NovelToon NovelToon

Hasrat Liar Sang Pembantu

bab 1 : awal kehidupan

Banyak sekali wanita yang menginginkan seorang pasangan yang baik, penyayang, berhati lembut dan perhatian dalam segi apapun. Apalagi pasangan kita tidak banyak nuntut malah menerima kekurangan yang kita punya.

Seharusnya itulah yang dirasakan Amel saat ini. Menurutnya dia wanita paling beruntung mendapatkan suami seperti Arkan, pria yang baik, penyayang, sayang keluarga. Apalagi Arkan Tipe suami idaman banget, ganteng, royal dan romantis.

Wanita mana yang tidak mau mendapatkan suami seperti Arkan, satu lagi yang dia sukai dari Arkan dia itu tidak pernah melirik wanita di luar sana. Pokoknya dia sangat beruntung sekali mendapatkan suami seperti Arkan.

Pertemuan pertama saat dirinya berada di suatu perusahaan, di saat itu ia sedang melakukan magang. Ternyata Arkan adalah CEO tempat dirinya magang, awalnya banyak sekali wanita yang menyukai Arkan.

Tapi entah kenapa saat kejadian enam tahun yang lalu...

"Maaf pak saya tidak sengaja." tanpa sadar Amel yang diminta membelikan kopi menabrak punggung seseorang, saat dia lihat punggung tersebut milik seorang laki-laki.

Awalnya dia tidak mengenal siapa lelaki itu sampai dirinya tahu kalau orang yang dia tabrak adalah bosnya sendiri.

Arkan tersenyum melihat anak magang yang tidak sengaja menabrak tubuhnya, "Tidak apa-apa. Lain kali hati-hati."

Amel memandangi punggung dari lelaki yang dia tabrak, ternyata lelaki itu sangat baik hati tanpa menyalahkan dirinya dan disitulah ia mulai jatuh cinta dengan seorang Arkan.

"Dia anak magang yang baru?" Arkan melirik ke luar jendela ruangan saat melihat Amel sibuk mengurus tugas magang.

Sekretaris pribadinya menatap apa yang ditatap Arkan, "Ya pak. Dia baru satu minggu di sini, tapi dia sangat cerdas pak. Proyek yang hampir gagal waktu itu diselesaikan olehnya."

Mendengar ucapan dari sekertaris pribadinya segera menoleh, "Kamu yakin?" Arkan nampak tak percaya dengan perkataan sekretaris pribadinya, mana mungkin seorang anak magang bisa melakukan pekerjaan kantor.

Semenjak kejadian itu Amel dan juga Arkan mulai dekat, tidak disangka Amel tidak bertemu kembali dengan Arkan setelah waktu magangnya selesai. Beberapa tahun kemudian setelah magang Amel tidak sengaja bertemu kembali dengan Arkan.

Mereka bertemu di salah restoran yang cukup terkenal, malam itu dia tidak sengaja melihat Arkan bersama dengan keluarganya berada di restoran yang sama dengannya. Tapi ia tidak tahu mereka sedang apa di sini, sedangkan dirinya berada di sini lagi merayakan keberhasilannya.

Amel memutuskan untuk pergi sebelum tahu Arkan kenapa ada di restoran ini, setelah tahu ternyata Arkan mau menikah dan hatinya mulai terasa teriris bagaikan pisau tajam.

Saat itu Amel berusaha melupakan perasaannya dengan Arkan bosnya sendiri, tapi ternyata jodoh entah kemana. Dunia mempertemukan mereka lagi, akhirnya mereka kembali dan memutuskan untuk menikah setelah tahu kalau Arkan mencintainya.

Enam tahun bukan waktu yang lama baginya, menjalani hubungan dengan orang yang kita cinta sangat menyenangkan. Banyak sekali rintangan yang dia hadapi bersama, sampai akhirnya ia memiliki seorang anak laki-laki dan satu anak perempuan.

Tetapi tuhan berkehendak lain, setelah melahirkan anak ketiga Amel mengalami koma. Seluruh tubuhnya tidak berfungsi seperti dulu lagi, mungkin seperti diambang kematian. Hanya dibantu oleh selang pernafasan yang disediakan oleh dokter untuk membantu penyembuhan Amel.

