Jadilah Ibu Untuk Anakku
Bab 1. Di usir
"Dasar anak tidak tau diri. Kamu pikir siapa kamu, hanya bisa menyusahkan saja. Aku dan pamanmu yang sudah membiayai kamu hingga kamu jadi besar gini," ketus sangat bibi yang sangat marah dengan nafas yang menggebu-gebu.
"Tapi apa salahku, BI? Dia adalah pamanku yaitu Abang dari ibuku, dia berhak menanggung hidupku." tukas Shafira yang merasa dirinya selalu dianiaya sangat bibi.
"Sudah! nak kamu keluar dulu sana. Biarkan bibi mu sendiri dulu, apa yang bibi katakan jangan di ambil hati ya nak," ucap paman dengan sangat lembut.
Iya, di rumah itu hanya sang paman lah yang sangat peduli padanya. Tanpa menjawab gadis itupun pergi untuk mencari udara segar.
Biasanya dalam sedih gadis itu pergi ke tepi danau, di sana sangat adem dan tenang.
Setelah Shafira keluar, tak lama paman pun keluar karena ada pekerjaan. Dia di panggil oleh tetangga untuk memasang teratak di pernikahan gadis di desa itu.
Hari sudah sore, Shafira kembali pulang ke rumah. Di sana dia melihat bibinya yang tak mau melihat atau menoleh sedikitpun kepadanya.
Sepasang bola mata menatap lekat tas yang berada di ruang tamu itu. "Ada apa ini, Bibi?" tanya gadis itu yang memegang tas yang tidak asing baginya.
Iya, itu tas milik Shafira.
"Sekarang juga kamu pergi dari sini! Jangan pernah kembali lagi ke rumah ini, kamu paham! Pergilah cepat sebelum pamanmu pulang." usir sang bibi membuat Shafira terbelalak rasa tak percaya.
"Aku harus kemana bibi? Aku mau tinggal dimana? Apa salahku? Kenapa bibi mengusir ku?" tanya gadis itu dengan isak tangis.
"Iya terserah kamu lah mau tinggal dimana, itu bukan urusanku. Pintar juga ya kamu berakting, gadis seperti mu memang pintar berakting. Kamu kan yang sudah mencuri emas ku? Ngaku kamu! Dasar maling!" jawab bibi Anjani ketus dengan nada sinis.
Shafira merasa hancur dengan hinaan sang bibi,
Kok tega ya bibinya menuduh keponakan nya dengan kejam begitu,
"Aku tidak mencuri, bi, aku berkata jujur. Tolong, jangan usir aku bi," isak Shafira semakin terdengar.
Suara kegaduhan di rumah itu membuat tetangga ikut berkumpul di rumah Pak Usman, mereka semua sudah pada bergosip. Mereka semua rasa iba terhadap Shafira, mereka percaya bahwa Shafira tidak mungkin mencuri. Shafira adalah anak yang baik.
Sang bibi tidak menggubris teguran mereka ia langsung mendorong Shafira hingga tersungkur di tanah.
Shafira melangkah pelan dengan air mata mengalir membasahi bajunya di sepanjang jalan. Ia bingung harus kemana, biasanya Shafira selalu curhat pada Rama, yaitu kekasihnya. Tapi kini Rama sudah pergi merantau, Rama pergi ke kota untuk bekerja sebagai pembersih di hotel Maju Jaya di kota.
Gadis itu terus berjalan dengan tatapan kosong, harus kemana tujuan ini? Shafira tidak tau.
Fira.." panggil seseorang dari belakang nya.
Shafira menoleh dan itu ternyata sahabat akrabnya bernama Mila Syakir.
"Mila?" jawab Shafira datar.
"Loh, kok kamu nangis? Sambil bawa tas lagi. Mau kemana kamu Shafira?" tanya Mila setelah melihat sahabatnya itu dengan mata yang sembab.
"Aku di USIR, Mila. Aku tidak tahu harus kemana, selama ini aku belum pernah pergi jauh. Kamu tau itu kan?"
Mila mengangguk dan kasian melihat sahabatnya sedih dan tidak tau mau kemana membuat dia merasa iba, Mila membawa Shafira ke kota dan menuju rumah kos miliknya.
Setibanya di kos milik Mila, Shafira segera membersihkan diri supaya dia lebih segar dan tenang. "Kasian sekali hidupmu, Shafira," ujar Mila merasa iba.
"Mila, tolong aku ya. Maaf, jika aku merepotkanmu,"
"Ahh tidak apa apa, apa yang bisa aku bantu untukmu?" tanya Mila.
"Carikan aku pekerjaan Mila, aku ingin bekerja. Apapun itu yang penting halal, yang dekat sini aja dekat dengan kosmu." ujar Shafira berat, ia takut Mila tidak menyetujuinya.
"Itu sih no problem, gampang saja itu. Nanti aku carikan kamu kerja, sementara aku kerja besok kamu tinggal di sini saja. Tidak apa apa kan kamu sendirian di sini?"
"InsyaAllah, aku baik Mil, "
Karena hari sudah malam, Mila mengajak sahabatnya itu makan malam di warung terdekat.
"Bibi mu kok jahat gitu ya?" tanya Mila di sela makan mereka.
