Bab 4. Permintaan yang menegangkan
Sudah sebulan Shafira tinggal si rumah elit itu, Shafira mulai terbiasa dengan rumah itu. Keluarga Darren sangat menyayanginya dan mereka mengajarinya semua hal dengan suka rela.
"Papa, menikahlah dengan Kakak Shafira. Dia orang baik dan bisa mengurus ku," ucap Kenzo seketika membuat semua orang berhenti makan. Mereka semua menatap Kenzo lekat.
"Kenapa kamu bicara begitu, nak!" tanya ibu Sumitra, neneknya Kenzo.
"Kenzo udah besar Oma, Enzo tau mana orang yang baik dan yang tidak baik. Lagipula Enzo sering lihat papa dekat dengan kakak Shafira. Mereka sangat cocok." jawab Kenzo mengacungkan jempolnya.
Semua keluarga tersenyum manis, mereka juga sering melihat Darren bicara dengan Shafira. Mereka berpikir bahwa Darren dan Shafira sangat dekat. Iya, mereka tidak tau yang sebenarnya.
Darren menghembuskan nafas berat, ia tidak tau harus bicara apa lagi dengan keluarga. Ia juga tau keluarga nya memperlakukan Shafira bak keluarga di sana.
Di satu sisi Kenzo anaknya meminta ia menikahi Shafira, Darren sungguh belum siap untuk menikah lagi setelah istrinya meninggal dalam keadaan berselingkuh.
Di sisi lain Shafira sendiri juga bingung harus menjawab apa, ia benar-benar troma sekarang. Belum begitu lama ia ingin di jadikan pelacur oleh pacarnya sendiri. Padahal Rama sudah lama ia kenal, sedangkan Darren ia baru mengenalnya sebulan yang lalu. Shafira memang memiliki sifat keibuan. Hal itulah yang membuat Darren suka dan setuju untuk menikahi Shafira.
"Pak, apa kau sudah memikirkan ini matang matang? Ini pernikahan pak bukan permainan!" tegas Shafira yang ingin tau apa penyebabnya pria itu setuju menikahinya.
"Akan aku kabulkan permintaan putraku dan aku tidak perlu minta persetujuan darimu, jamu tinggal terima dan tanda tangan saja." Jawab Darren tegas. Membuat Shafira merasa terkekang oleh sikap Darren.
"Tapi kenapa begitu? Aku butuh penjelasan nya, " ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Kenapa? Kamu belum siap? Seharusnya di usiamu sekarang ini sudah siap untuk menikah, tapi kamu malah menolak ku. Ada yang kurang dari ku hahh! Banyak wanita-wanita di luar sana yang ingin masuk ke rumah ini, kenapa kau tidak mau?" jawaban Darren membuat Shafira merasa terhina. Bukan itu yang ia inginkan, ia bukan wanita yang hanya menginginkan harta warisan.
"Kau menghina ku karena aku miskin? Tidak semua wanita yang rakus akan harta, aku hanya ingin rumah yang penuh ketenangan dan kasih sayang bukan harta dan rumah mewah." jawab Shafira dengan mata berkaca-kaca.
"Jawab saja kau setuju atau tidak, aku berjanji tidak akan menyentuhmu sebelum kamu memberi izin dan siap bersamaku." Ucap Darren dengan mengangkat dagunya yang tertunduk lesu dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu yakin? Aku memang suka anak kecil dan bisa membuat anak kecil akrab dengan ku sekejap waktu tapi bukan berarti aku sudah siap. Aku masih troma, aku bertemu dengan mu saat aku lari dari pacarku yang hendak menjual ku untuk di jadikan pelacur. Kamu menyelamatkan ku bukan berarti untuk balas budi mu dengan menikah dengan mu kan?"
"Hey, jangan bilang balas budi. kalau kamu sayang sama Kenzo artinya kamu tidak akan mengecewakan nya."
Ucapan itu membuat Shafira tidak punya pilihan, Shafira hanya mengangguk tanda setuju. Sungguh dalam hatinya masih menyimpan rasa takut yang amat besar.
Darren langsung mengumumkan pernikahannya kepada sang keluarga. Sungguh sangat terlihat bahagia di mata keluarga besar itu. Shafira pun ikut tersenyum.
Akhirnya kamu bisa menikah lagi, mama harap kamu bahagia. Yang sudah berlalu biarlah berlalu, sekarang masa depan mu ada di depan mata. Ingat, Nak! Ini pernikahan bukan permainan." Ujar ibu memberi peringatan baik pada putranya.
Darren pun menganggukkan kepalanya.
Beberapa hari kemudian, keluarga pada sibuk semuanya. "Nak, bawakan Shafira ke butiknya teman mama untuk memilih baju pengantinnya." ucap ibu.
"Haruskah aku, Ma? " tanya Darren.
"Iya iyalah, kan kamu yang menikah. Gimana sih kamu ini." Gerutu sang ibu yang mengetuk kepala nya.
"Papa, aku ikut!" seru Kenzo yang datang entah dari mana.
Mereka bertiga pun pergi ke sana, Shafira merasa sangat gugup. Reflek membuat Shafira terkejut ketika sebuah tangan yang melingkari pinggangnya. Shafira semakin gugup dan canggung.