"Ayah." panggil seorang anak laki-laki yang baru saja masuk dan melihat punggung ayahnya menatap ibunya yang kini masih berbaring di tempat tidur.

Anak lelaki itu berjalan menghampiri Arkan, "Ayah kenapa masih di sini. Bukannya hari ini ayah ada meeting di kantor."

"Urusan kantor sudah ayah serahkan sama sekretaris ayah. Kamu kalau mau berangkat sekolah berangkat aja, sekalian ajak adik kamu berangkat juga." ucap Arkan tanpa menoleh sedikitpun ke anak laki-lakinya.

***

Miris sekali bukan melihat ibu yang dia cintai berbaring di tempat tidur, entah sampai kapan sampai ayahnya tidak ingin menikah lagi.

Bun, kapan bunda sadar. Bunda gak kasihan sama aku, ayah dan Lilian.

Rev terus mengamati tubuh ibunya yang masih belum sadarkan diri, Rev memutuskan meninggalkan ruangan tersebut dan mencari keberadaan adiknya yang kini sedang menunggunya.

"Kakak ini lama sekali aku udah lama nunggu di sini. Kakak dari mana aja?" ucap anak perempuan yang memasang wajah kesal saat melihat kakak laki-laki datang.

Rev mengacak rambut Lilian, "Maafkan kakak ya. Kakak habis ke kamar bunda, mau pamitan sekalian sama ayah juga."

"Ayo Lilian kita berangkat sekarang." kata Rev yang mengajak adik perempuan untuk berangkat.

Lilian mengangguk, Lilian dan juga Rev satu sekolah yang sama. Lilian dengan Rev cuman beda 3 tahun, jadi mereka terus dekat sampai sekolah pun sama.

"Kak, bunda kapan sadarnya ya. Aku kangen banget sama bunda, semenjak bunda melahirkan anak ketiga bunda udah mengalami penyakit yang berbahaya. Sekarang bunda tidak bisa melakukan aktivitas seperti dulu lagi kak." lontar Lilian menoleh kearah Rev yang kini sibuk mengeluarkan handphone.

Rev menoleh sebentar lalu berkata, "Kamu jangan khawatir Lilian kakak yakin bunda akan sembuh."

Ucapan sesaat hanya menyenangkan hati Lilian, tetapi dia tidak yakin kalau ibunya akan sembuh total. Apalagi dia tidak sengaja mendengar percakapan dokter, kalau ibunya tidak akan pernah sembuh.

Tiba di sekolah seperti biasa Rev dan juga Lilian belajar seperti anak yang lain, sedangkan Arkan sibuk dengan berkas kantor yang kali ini sudah menumpuk. Dia terus menjaga istrinya di rumah sedangkan berkas kantor dikirim oleh sekretaris pribadinya.

Sejengkal pun Arkan tidak ingin kemana-mana, dia ingin bersama dengan Amel walau istri yang amat dia cinta tidak seperti dulu lagi.

Arkan kini kembali keruangan Amel, banyak sekali selang yang berada di tubuh istrinya. Mulai dari selang pernafasan sampai selang lainnya. Melihatnya saja dia tidak sanggup menghadapi penderitaan Amel, apalagi dia sudah enam tahun lamanya menjaga kedua anaknya sampai dewasa.

Tinggal menunggu perkembangan Amel, dokter mengatakan kalau Amel tidak akan selamat seratus persen. Mungkin kalau tidak dibantu alat wanita ini sudah meninggal dunia.

Arkan menyentuh punggung tangan Amel dengan erat, tatapan matanya terus tertuju pada wajah cantik Amel yang begitu pucat tidak secantik dulu.

"Sayang, kapan kamu bangun. Aku kangen banget sama kamu, aku kangen kamu yang dulu. Kamu janjikan mau membesarkan anak-anak, anak-anak udah dewasa dia menunggu kamu sembuh." Arkan terus mengamati wajah Amel sambil mengajak istrinya bicara.

Walau dia tahu mustahil kalau istrinya akan menjawab ucapannya, "Aku mohon kamu harus bertahan demi aku dan anak-anak." Arkan menciumi punggung tangan Amel yang kini dia genggam.

