Bab 2. Nasib yang malang
Shafira merasa enggan tinggal di kosan milik Mila, terutama pemilik kosan terlihat sangat sombong dan cuek terhadapnya. Shafira pergi meninggalkan kosan dengan membawakan tas sedang miliknya.
Shafira tidak tau harus kemana, dia terlunta-lunta cari tempat tinggal. Tapi semua tempat kosan yang ia singgah sudah penuh, karena malam sudah larut Shafira tertidur di toko kosong dengan membentang karton untuk alas tidurnya. Di situ sepi dan banyak nyamuk yang menghantamnya.
Ketika hampir terlelap, Shafira di kejutkan oleh sebuah tangan yang menggerayangi tubuhnya. Shafira terkejut dan langsung menjerit. Tapi mulutnya langsung dibekap oleh orang tersebut.
Shafira berontak sekuat tenaga. Ketika dia hampir menyerah karena kehabisan tenaga, tiba-tiba ada orang datang lalu memukul si penjahat itu. Orang jahat itu lari terbirit-birit setelah di hajar beberapa kali.
Yang menolong Shafira lalu mengajaknya ke kosan pacarnya.
Ia pikir pria itu orang baik dan mungkin teman baik Rama pacarnya.
Tanpa pikir panjang Shafira ikut pria yang menolongnya itu.
Sesampainya di sana, "hay sayang, kamu sudah sampai di sini? Maaf aku terlambat datang," ucap Rama dengan suara lesu.
"Ahh tidak apa-apa, Mas. Untung tadi ada mas itu yang menolong saya di jalan, tapi syukurlah mas itu baik dan mengantarkan aku ke tempat kamu." jawab Shafira dengan nafas lega.
Rama hanya tersenyum kecut, sangat terlihat di wajahnya namun, Shafira tidak menyadarinya.
Mereka yang ia pikir baik, ternyata pria jahat tadi yang mengganggunya juga bekerja sama dengan pacarnya. Dan juga pria yang menolong itu juga bekerja sama dengan pacarnya, mereka bertiga bersekongkol.
Yang ternyata mereka sudah mengintai Shafira beberapa hari. Pria yang menolongnya itu bersikap baik supaya di percaya oleh Shafira.
Shafira sangat syok mendengar semua ucapan mereka, orang yang ia kira baik ternyata sudah membohonginya. Setelah Shafira masuk ke kamar mereka bertiga bertemu dan bicara keras keras, mereka berpikir Shafira tidak mendengar mereka.
"Aku tidak menyangka pacarku sendiri yang ternyata orang hajat, apa maksud dan tujuannya seperti itu?" isak tangis Shafira mulai terdengar, buru buru ia menahan suaranya supaya tidak terdengar keluar.
Hingga pagi hari, mereka memperlakukan nya dengan sangat baik supaya Shafira tidak curiga.
"Makanlah yang banyak setelah ini kita akan mencarikan pekerjaan untukmu, kamu bilang sendiri kan kamu mau bekerja." sahut Rama dengan mengusap pucuk kepalanya.
Shafira hanya mengangguk. ...
Setelah makan mereka membawa Shafira ke suatu tempat,
"Tempat apa ini, Mas? " Shafira kembali bertanya karena merasa heran dengan tempat itu.
"Tempat ini sangat bagus kan sayang, ayo cepat masuk!"
Ajakan yang memaksa membuat perasaan Shafira menjadi tak karuan.
"Bagaimana? Gadis yang aku bawakan cukup menarik kan? Bagaimana dengan bayarannya?" ucap Rama.
"Ini sangat menarik, sungguh menarik. Bodynya luar biasa, oke! Aku bayar kamu sekarang juga cash. 50juta." jawab pria asing itu.
Mendengar perkataan itu membuat Shafira tambah syok dan heran.
"Apa apaan kamu mas. Apa maksud kamu bicara seperti itu?" tanya Shafira dengan mata berkaca kaca.
"Udahh kamu di sini aja bekerja untuk mereka, hidupmu bakal senang. Mereka juga membayar gajimu kok," jawab Rama enteng.
"Apa maksudmu mereka? Kau menjual ku kepada mereka mas?"
"Hahah.... Akhirnya kamu mengerti juga, baguslah jika kamu mengerti. Kalau begitu selamat bekerja aku pergi dulu ya."
"Rama. Kau tidak bisa meninggalkan aku di sini. Aku tidak menyangka kamu jadi sejahat ini sekarang, kamu bukan Rama yang dulu aku kenal." Shafira mengepal tangannya.
Rama tidak peduli dengan teriakan itu, Rama terus berjalan melewati Shafira.
Shafira bergegas lari dari ruang yang besar dan mewah itu.
Shafira berniat untuk melarikan diri dari orang-orang itu namun, usaha Shafira segera di cegah oleh bos tersebut.
"Cepat tangkap wanita ini, kalau perlu ikat dia," titah sang bos tersebut.