Mereka berdua menoleh, oh ternyata itu Kenzo yang menarik tangan Darren ke pinggang Shafira. Ada ada aja anak ini, membuat jantung Shafira hampir copot saja.
"Ayo, silahkan masuk, Tuan! " ucap salah satu karyawan di butik itu.
"Iya, oh iya Tante Maya ada?" tanya Darren.
"Ada, Tuan. Silahkan duduk dulu."
Karyawan itu pun segera pergi memanggil Tante Maya di ruangannya.
Tak lama pun Maya keluar dengan senyum bahagia.
"Ternyata kalian datang, mau pilih baju pengantin ya?" goda Tante Maya.
"Ah iya Tante. Tunjukkan baju yang paling bagus untuk dia pakai."
"Baiklah! Ayo nak Shafira masuk ke dalam sini biar Tante perlihatkan baju yang cantik dan cocok untukmu."
Shafira pun ikut Tante Maya ke dalam untuk melihat baju pengantin.
Baju baju yang di tunjukkan Tante Maya memang sangat cantik, harganya juga sangat mahal. Baju itu sangat elegan dan berat. Shafira merasa tidak nyaman dengan baju yang berat baginya.
"Tante, tidak ada baju lain yang sederhana saja. Baju ini sangat besar dan berat, kayanya nggak cocok tante." seru Shafira, padahal ia suka tapi ia merasa tidak pantas dengan harga yang begitu mahal.
"Kamu ini gimana sih, ratu harus terlihat sangatt cantik di pelaminan. Coba pakai yang ini sayang." Tante Maya menyerahkan satu baju putih yang cantik dengan manik-manik mutiara di atasnya.
Shafira pun mencoba baju itu, tak lama pun ia keluar dari ruang ganti baju. "Tante, cocok nggak?" tanya Shafira.
"Wahhh ini bidadari jatuh dari mana ya? Sangat cantik."
Tante Maya membawakan Shafira ke hadapan Darren, seketika membuat Darren menganga dengan mulut sedikit terbuka di saat melihat Shafira bak bidadari surga. Darren meneguk ludahnya seakan ia tak percaya yang di depannya adalah Shafira.
"Woy, biasa aja kali lihatnya. Bagus nggak gaun ini?" ucap Tante dengan menepuk jidat Darren yang ternganga.
"Ehh Tante, ini sangat bagus. Ambilkan dua lagi ya Tante untuk gantian nya nanti." jawab Darren yang belum bisa melepaskan pandangan nya ke arah Shafira.
Tante Maya menyadari itu dan tertawa kecil, dia melihat ada cinta di mata Darren untuk Shafira.
Keluarga Darren juga melihat itu, ada cinta di matanya. Tapi Darren tetap gengsi dan tidak mengakui apapun.
Hari berganti hari, akhirnya hari yang di tunggu tunggu tiba. Saatnya mereka duduk di pelaminan dan mengucapkan ijab qobul dan sah menjadi suami istri.
Banyak tamu yang datang dan terus memperhatikan Shafira, bahkan banyak juga sahabat mama yang datang memuji menantunya.
"Hay, Jeng. Menantumu cantik sekali ya? Dapat dari mana sih menantu secantik itu, apa jatuh dari langit?" tanya teman-teman mama.
Banyaknya pertanyaan itu membuat Shafira merasa malu, padahal ia biasa aja tapi malah di bilang bidadari.
Mila pun datang ke acara resepsinya. "Selamat ya Fira, akhirnya kamu dapat juga laki yang baik dan semoga jadi suami yang baik untukmu."
"Terimakasih, Mila." Jawab Shafira datar dan singkat.
"Oh iya, Fira. Pamanmu mencari mu kemana-mana, dia sangat sedih karena tidak bisa menjaga mu dari istrinya." ucapan Mila membuat Shafira jadi sedih. Reflek membuat Darren menoleh ke arahnya.
"Jangan menangis, nanti kita cari paman bersama-sama. Jangan menangis ya, ini tempat umum dan banyak orang." bisik Darren di sampingnya. Shafira hanya mengangguk.
Tante Maya dan mama melihat wajah lesu dari Shafira, mereka pun mendekat. "Ada apa, sayang?" tanya mama mertuanya.
"Tidak ada, mama." jawabnya datar. Walaupun Shafira enggan memberitahu tapi, mereka tetap merasa khawatir padanya.
Tidak terasa hari sudah sore, Shafira tampak sudah sangat lelah dan meminta untuk istirahat.
"Ya sudah kamu istirahat saja dulu nak, nanti nama bangunkan kamu ya."
Shafira mengangguk dan bergegas pergi ke kamar. Jalannya tidak seimbang karena ia sudah sangat pusing, Shafira hampir terjatuh dan reflek Darren langsung menangkap tubuh mungil istrinya yang baru saja sah tadi pagi.
"Kamu tidak apa-apa? Biar aku bawa kamu ya,"
Shafira tidak menjawab, Darren membopong tubuh mungil itu menuju kamarnya.
"Ini bukan kamarku, kenapa kamu membawaku ke sini?" tanya Shafira.
"Sudah kamu istirahat saja dulu, kalau butuh apa-apa panggil aku saja." jawabnya datar tapi tegas.
Shafira menanggapi ucapan itu dengan diam.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Akako
Keren abis nih cerita, indah banget ceritanya!
2024-01-26
3