Setelah menjenguk istrinya Arkan bangkit, entah berapa lama lagi dia menunggu Amel sembuh yang pasti dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan Amel.

bab 2 : datang seekor benalu

Rev terus mengamati kamar tidur Amel, setelah kembali ke sekolah Rev memutuskan untuk menjenguk ibunya sedangkan Lilian kembali ke kamar. Anak gadis yang tumbuh dewasa dan cantik itu memilih ke kamar, dari pada bertemu dengan ibunya.

Melihat orang yang dia cintai berada di ranjang dengan banyak alat, membuat siapapun tidak akan sanggup melihatnya termaksud Lilian.

Rev terus mengamati wajah Amel yang masih sibuk dengan alat pernafasan, "Bun. Bunda kapan sadar. Aku kangen sama bunda apalagi Lilian bun, dia merindukan bunda."

"Aku mau bunda kembali seperti dulu lagi. Aku mau cerita banyak hal sama bunda, tapi sekarang aku tidak bisa melakukan itu bun." Rev masih mengamati Amel sambil mengajak ibunya bicara, mungkin inilah yang bisa dilakukan Rev.

Dia berharap ibunya mendengarkan suaranya, walau dia tidak berharap banyak. Tapi dia yakin kalau wanita yang sedang berbaring akan pulih.

Rev memutuskan untuk keluar dari ruangan Amel, di sana dia melihat ayahnya sedang berdiri sambil merapikan lengan baju.

"Ayah tumben rapih banget mau kemana?" mendengar pertanyaan yang dilontarkan dari anak pertamanya membuat Arkan menatap anak lelakinya.

"Ayah mau ke kantor. Kamu jaga adikmu nanti setelah urusan kantor selesai ayah akan kembali."

"Baik ayah." Rev kembali melangkah mengambil minuman, sedangkan Arkan memutuskan ke kantor untuk bertemu dengan Dimas.

Di rumah sebesar ini memang sudah disediakan art tapi untuk merawat Amel Arkan yang bertanggung jawab. Dia belum bisa mempercayai orang luar untuk menjaga Amel sepenuhnya, apalagi zaman sekarang sudah tidak ada orang yang benar-benar jujur dan tulus.

Mau tidak mau Arkan yang masih memerankan tugas buat menjaga kedua anaknya dan juga istrinya.

Dua laki-laki yang kini sudah berada di sebuah cafe menikmati minuman dan cemilan yang mereka pesan. Tidak dengan Arkan, wajah yang awalnya tampan dan mempesona terlihat kelelahan. Apalagi pria di depannya ini sangat lelah mengurus istri dan juga pekerjaan lain.

"Kenapa lu gak cari asisten buat merawat kedua anak lu sama bantuin lu merawat istri lu. Mungkin dengan cara itu lu gak terlalu lelah begini." kata Dimas yang memberikan masukan kepada bos sekaligus sahabatnya.

Arkan mengaduk minuman tersebut dengan berkata, "Gua sebenarnya mau tapi lu tahukan kejadian dulu."

Dimas mengangguk, kejadian dimana Lilian hampir diculik gara-gara pengasuh yang bekerja di rumah. Pengasuh itu sangat menyukai Lilian, sampai memiliki niat licik untuk menjual organ tubuh Lilian.

Saat itu Arkan dengan cepat mengetahui rencana busuk dari pengaruh baru Lilian, mulai saat itu Arkan tidak pernah percaya dengan siapapun.

"Gimana gua bantuin lu untuk cari pengasuh sekaligus menjaga dan merawat istri lu. Siapa tahu cocok dengan lu kalau gak cocok lu bisa bilang sama gua. Gimana?" Arkan terdiam mendengar ucapan Dimas.

Tidak ada salahnya dia mencoba lagi, siapa tahu pengasuh yang satu ini cocok untuknya.

"Baiklah. Gua percaya sama lu, tapi kalau gua gak cocok sama dia lu gak boleh nyuruh gua cari orang." Dimas tersenyum saat Arkan menyetujui permintaannya.

