Rev berhenti di salah satu anak tangga yang menuju arah kamarnya, di sana ia melihat di dapur sudah ada Lilian dan juga Arkan. Tapi ada satu yang membuatnya aneh, wanita asing yang baru saja datang berada di meja makan.
Yang membuat Rev terkejut saat tempat duduk ibunya di tempati oleh wanita pelakor itu. Rev dengan cepat turun dari tangga menuju meja, langkahnya terhenti saat wanita itu beranjak membantu Arkan membawa makan malam.
Lea yang ingin duduk kembali sudah di duduki oleh Rev, Lea yang melihat itu sangat kesal sambil memandangi wajah Rev dengan marah.
"Rev, kenapa kamu menempati tempat duduk orang. Bukannya masih banyak bangku yang kosong." ucap Arkan melihat kelakuan Rev seperti seorang anak kecil.
"Harusnya aku yang tanya itu sama ayah, kenapa ayah membiarkan bangku yang biasanya bunda duduki di duduki oleh orang lain. Dan kenapa ayah mengajak orang asing makan bersama dengan kita." lontar Rev sempat melirik Lea lalu kembali menatap Arkan kembali.
Arkan duduk dengan menghela nafas, "Rev. Lea bukan orang lain lagi, tapi dia sudah menjadi bagian dari keluarga kita. Apalagi dia sudah sah bekerja di rumah ini."
"Tapi kita gak tahu niatnya seperti apa. Siapa tahu dia mempunyai niat tidak baik kepada keluarga kita." lontar Rev terus menyindir Lea, seakan wanita ini sudah menjadi benalu di keluarganya.
Entah kenapa Lilian pun berpendapat dengan kakaknya, saat melihat wanita ini dia sudah tidak menyukainya. Apalagi dengan penampilannya seperti wanita penggoda, yang ia tahu wanita yang ingin berniat kerja tidak seperti dia.
Apa yang dikatakan kakaknya benar kalau wanita ini memiliki niat yang tidak baik? Kalau niatnya seperti itu ia akan mempercayai ucapan Rev.
"Rev. Ayah tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu, jaga sikap kamu jangan berbuat onar kamu tidak malu sudah dewasa sikap kamu seperti anak-anak." lontar Arkan dengan tegas membuat Rev terdiam, sedangkan Lea seperti bahagia sudah dibela oleh majikannya.
Tidak dengan Lilian, Lilian terus memandangi Lea. Rasanya dia ingin meludahi wajah wanita ini sekarang juga, saat mendengar ayahnya membela wanita murahan ini Lilian merasa tidak terima akan pembelaan dari Arkan.
Baru datang sudah membuat ulah gimana nanti kedepannya, mungkin dia akan menghancurkan kehidupan orang tuanya. Pikir Lilian terus memandangi Lea dengan sarapan yang dari tadi tidak dia makan.
Lilian meletakan sendok dan garpu secara bersamaan membuat mereka bertiga serempak menoleh kearah Lilian.
"Ada apa Lilian?"
"Aku mau ke kamar. Aku muak makan di sini apalagi ada wanita murahan ini." Lilian dengan cepat melangkah pergi saat Arkan terus memanggil nama Lilian.
Arkan yang melihat tingkah laku kedua anaknya hanya bisa menggeleng kepala. Arkan kini menoleh kearah Lea yang masih fokus makan.
"Maafkan anak saya Lea. Mereka selalu seperti itu kalau baru bertemu orang lain, kamu maklumi saja nanti juga kamu akan tahu sikap mereka. Saya yakin dia akan menyukai kamu." ujar Arkan menatap Lea yang kini menatapnya juga.
Lea tersenyum, "Tidak apa-apa tuan. Wajar saja kalau mereka tidak menyukai saya, saya datang kemari baru pertama jadi harus menyesuaikan diri saya."
Arkan dan juga Lea melanjutkan sarapan kembali, sedangkan Lilian memilih datang ke kamar rawat Amel. Di sana dia melihat kakaknya sedang duduk sambil memandangi wajah Amel.
"Kak." panggil Lilian melangkah kearah Rev yang sibuk memandangi wajah Amel.
***
Rev buru-buru menghapus air mata saat mendengar suara adiknya, dia tersenyum saat menatap adik kecilnya.
"Kakak kira kamu ada di kamar. Kenapa gak ke kamar aja istirahat." kata Rev melihat Lilian duduk di sebelahnya.
"Kak. Kakak habis nangis." Rev tersenyum saat Lilian mengetahui kalau dirinya sempat mengeluarkan air mata, entah kenapa dia sangat pandai menyembunyikan kesedihan di depan orang lain.
"Tidak Lilian kakak hanya kelilipan aja." balas Rev yang dianggukin oleh Lilian, kini wanita cantik itu beralih ke ibunya yang masih belum ada tanda-tanda kesembuhan.
Wanita cantik ini masih nyaman dalam posisi yang seperti ini, sedangkan dirinya sangat menunggu kesembuhan ibundanya.
Bun, kapan sadarnya? Aku kangen sama bunda.
Rev terkejut saat Lilian bersandar di pundak, dia menoleh sedikit saat tatapan adiknya kasih menatap Amel.
