuimu di sana. Aku tidak lupa dengan acara kencan kita.Pesanmu sudah aku baca semuanya. Sampai jumpa disana!’’
Fabian langsung menutup ponselnya.
‘’Itu tadi kekasih paman ya?’’
‘’Kekasih? Bisa dikatakan begitu."Miya mengerenyitkan dahinya. ‘’Ini kamarmu. Kamu harus ingat dimana kamarmu berada." Fabian membukakan pintu kamar untuknya. ’’Masuklah! Pelayan akan memberitahumu saat makan malam tiba."
‘’Lukisan siapa yang berada di ruang musik?’’tanyanya sebelum Fabian hendak pergi.
‘’Itu lukisan almarhum istriku. Clarissa Baskerville." Sorot matanya meredup dan menjadi gelap.’’ Ada yang ingin kamu tanyakan lagi?"
‘’Tidak ada."
‘’Samoai jumpa lagi, my Miya."Sinar matanya menjadi lembut dan jemari Fabian mengelus pipi Miya sekali lagi, kemudian tersenyum lembut kepadanya. Miya terkesiap. Fabian kemudian menutup pintunya. Gadis itu mendesah lega. Ia menyentuh dadanya yang berdebar kencang sejak dari tadi . Ada gelenyar aneh dalam dirinya akibat sentuhan pamannya tadi. Miya melihat sebelah tangannya. Disanalah ia masih dapat merasakan kehangatan tangan Paman Fabian.
Miya kembali merasa kesepian di kamarnya yang besar. Rasa rindu akan keluarganya menyeruak kembali. Baru beberapa hari yang lalu ia baru berpisah dengan mereka. Ia menunduk sedih. Ryusuke. Ia juga merindukan pria itu. Miya mengeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.’’Aku tidak boleh merindukan pria pengkhianat seperti dia. Aku benci kepadanya."Miya menghempaskan dirinya ke tempat tidur mencoba untuk tidur walaupun hanya sebentar.
Fabian yang telah kembali ke kamarnya , duduk di sebuah sofa beludru merah. Ia merutuki dirinya sendiri. Apa ada yang salah dengan diriku tadi? Bahkan aku tadi hampir menciumnya. Kau gila Fabian seharusnya kamu tidak ada niat untuk melakukan itu. Dia itu keponakanmu.Sepertinya aku sudah mulai tidak mengenali diriku lagi’’. Fabian mengacak-acak rambutnya.’’Aaarrrggghhh...’’.
Ia melihat sebuah dokumen di atas sebuah meja kaca yang belum sempat ia baca. Perlahan-lahan ia mulai membacanya. Isinya adalah biodata Miya yang diberikan oleh Sabrina kakak sepupunya. Keponakan yang selama ini tidak dikenalnya. ‘’Miya Anabelarisa Nakagawa, umur 18 tahun, tempat tanggal lahir Tokyo,14 Februari 1995, golongan darah O, tinggi badan 164 cm ,warna favorite putih, makanan yang disukai bebek goreng, es krim, coklat,makanan yang tidak disukai ayam, binatang yang disukai kucing, binatang yang dibenci ayam’’. Fabian menahan tawanya.’’Pantas saja dia tidak suka ayam’’. Lalu ia kembali melanjutkan membaca.’’Makanan yang dihindari udang bisa menyebabkan sesak nafas dan gatal-gatal, olahraga yang disukai tenis, minuman yang disukai susu, film favorit donald bebek, mickey mouse dan doraemon’’. Fabian menyimpan biodata Miya di meja, lalu ia tersenyum geli. Senyumannya berhenti ketika sebuah pesan masuk kembali muncul di ponselnya. Ia membaca pesan dari Helena teman kencannya yang baru.
Fabian sayang, aku sudah tiba di Applegreen Club. Aku menunggumu. Gilbert juga sudah ada disini. Cium sayang dariku.
♪♪♪♪
Applegreen Club masih sepi. Itu wajar club ini akan terlihat ramai ketika malam tiba. Club ini sudah menjadi langganan Fabian dan teman-temannya sejak ia pindah ke New York beberapa tahun yang lalu, bahkan ia sudah mengenal baik pemiliknya. Mereka selalu menjadi tamu istimewa di club itu. Bahkan sering mendapatkan pelayanan tingkat tinggi dengan menyediakan minuman dan makanan berkualitas tinggi dan tentu saja minuman termahal yang ada di club itu. Fabian dapat melihat sosok Helena dan temannya sedang duduk sambil menikmati minuman yang mereka pesan. Mereka berdua tertawa riang. Ia menghampiri mereka dan menyapa.’’Hai!’’ sapanya sambil mengecup bibir Helena. ‘’Akhirnya datang juga’’ujar Helena.