Hari ini Arkan akan bertemu dengan pengasuh baru yang direkomendasi oleh Dimas. Dari biodata yang dikirimkan Dimas mungkin umurnya masih terbilang masih muda, tapi jangan salah wanita muda ini sudah memiliki banyak pengalaman.

"Ayah, kenapa kita dikumpulkan di sini. Apa nanti ada tamu yang akan datang?" ucap Lilian yang baru saja turun dari anak tangga, sedangkan Rev berada di sebelah Lilian.

"Ya, nanti om Dimas datang kemari. Untuk..."

"Buat apa om Dimas datang kemari ayah? Bukannya dia sekretaris ayah di kantor." ucap Rev yang mencela ucapan Arkan.

***

"Om Dimas mau memperkenalkan kita sama pengasuh baru. Dia yang akan menjaga kamu dan juga ibu kamu, siapa tahu dia cocok dengan kalian berdua." lontar Arkan menatap kedua anaknya secara bergantian.

"Pengasuh? Buat apa!! Lagian di rumah kita sudah ada bibi, kenapa ayah nambah orang lain. Gimana kalau pengasuh baru ini menyakiti Lilian dan juga bunda." tolak Rev dengan nada kesal.

Arkan menghela nafas mendengar ucapan dari Rev, anak pertamanya ini selalu berpikiran tidak baik kepada orang lain. Tidak salah kalau Rev takut adik dan Amel kenapa-napa, karena mereka mengalami hal buruk itu.

Rev dan juga Lilian sudah duduk di sofa dengan memandangi Arkan, tidak dengan Rev lelaki itu malah mengeluarkan handphone dari saku celana.

"Ayah tahu kamu khawatir dengan masa lalu yang menimpa kita dulu. Tapi ayah tidak memaksa kamu untuk menerima dia, silakan aja kamu mau menolaknya apapun pilihan kamu ayah akan mengikuti perkataan kamu." lontar Arkan dengan lembut, Rev tidak bicara lagi dia kini sibuk membaca grup sekolah dan grup temannya.

Sepuluh menit perjalanan akhirnya mereka tiba, Arkan dan kedua anaknya sudah menunggu kedatangan Dimas saat mereka mendengar suara mobil datang. Dimas membawa satu wanita cantik yang akan bekerja di rumah ini, wanita yang usianya masih sangatlah muda.

"Wah kalian sudah datang." ucap Arkan melihat Dimas datang bersama dengan satu wanita cantik, manis dan seksi.

"Silakan duduk." Dimas dan juga wanita itu duduk, Rev terus mengamati wanita yang berada disebelah Dimas.

Entah kenapa dia sangat tidak suka dengan wanita itu, mana ada seorang pengasuh berpenampilan cantik dan seksi.

Dia mau kerja apa mau merayu suami orang. Rev membatin tanpa mengalihkan pandangan kepada wanita tersebut.

"Rev, gimana kabar kamu? Sudah lama om tidak melihat kamu dan juga Lilian."

"Aku baik Lilian juga. Kenapa om bawa wanita ini ke rumah bunda, harusnya om cari pengasuh yang benar bukan kaya orang yang mau jadi pelakor di sini." lontar Rev dengan sengaja membuat wanita disebelah Dimas menjadi jengkel.

"Rev jaga sikap kamu." urai Arkan saat pria itu datang membawa dua minuman, sedangkan Rev memandangnya dengan malas.

"Silakan di minum." Dimas dan juga wanita itu tersenyum lalu meminum minuman buatan Arkan.

"Nggak masalah Arkan. Namanya juga anak-anak, di usia Rev pasti emosinya masih sangat labil. Kaya gak pernah muda aja lu." Dimas menatap Arkan dan juga Rev, dia mengerti kenapa Rev bisa bicara seperti itu.

Saat bertemu dengan wanita ini saja dia sangat tidak yakin apalagi Rev, apa mungkin anak seusia Rev memiliki rasa curiga kepada orang asing. Apalagi saat mengatakan kalau Lea adalah seorang pelakor.

"Gua lupa mau kenalin lu sama dia. Kenalin dia Lea dan Lea dia bos kamu Arkan." Lea tersenyum saat melihat bosnya yang menurutnya sangat tampan.