"Kak, apa bunda gak sayang lagi sama kita. Sudah lama aku tidak mendengar suaranya, apalagi senyumannya. Aku sangat merindukan itu semua, andai dulu aku tidak nakal mungkin bunda tidak seperti ini."
Rev masih belum bisa menjawab ucapan Lilian, dia tahu bagaimana perasaan Lilian saat ini. Menyimpan kesedihan tanpa orang lain tahu, dan itulah yang dirasakan Lilian saat ini tapi Rev sangat pandai menyembunyikan itu semua. Supaya Lilian dan orang yang ada disekitarnya tidak tahu kepedihannya.
Lilian kini menoleh kearah Rev dengan tatapan seperti ingin menanyakan sesuatu kepadanya, "Ada yang ingin kamu sampaikan Lilian?"
"Kak, kakak tahukan kalau wanita itu sudah bekerja di rumah ini. Aku khawatir kalau wanita itu mempunyai niat buruk, apalagi saat ayah membelanya barusan. Aku sungguh muak dengannya, baru datang ke rumah ini sudah membuat ulah."
"Apa kakak gak khawatir dengan wanita siluman itu kak. Aku takut dia akan menyakiti bunda." Rev tahu bagaimana perasaan Lilian saat mengetahui orang asing bekerja di rumah, apalagi wanita itu sudah memiliki tanda-tanda tidak baik saat datang kemari.
Rev mengelus rambut Lilian, "Kamu gak perlu khawatir Lilian urusan bunda biar kakak aja yang mengurusnya. Kamu gak ingat syarat yang kakak berikan ke ayah?"
"Wanita itu bisa saja bekerja di sini dengan syarat dia tidak boleh ikut campur masalah kita. Apalagi sampai masuk ke kamar kita berdua dan kamar bunda, sampai wanita itu ketahuan kakak yang akan memberi pelajaran untuknya."
"Jadi kamu gak perlu khawatir lagi, masalah bunda sudah kakak urus tidak ada satupun yang bisa menyentuh kamar ini kecuali dari perintah kakak. Kamu paham sekarang?" Lilian mengangguk, dia sangat beruntung memiliki seorang kakak laki-laki seperti Rev.
Walau dia kehilangan ibunya tapi dia tidak pernah kehilangan kasih sayang dari Rev. Rev satu-satunya keluarga yang peduli dengannya, mulai dari masalah sekolah sampai yang lain. Maka dari itu dia sering meminta bantuan dan menanyakan pendapat mengenai masalahnya.
Lea melihat Arkan sudah naik ke anak tangga, sedangkan Lea tidak mengetahui kalau Rev dan juga Lilian masih ada di kamar Amel. Kamar yang memang memiliki penjagaan tanpa ada orang yang sembarangan keluar masuk.
"Aku penasaran dimana kamar istri pak Arkan. Apa dia sangatlah cantik sampai pak Arkan tidak mau menoleh kearahnya." pikir Lea yang berusaha melangkah dan mencari keberadaan ruangan istri majikannya.
"Ngapain kamu celingak-celinguk gitu? Kamu mau maling atau mau melakukan sesuatu di rumah ini." lontar Rev yang melihat gerak-gerik Lea sangat mencurigakan.
"Ti–tidak. Aku mau numpang ke toilet." jawab Lea dengan gugup, Rev tahu kalau wanita ini pasti ingin mencari sesuatu.
"Toilet? Toilet di sini ada banyak, ada di sebelah dapur, kamar pembantu dan kamar tamu. Kamu tinggal pilih toilet mana yang ingin kamu kunjungi. Tapi..." Rev menatap Lea seakan dia ingin mencari kebohongan di balik muka imutnya.
"Tapi kayanya kamu tidak berencana untuk ke toilet pasti kamu mau mencari sesuatu di rumah ini kan? Sampai gerak-gerik kamu ketahuan sama kami?" kali ini bukan Rev yang bicara melainkan Lilian, dia tahu kalau wanita ini ingin mencari kabar ibunya.
Sampai kapanpun dia tidak ingin wanita ini datang ke kamar ibunya, kalau sampai masuk dia tidak akan segan-segan mengusirnya.
"Gak. Lagian saya heran sama kalian berdua, saya di sini untuk bekerja bukan yang lainnya. Kenapa kalian berpikir buruk tentangku. Apa kehadiranku selama ini mengganggu kalian?" kali ini Lea begitu pandai memainkan peran, peran yang sangat cerdas sampai orang lain tidak mengetahuinya.
Tanpa bicara Rev memilih melangkah mendekati Lea, kini bibirnya sudah berada di tengah-tengah telinga yang siap akan melontarkan kalimat mematikan.
"Lu bisa aja membohongi ayah dan membohongi orang lain, tapi gua sebagai anak tidak mudah dibohongi termasuk lu sendiri. Jadi gua saranin jangan pernah macam-macam di sini, sampai lu berbuat macam-macam gua gak akan segan-segan menghancurkan seluruh keluarga lu." pekik Rev dengan penuh amarah, Lea yang mendengar ancaman Rev langsung berubah menjadi kaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Wah ancaman rev luar biasa
2024-04-14
0