Tertinggal Selangkah

Jales mengernyit bingung melihat Maca yang asik melamun, dengan jarinya yang terdiam di atas touchpad laptop tanpa ada gerakan sama sekali.

Pemuda yang keheranan itu menyenggol Shafa, menanyakan kondisi Maca melalui tatapan matanya yang terus melirik ke arah gadis itu.

Gadis yang semula ingin mengumpat karena oleng akibat senggolan itu lantas menggeleng setelah matanya ikut melirik, mengangkat bahunya tanda tidak tahu.

"Selamat malam, anak-anak Papi Juan... Papi ada bawa hot chocolate milk nih, di minum kalo udah selesai belajar yaaaa" Suara itu terdengar samar dari ruangan sebelah, membuat Jales beranjak menuju ruang tempat anak-anak berkumpul. Teriakan kegirangan begitu terdengar disertai ucapan terima kasih untuk Juan saat Jales sudah mencapai pintu.

Juan menoleh, melihat siapa sosok yang baru saja masuk ke ruangan itu. Langkahnya mendekat, merangkul Jales dengan senyum andalannya.

"Maca kenapa?" Tanya Jales tiba-tiba membuat Juan mengernyit.

Tiba-tiba? Juan baru sampai dan belum melihat apa yang terjadi pada Maca.

Menanyakan hal seperti itu padanya bukankah itu terasa......lucu?

"Hah?"

"Mukanya murung banget, dari tadi ngelamun. Ga ada kemajuan ya sama Ari?"

Juan mengangkat bahunya, kemudian menyerahkan ice americano yang ada di dalam genggamannya.

"Daripada lo mikirin progres Yumi sama Ari, kenapa lo ga mikirin progres lo aja?"

Jales mendelik, melepas rangkulan Juan sembari mendengus sebal.

"Ga usah ikut campur deh, gue bisa urus masalah gue sendiri."

"Iya deh, iya. Tapi jangan campuri hubungan Ari sama Yumi juga dong." Cibir Juan dibalas decihan oleh Jales.

"Btw Le, jadinya yang mana nih? Emily atau Mia" Bisik Juan. Jales membelalakkan matanya saat mendengar itu.

Manusia ini. Walaupun Jales tidak pernah bercerita, kenapa kabar tentangnya atau tentang siapapun pasti akan tetap sampai padanya?

Jales lantas mendorong pelan Juan untuk menjauhi ruangan saat itu, menyeret jauh temannya hingga ke teras.

"Buset, mau ngobrol aja harus sampe diseret ke sini. Mau deep talk sekalian minta saran nih? Padahal tadi udah lo bilang ga boleh ikut campur." Goda Juan.

"Berisik."

Juan terkekeh pelan.

"Tapi jujur deh, Le. Gue ga bisa nebak hati lo prefer ke siapa. Ke Emily deket banget, tapi lewat intel-intel gue katanya lo naksir Mia."

"Gue cuma naksir Mia."

Juan tersedak, Jales tiba-tiba frontal adalah sebuah kemajuan.

"Masa? Bukannya lo pernah baper ke Emily ya?"

"Iya pernah, tapi ga jadi."

"Kok ga jadi?"

"Gue males deketin orang yang mantanan sama temen gue."

"Kayaknya Ari ga pernah pacaran sama dia deh..."

"Bukan sama Ari, ah udahlah. Males gue kasih tau ke elo."

"Dih... ngambek." Cibir Juan membuat Jales memutar bola matanya sebal. Rasanya menjengkelkan mendengar nada bicara Juan yang seperti itu.

"Rokok mau ga?" Tanya Juan menawarkan.

"Gue ga pernah nyentuh rokok sama sekali ya sat. Ga usah aneh-aneh deh lo." Kesal Jales membuat Juan tertawa hingga memukuli lengan teman disampingnya itu.

"Lagian ya Le, kalo lo naksir kenapa ga gerak cepat aja sih? Oh satu lagi, kalo lo emang ga ada niatan mau baper-baperan sama Emily mending lo batasi gerakan lo."

"Lo ya yang tiba-tiba aja jodoh-jodohin gue sama Emily. Gue emang pernah baper sama dia, tapi kan sekarang gue sukanya sama Mia."

"Ale, Ale.. Lo tau ga sih, gue ngeh kalo lo tuh masih ada ampas-ampas baper sama Emily tuh dari mana? Dari Mia, sat! Mia aja sampe greget karena lo ga pernah make a move duluan. Dia tuh sampe ngira kalo lo kayak gitu karena lo ga pengen rusak pertemanan lo sama Emily."

Jales terdiam.

"Bayangin aja, crush lo yang lo incar malah ngarepin lo make a move ke orang yang udah lo lepasin karena alasan pribadi lo yang menurut gue itu ga penting-penting banget."

"Alasan yang ga penting-penting banget?" Tanya Jales tersinggung.

"Sorry banget Le. Tapi jujur aja, kenapa lo permasalahin itu? Tau ga kenapa lo ragu? Karena mental lo cemen banget. Kenapa coba harus mempermasalahkan hal yang kayak gitu? 'Dia mantannya temen gue' Le, lo tau ga sih kalo crush gue sekarang tuh pernah di-ghosting sama Ari? Lo tau ga sih kalo Naya orang yang gue sayang banget tuh setelah putus sama gue, dia malah jadian sama junior yang deket banget sama gue?" Jales melotot mendengar itu.