Mendengar suara deheman dari seseorang membuka mereka terkekeh, "Lea mereka berdua anak saya. Anak saya yang pertama namanya Rev dan anak kedua saya bernama Lilian. Mereka anak saya dengan istri saya."

Lea menatap kearah laki-laki bernama Rev, tatapan tajam itu terus tertuju pada Rev sampai akhirnya tiba-tiba saja Arkan bicara kembali.

"Istri saya koma setelah melahirkan anak ketiga saya yang sudah lebih dulu meninggalkan saya. Saya berharap sama kamu Lea bisa menjaga kedua anak saya serta merawat istri saya yang sakit." ungkap Arkan dengan wajah sedih, Lea tidak peduli dengan apa yang dikatakan Arkan.

Yang ia pedulikan hanyalah pria berwajah tampan ini, dia sangat yakin suatu saat ia bisa mendapatkan lelaki ini dan juga harta kekayaannya. Jadi ia tidak perlu bekerja mencari uang, tinggal diam duduk manis ia mendapatkan uang banyak.

Hanya perlu bersabar pasti semuanya akan terwujud, dan bisa menjauhkan kedua anak ini termaksud istrinya. Sudah lama sekali ia ingin menghancurkan orang lain.

Kamu lihat saja permainanku. Ayahmu akan menjadi milikku dan kamu dan ibumu akan ku usir dari sini.

Selesai pertemuan barusan Arkan memutuskan untuk meminta Lea bekerja di rumah, awalnya Rev tidak setuju dengan keputusan ayahnya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti keinginan ayah, dengan syarat dia tidak boleh mengganggu kehidupannya dan kehidupan adiknya berserta datang ke kamar ibunya.

Itulah syarat yang dilakukan oleh Rev dan Arkan setuju, Lea hanya mengurus semua kebutuhannya dan juga Lilian. Sedangkan kebutuhan Amel sudah ditugaskan oleh orang lain, orang kepercayaan yang dipilih oleh Rev sendiri.

Aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuh ibunda. Walaupun orang itu adalah dia sekalipun.

bab 3 : datang untuk mengambil ahli

Rev berhenti di salah satu anak tangga yang menuju arah kamarnya, di sana ia melihat di dapur sudah ada Lilian dan juga Arkan. Tapi ada satu yang membuatnya aneh, wanita asing yang baru saja datang berada di meja makan.

Yang membuat Rev terkejut saat tempat duduk ibunya di tempati oleh wanita pelakor itu. Rev dengan cepat turun dari tangga menuju meja, langkahnya terhenti saat wanita itu beranjak membantu Arkan membawa makan malam.

Lea yang ingin duduk kembali sudah di duduki oleh Rev, Lea yang melihat itu sangat kesal sambil memandangi wajah Rev dengan marah.

"Rev, kenapa kamu menempati tempat duduk orang. Bukannya masih banyak bangku yang kosong." ucap Arkan melihat kelakuan Rev seperti seorang anak kecil.

"Harusnya aku yang tanya itu sama ayah, kenapa ayah membiarkan bangku yang biasanya bunda duduki di duduki oleh orang lain. Dan kenapa ayah mengajak orang asing makan bersama dengan kita." lontar Rev sempat melirik Lea lalu kembali menatap Arkan kembali.

Arkan duduk dengan menghela nafas, "Rev. Lea bukan orang lain lagi, tapi dia sudah menjadi bagian dari keluarga kita. Apalagi dia sudah sah bekerja di rumah ini."

"Tapi kita gak tahu niatnya seperti apa. Siapa tahu dia mempunyai niat tidak baik kepada keluarga kita." lontar Rev terus menyindir Lea, seakan wanita ini sudah menjadi benalu di keluarganya.

Entah kenapa Lilian pun berpendapat dengan kakaknya, saat melihat wanita ini dia sudah tidak menyukainya. Apalagi dengan penampilannya seperti wanita penggoda, yang ia tahu wanita yang ingin berniat kerja tidak seperti dia.

Apa yang dikatakan kakaknya benar kalau wanita ini memiliki niat yang tidak baik? Kalau niatnya seperti itu ia akan mempercayai ucapan Rev.