Para penjaga itupun segera mengejar Shafira yang berhasil melepaskan diri dari genggaman anak buahnya itu. Shafira lari keluar.
Pintu pagar terkunci, Shafira melihat sekeliling tembok pagar itu sangat tinggi. Shafira jadi takut. Shafira harus kuat supaya dia bisa lari dari mereka. Shafira sekarang tambah yakin niat pacarnya dan teman nya itu tidak baik, mereka ingin menjual Shafira untuk di jadikan pelacur. Tapi untunglah Shafira cepat sadar akan perbuatan mereka.
Shafira melompat naik ke atas pintu pagar besi tersebut, Shafira meraih gagang atas segera mungkin karena melihat anak buah mereka sudah mendekat. Shafira hampir jatuh namun, tangan satunya lagi berhasil meraih ujung jeruji yang tajam itu. Shafira berhasil melompat keluar.
Para anak buah itu membuka pintu pagar dan mengejarnya. Shafira berlari dengan sangat cepat supaya ia bisa menjauh dengan orang jahat itu.
Dalam pelariannya Shafira hampir ditabrak. Keluar seorang pria bugar dan kekar dari mobil mewah itu. Darren memarahinya karena Shafira melintas jalan raya tanpa melihat kiri kanan. Shafira menangis karena merasa nasibnya sangat malang. Darren merasa iba terhadapnya, lalu bertanya tentang kehidupan Shafira.
Shafira pun menceritakan semuanya, tentang orang tuanya yang sudah meninggal hingga bibinya yang jahat dan menagih semua kebaikannya dengan menampung Shafira. Sehingga ia harus berhutang budi pada sang bibi, tapi bibinya tetap mengusirnya karena ia di tuduh mencuri perhiasannya.
Darren merasa kasihan dan mengajaknya ke kafe miliknya.
"Ini tempat siapa Tuan? " tanya Shafira yang melihat tempat besar itu. Sepertinya ini kafe.
"Tidak perlu memanggilku Tuan, panggil aku Darren. Oh iya, kita belum sempat kenalan ya. Siapa namamu? "
"Shafira," jawabnya lirih.
"Baiklah, Shafira. Kamu tidak perlu takut, ini kafe milikku. Sekarang kamu bisa tinggal dan kerja di sini."
Ucapan Darren membuat mata Shafira berkaca kaca, tanpa ia sadari air mata tiba tiba saja jatuh sendiri.
Kkkkrrrrrrrrrrrr...,
"Hahah, kamu lapar ya? Apa kamu belum makan?"
Suara tawaan Darren yang mendengar suara perutnya membuat Shafira jadi malu.
Darren melihat Shafira yang malu segera menghentikan tawanya.
"Ini makanlah,!" ucap Darren dengan menyodorkan sepiring nasi goreng dan ayam goreng di atasnya.
Dengan senang hati Shafira menerima dan segera memakannya dengan lahap.
"Hahah, makannya hati hati nanti kamu keselek lo. Ini minumnya," Darren memberikan segelas minuman jus jeruk padanya.
"Terimakasih, Tuan. Anda baik sekali dan mau membantu saya," ucapan terimakasih itu terdengar lirih dan pelan di telinga Darren namun, Darren masih bisa mendengar nya.
"Tidak perlu berterimakasih, tolong jangan panggil aku Tuan.!" titahnya kembali dengan wajah datar.
Seketika membuat Shafira bergidik ngeri melihat wajah datar Darren.
"Ayo, ikut aku,"
Tanpa menjawab Shafira mengikutinya di belakangnya. "Ini kamar untukmu, kamu bisa istirahat di sini."
Shafira masih dalam sikap diam seperti tadi, ia masuk dan melihat kamar itu. Sungguh kamar yang sangat luas, Shafira terharu melihat kamar itu.
"Ini beneran kamar untukku? Kamu tidak salah, aku hanya pekerja di sini." ucap Shafira lirih namun terlihat mata antusiasnya.
"Apa aku terlihat bercanda? Di dalam lemari itu ada beberapa baju milik kakakku, mungkin pas dan bisa kamu pakai. Aku rasa badannya pas."
"Iya, terimakasih Darren. Aku tidak tau harus membalasmu dengan apa,"
"Ahh tidak perlu, tinggal dan kerja saja di sini."
Darren langsung pergi, jujur Shafira merasa takut dengan sikapnya Darren. Tapi Darren adalah pria baik menurut Shafira, belum kenal Shafira aja Darren sudah mau membantunya.
Shafira kembali mengingat pacarnya itu, padahal Rama sudah lama di kenalnya. Tapi sikap dan niat siapa yang bisa menyangka. Mungkin saja ini sudah menjadi takdirnya.
Shafira bersyukur bertemu dengan Darren, Shafira tersenyum sembari menangis.
Ehh, menangis atau tersenyum sih?
Entahlah!
Yang jelas Shafira terharu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Lena Khaia
terharu saja membaca karya ini up terus thor
2024-02-06
0
AteneaRU.
Ngebuat hati berdesir!
2024-01-24
2