‘’Kamu datang terlambat,’’kata Gilbert.
‘’Maaf. Hari ini aku kedatangan tamu , jadi sedikit sibuk untuk menyambut kedatangannya."Fabian duduk disamping Helena dan tangannya melingkar di pinggang ramping wanita itu. ‘’Aku tahu siapa tamu itu,’’kata Gilbert sambil menegak minuman. Pandangan Helena beralih ke Gilbet dan wajahnya terlihat rasa ingin tahu yang besar.
‘’Hari ini keponakanku datang. Dia akan tinggal bersamaku mulai hari ini. Namanya Miya. Dia wanita yang tidak biasa,’’kata Fabian sambil tersenyum lembut. ‘’Oh ya,’’ucap Helena. Fabian mengangguk pelan.
Gilbert memperhatikan sahabatnya. Pertama kalinya melihat Fabian membicarakan seorang wanita dengan senyum langsung dari hatinya bukan senyum yang dipaksakan ketika menggoda atau pun untuk merayu wanita dan sinar matanya bercahaya ketika membicarakan wanita yang bernama Miya itu. Apa Fabian sedang jatuh cinta kepada gadis itu? tanyanya dalam hati, tapi akal sehatnya menyangkal semua itu. Pasti itu tidak mungkin.
Ia tidak dapat percaya atau membayangkan Fabian akan benar-benar jatuh cinta pada seorang wanita .Ia sudah mengenal baik Fabian bertahun-tahun lamanya sejak mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Ia tahu betul sifat dan kelakuan sahabatnya itu. Bagaimana kehidupan pribadinya terutama kehidupan cintanya dengan banyak wanita yang sudah ia jalani selama empat tahun yang lalu sejak istrinya meninggal dan yang membuat ragu apakah dulu Fabian benar-benar mencintai istrinya.
Gilbert menyesalkan karena Fabian masih belum memaafkan dirinya sendiri atas kematian istrinya. Fabian selalu menutupi hatinya rapat-rapat jika menyinggung soal almarhum istrinya. Ia tahu hati Fabian belum sembuh benar masih ada lubang menganga di hatinya meskipun peristiwa itu sudah terjadi lama sekali.Seharusnyalah istrinya yang harus dipersalahkan atas penderitaan Fabian sahabatnya. Gilbert meneguk minumannya sampai habis sambil melihat sahabatnya dari atas hidungnya yang sedang bicara dengan Helena, teman kencannya.
Ia berharap suatu saat Fabian akan menemukan wanita yang tepat untuk dijadikan istrinya. Hati Fabian sudah terlalu lama membeku, belum ada seorang wanita pun yang berhasil melelehkan hatinya yang beku itu. Ia juga tahu selama ini Fabian hidup dalam kesendirian dan kesepian. Satu-satunya yang mengisi hari-harinya selama ini hanyalah pekerjaan. Sejak ayahnya mengundurkan diri karena sakit , semua tanggung jawab diserahkan kepadanya. Ia memimpin perusahaan besar di pundaknya, tapi ia dapat melakukannya dengan baik. Tidak membutuhkan waktu lama perusahaan keluarganya yang dipimpin olehnya semakin maju dengan pesat bahkan lebih maju dari tahun ke tahun. Fabian memang sangat giat bekerja dan insting bisnisnya sangat tajam dan bagus. Fabian tahu bagaimana ia harus menggunakan uangnya untuk kemajuan perusahaannya.
Tidak salah kalau akhirnya dia mendapat sebutan sebagai pengusaha muda yang sukses. Wajahnya kini sering terlihat di berbagai macam majalah bisnis. Fabian dan Helena tiba-tiba berdiri dan mengucapkan salam pamit kepada mereka. ‘’Helena mengundangku untuk datang ke apartemennya," jawab Fabian datar. Gilbert tersenyum mengerti dan mengangguk.’’Selamat bersenang-senang!’’kata Gilbert . Fabian pergi sambil meletakkan tangannya di pinggang Helena yang ramping [ ].
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
NayaRaa Chika
kata nya gak bisa membuka hati buat wanita lain, tapi sering mempermainkan perasaan wanita dengan celup sana sini ... ish heran sama laki laki kaya gitu... semoga dengan adanya miya, Fabian bisa berhenti mainin cewe...
2022-09-08
0
Susilawati Dewi
ya ampun kayanya febian suka sm miya
2021-04-25
1
Anie Jung
paman Fabian cassanova trnyata ☹☹
2021-03-30
1