"Rev. Ayah tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu, jaga sikap kamu jangan berbuat onar kamu tidak malu sudah dewasa sikap kamu seperti anak-anak." lontar Arkan dengan tegas membuat Rev terdiam, sedangkan Lea seperti bahagia sudah dibela oleh majikannya.

Tidak dengan Lilian, Lilian terus memandangi Lea. Rasanya dia ingin meludahi wajah wanita ini sekarang juga, saat mendengar ayahnya membela wanita murahan ini Lilian merasa tidak terima akan pembelaan dari Arkan.

Baru datang sudah membuat ulah gimana nanti kedepannya, mungkin dia akan menghancurkan kehidupan orang tuanya. Pikir Lilian terus memandangi Lea dengan sarapan yang dari tadi tidak dia makan.

Lilian meletakan sendok dan garpu secara bersamaan membuat mereka bertiga serempak menoleh kearah Lilian.

"Ada apa Lilian?"

"Aku mau ke kamar. Aku muak makan di sini apalagi ada wanita murahan ini." Lilian dengan cepat melangkah pergi saat Arkan terus memanggil nama Lilian.

Arkan yang melihat tingkah laku kedua anaknya hanya bisa menggeleng kepala. Arkan kini menoleh kearah Lea yang masih fokus makan.

"Maafkan anak saya Lea. Mereka selalu seperti itu kalau baru bertemu orang lain, kamu maklumi saja nanti juga kamu akan tahu sikap mereka. Saya yakin dia akan menyukai kamu." ujar Arkan menatap Lea yang kini menatapnya juga.

Lea tersenyum, "Tidak apa-apa tuan. Wajar saja kalau mereka tidak menyukai saya, saya datang kemari baru pertama jadi harus menyesuaikan diri saya."

Arkan dan juga Lea melanjutkan sarapan kembali, sedangkan Lilian memilih datang ke kamar rawat Amel. Di sana dia melihat kakaknya sedang duduk sambil memandangi wajah Amel.

"Kak." panggil Lilian melangkah kearah Rev yang sibuk memandangi wajah Amel.

***

Rev buru-buru menghapus air mata saat mendengar suara adiknya, dia tersenyum saat menatap adik kecilnya.

"Kakak kira kamu ada di kamar. Kenapa gak ke kamar aja istirahat." kata Rev melihat Lilian duduk di sebelahnya.

"Kak. Kakak habis nangis." Rev tersenyum saat Lilian mengetahui kalau dirinya sempat mengeluarkan air mata, entah kenapa dia sangat pandai menyembunyikan kesedihan di depan orang lain.

"Tidak Lilian kakak hanya kelilipan aja." balas Rev yang dianggukin oleh Lilian, kini wanita cantik itu beralih ke ibunya yang masih belum ada tanda-tanda kesembuhan.

Wanita cantik ini masih nyaman dalam posisi yang seperti ini, sedangkan dirinya sangat menunggu kesembuhan ibundanya.

Bun, kapan sadarnya? Aku kangen sama bunda.

Rev terkejut saat Lilian bersandar di pundak, dia menoleh sedikit saat tatapan adiknya kasih menatap Amel.

"Kak, apa bunda gak sayang lagi sama kita. Sudah lama aku tidak mendengar suaranya, apalagi senyumannya. Aku sangat merindukan itu semua, andai dulu aku tidak nakal mungkin bunda tidak seperti ini."

Rev masih belum bisa menjawab ucapan Lilian, dia tahu bagaimana perasaan Lilian saat ini. Menyimpan kesedihan tanpa orang lain tahu, dan itulah yang dirasakan Lilian saat ini tapi Rev sangat pandai menyembunyikan itu semua. Supaya Lilian dan orang yang ada disekitarnya tidak tahu kepedihannya.

Lilian kini menoleh kearah Rev dengan tatapan seperti ingin menanyakan sesuatu kepadanya, "Ada yang ingin kamu sampaikan Lilian?"

"Kak, kakak tahukan kalau wanita itu sudah bekerja di rumah ini. Aku khawatir kalau wanita itu mempunyai niat buruk, apalagi saat ayah membelanya barusan. Aku sungguh muak dengannya, baru datang ke rumah ini sudah membuat ulah."