"Aku kurang tau, semenjak kedua orang tuaku meninggal sikap bibi terus berubah seperti itu. Dulu sikap bibi sangat baik terhadapku, dia bahkan lebih menyayangiku daripada Annisa putri kandungnya sendiri," jawab Shafira dengan linangan air mata. Di waktu tengah makan air mata menetes sendirinya disaat ia bercerita tentang hidupnya.
"Kamu yang sabar ya," bujuk Mila sembari memberikan semangat untuk terus hidup.
Malam sudah larut mereka berdua tidur dengan nyenyak, hanya Shafira yang terkadang bangun karena mimpinya. Ia bermimpi kedua orang tuanya menangis dan memeluknya erat, hal itu membuat Shafira menangis. Mila yang mendengar itupun ikut terbangun dan melihat Shafira menangis.
"Ada apa, Fira? Kok kamu menangis?" tanya Mila sambil mengucek matanya dan sesekali ia menguap karena masih mengantuk.
"Maaf, Mila. Aku membangunkanmu, aku bermimpi ibu dan ayah. Mereka menangis sedih dan memelukku erat. Aku juga ikut menangis," terangkan Shafira membuat Mila terharu dan juga ikut meneteskan air mata.
Mila yang paham penderitaan temannya pun hanya bisa menyemangati nya agar Shafira bisa bertahan hidup dengan sendirinya. Supaya bibi tau bahwa Shafira yang dia tindas juga bisa merubah hidup, juga bisa bekerja cari uang. Bahwa Shafira tidak akan kelaparan di luar sana.
Akhirnya setelah tenang berdua mereka kembali tidur nyenyak.
"Kamu harus kuat, nak. Ibu dan ayah yakin kamu bisa dan kamu akan hidup bahagia," Terdengar suara itu lagi tapi tidak membuat Shafira terbangun, suara suara itu malah membuat Shafira tidur semakin nyenyak.
Di sisi lain, sang paman pulang ke rumah dengan murka. "Bapak, kok terlihat masam begitu?" tanya bibi keheranan dan sedikit rasa takut di wajahnya.
"Kau masih bertanya kenapa aku marah? Kamu usir Shafira dari rumah! Lantang kamu melawan ku rupanya, dia harus kemana? Dia tidak punya siapapun selain kita. Apa kamu tidak melihatnya atau kamu memang tidak peduli!" Kemarahan paman kali ini menguap sekali hentakan meja membuat bibinya takut dan gemetar.
"Ta-tapi Shafira udah besar, Pak. Dia bisa jaga diri," Bibi tampak membela diri untuk membuat suaminya percaya.
"Bapak tau itu bahwa dia sudah besar, mendidiknya adalah tanggung jawab bapak. Kemana bapak harus mencarinya," nada suara paman kian menurun. Dia kembali mencemaskan keponakannya.
Paman meraung tampak frustasi,
Paman ingat bahwa Shafira punya satu teman dekat di kampung ini juga. Iya, dia bernama Mila Syakir.
Paman mendatangi rumah milik Mila, ternyata rumah itu sudah lama kosong. Sang paman kembali putus asa.
"Maafkan aku adik, aku tidak bisa menjaga amanah mu dengan baik. Aku tidak bisa menjaga Shafira karena istriku," paman menangis histeri. Hari sudah malam, paman baru tiba di rumah dengan wajah lesu.
"Yok, pak. Makan dulu, nanti keburu makanannya dingin lagi." ucap bibi tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
Sang paman tidak menoleh dan menjawab, dia berlalu masuk ke kamar.
Perkataan istrinya tidak di hiraukan, seolah tidak ada suara apapun.
Sudah lima hari Shafira tinggal di kosan milik temannya, Shafira merasa tidak enak jika harus membebani Mila terus.
Mila sudah mencari berbagai pekerjaan untuknya namun, tak ada satupun yang cocok. Ada yang kerja kafe ada juga di toko baju. Tapi pemiliknya malah melirik tajam ke arahnya membuat Shafira takut.
Dasar pria tua genit' umpat nya.
Karena merasa tidak nyaman akhirnya ia mundur dari pekerjaan tersebut, baginya harga diri jauh lebih penting daripada di rendahkan begitu.
"Fira, maaf ya. Bukannya nggak mau menampung mu lebih lama lagi, tapi aku harus pergi ke tempat tanteku, tante Risna. Kamu juga kenal dia. Maaf ya Fira," ucap Mila dengan mengatup kedua tangannya di depan Shafira.
Sedangkan gadis itu hanya bisa bernafas berat, mau tidak mau rela tidak rela ia harus berpisah dengan temannya itu.
Sebelum berangkat menjauh Mila memberikan beberapa ratus uang untuk Shafira, "terima ini ya Fira. Barang kali ini berguna untukmu," ucap Mila dengan penuh rasa iba terhadap Fira.
Shafira mengangguk mengerti, "terimakasih ya Mila, kamu tenang saja aku bisa jaga diri kok."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Fatma Kodja
miris banget hidup Mira, semoga Mila bisa menemukan kebahagiaan
2024-02-28
1
Winter Blue
Hadir, kak. Bab pertamanya sudah menguras air mata 😥
2024-02-01
2
Razi Maulidi
terimakasih kak sudah mampir, cerita kakak tidak kalah bagusnya loh kak. tetap terus kasih dukungan kak.. 🥰🥰
2024-02-01
0