"Apa kakak gak khawatir dengan wanita siluman itu kak. Aku takut dia akan menyakiti bunda." Rev tahu bagaimana perasaan Lilian saat mengetahui orang asing bekerja di rumah, apalagi wanita itu sudah memiliki tanda-tanda tidak baik saat datang kemari.

Rev mengelus rambut Lilian, "Kamu gak perlu khawatir Lilian urusan bunda biar kakak aja yang mengurusnya. Kamu gak ingat syarat yang kakak berikan ke ayah?"

"Wanita itu bisa saja bekerja di sini dengan syarat dia tidak boleh ikut campur masalah kita. Apalagi sampai masuk ke kamar kita berdua dan kamar bunda, sampai wanita itu ketahuan kakak yang akan memberi pelajaran untuknya."

"Jadi kamu gak perlu khawatir lagi, masalah bunda sudah kakak urus tidak ada satupun yang bisa menyentuh kamar ini kecuali dari perintah kakak. Kamu paham sekarang?" Lilian mengangguk, dia sangat beruntung memiliki seorang kakak laki-laki seperti Rev.

Walau dia kehilangan ibunya tapi dia tidak pernah kehilangan kasih sayang dari Rev. Rev satu-satunya keluarga yang peduli dengannya, mulai dari masalah sekolah sampai yang lain. Maka dari itu dia sering meminta bantuan dan menanyakan pendapat mengenai masalahnya.

Lea melihat Arkan sudah naik ke anak tangga, sedangkan Lea tidak mengetahui kalau Rev dan juga Lilian masih ada di kamar Amel. Kamar yang memang memiliki penjagaan tanpa ada orang yang sembarangan keluar masuk.

"Aku penasaran dimana kamar istri pak Arkan. Apa dia sangatlah cantik sampai pak Arkan tidak mau menoleh kearahnya." pikir Lea yang berusaha melangkah dan mencari keberadaan ruangan istri majikannya.

"Ngapain kamu celingak-celinguk gitu? Kamu mau maling atau mau melakukan sesuatu di rumah ini." lontar Rev yang melihat gerak-gerik Lea sangat mencurigakan.

"Ti–tidak. Aku mau numpang ke toilet." jawab Lea dengan gugup, Rev tahu kalau wanita ini pasti ingin mencari sesuatu.

"Toilet? Toilet di sini ada banyak, ada di sebelah dapur, kamar pembantu dan kamar tamu. Kamu tinggal pilih toilet mana yang ingin kamu kunjungi. Tapi..." Rev menatap Lea seakan dia ingin mencari kebohongan di balik muka imutnya.

"Tapi kayanya kamu tidak berencana untuk ke toilet pasti kamu mau mencari sesuatu di rumah ini kan? Sampai gerak-gerik kamu ketahuan sama kami?" kali ini bukan Rev yang bicara melainkan Lilian, dia tahu kalau wanita ini ingin mencari kabar ibunya.

Sampai kapanpun dia tidak ingin wanita ini datang ke kamar ibunya, kalau sampai masuk dia tidak akan segan-segan mengusirnya.

"Gak. Lagian saya heran sama kalian berdua, saya di sini untuk bekerja bukan yang lainnya. Kenapa kalian berpikir buruk tentangku. Apa kehadiranku selama ini mengganggu kalian?" kali ini Lea begitu pandai memainkan peran, peran yang sangat cerdas sampai orang lain tidak mengetahuinya.

Tanpa bicara Rev memilih melangkah mendekati Lea, kini bibirnya sudah berada di tengah-tengah telinga yang siap akan melontarkan kalimat mematikan.

"Lu bisa aja membohongi ayah dan membohongi orang lain, tapi gua sebagai anak tidak mudah dibohongi termasuk lu sendiri. Jadi gua saranin jangan pernah macam-macam di sini, sampai lu berbuat macam-macam gua gak akan segan-segan menghancurkan seluruh keluarga lu." pekik Rev dengan penuh amarah, Lea yang mendengar ancaman Rev langsung berubah menjadi kaku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!