Juan menghela nafas kemudian kembali melanjutkan kalimatnya, "gue bisa ngerti kalo lo emang beneran ngerasa canggung deket sama orang yang pernah ada kisah sama temen lo. Tapi Le, itu semua tuh cuma masa lalu. Kalo temen lo udah move on kenapa lo ragu? Dan kalo emang lo ngerasa Ari kayaknya ga bakal ngasih izin ke elo, ya buktiin. Kasih liat ke Ari, kalo lo bisa bahagiain dan ga akan ngecewain adek tercintanya."

"Gampang banget Ju omongan lo."

"Gampangan yang ini dari hafalin anatomi, Le. Cuma lo nya aja yang takut mulai duluan."

"Gue mau gerak cepat, tapi gue takut dianya risih." Lirih Jales membuat Juan hampir berkata kasar.

"Banyak bener alasan lo, Le. Cupu banget sih lo?!"

Makian kasar benar-benar keluar dari mulut Jales, karena tidak terima dengan kalimat temannya itu.

"Dengerin gue ngomong dulu, gue belom selesai keluarin semua ketakutan yang ngehambat pergerakan gue lo udah langsung nge-judge gue aja!"

Juan memijat-mijat dahinya pelan. Alasan karena tidak ada pergerakan ya cuma satu, karena Jales yang takut bergerak duluan, padahal semua ketakutan itu hanya ilusi yang dia ciptakan sendiri.

"Ari juga.. kayaknya ga suka gue deketin Mia. Aul juga sama."

Juan mendecak pelan benar-benar sudah diluar batas menghadapi Jales yang terus-terusan memberinya alasan, menggeleng-gelengkan kepalanya tidak tau harus menjawab apa.

Bisa dibilang Jales ini adalah sosok yang sempurna (untuk mereka). Bukan hanya Ari yang sering dibandingkan dengannya, tapi juga Juan.

Juan yang sedari kecil terkenal petakilan, menjadi soulmate Ari dalam membuat keributan. Dimana ada Ari, pasti ada Juan disitu. Dan jika mereka berdua bersatu, pasti akan ada saja kekacauan yang terjadi akibat ulah mereka.

Hanya dua bocah ingusan yang raganya tumbuh besar, tingkah usil kedua anak itu bahkan belum hilang sama sekali meski umur mereka sudah dua puluhan dan tentu saja mereka masih menjadi alasan kenapa Ibu-Ibu setempat sering sakit kepala.

Ini pasti tidak bisa dibayangkan, tapi disaat umur mereka sudah berkepala dua masih ada saja tingkah usil mereka seperti mengajak anak-anak kecil yang tinggal di perumahan bahari untuk bermain layangan di lapangan taruna yang jaraknya sangat jauh, pulangnya dari bermain layangan tubuh mereka hangus dan bau matahari yang melekat benar-benar membuat Ibu-ibu dari anak-anak itu mengomel.

Belum lagi ajakan mereka untuk memancing di pantai, hingga tidak sengaja menginjak batu-batu karang, mengajak mereka untuk mengambil mangga di Lanal tempat orang tua mereka bekerja, tentu saja dengan Juan yang mengajukan diri untuk memanjat. Dan anak-anak itu menyiapkan kantong kresek di bawah untuk memunguti mangga-mangga.

Berbanding terbalik dengan Ibu-ibu yang mengomel karena kesal dengan tingkah dua pemuda berusia dua puluh tiga tahun itu, anak-anak justru senang bermain dengan mereka.

Juan, selalu mengajarkan hal-hal baru pada mereka. Dan meski gengsi harus mengakuinya, Juan lah yang membentuk karakter anak-anak itu untuk berani dan melenyapkan sisi cengeng dan membangkang pada orang tua.

Kalau bukan karena Juan juga, siapa yang akan mereka mintai tolong untuk memperbaiki genteng, memperbaiki westafel yang bocor saat suami mereka sedang berlayar?

Juan tidak hanya mengajak mereka untuk bersenang-senang dengan cara nakal dan mendidik mental mereka dengan caranya sendiri, tapi Juan juga sering mengajak anak-anak itu untuk belajar di rumah pintar.

Di saat Ibu mereka mengikuti giat atau kegiatan jalasenastri lain, Juan akan berinisiatif mengajak mereka bermain di rumah pintar dengan volunteer lain agar mereka tidak mengacau karena bosan menunggu kegiatan selesai.

Sisi lain Juan yang tidak pernah dilirik sama sekali oleh mereka, karena ketutupan tingkah jahilnya yang sudah sangat mendominasi.

Lalu bagaimana dengan Jales?

Jales berhasil menjadi sosok yang dijadikan panutan oleh Ibu-Ibu bahkan disematkan gelar sebagai calon mantu idaman. Bapaknya Komandan pos angkatan laut, berpangkat Kapten yang akan segera naik jabatan menjadi Mayor. Kapten Riswandi terkenal sebagai kapten yang memiliki paras tampan itu jelas menurunkan aset visualnya yang berharga pada sang anak sulung.

Dengan sang Ibu yang juga berpangkat kapten dan menjabat sebagai dokter militer di pangkalan mereka.

Bibit Jales Biru Irsandi dari kedua orang tuanya yang notabene adalah militer, status sosial mereka, dan tentu saja pendidikan Jales yang menempuh jalan sendiri menjadi seorang dokter umum bukan sebagai dokter militer. Siapapun pasti tidak akan ada yang menolak Jales jika melihat latar belakangnya.

Tapi bagi Juan, semua itu tidak ada harganya. Nyatanya, pemuda ini hanyalah salah satu spesies bodoh dan lamban dalam menggapai cintanya.

Benar-benar merusak ekspektasi.

Padahal, Jales sudah mengantongi izin dari sang Danlanal dan istrinya. Apa yang membuat dia ragu?

Sang adik yang tidak memberikan dukungan? Ari yang nampak tidak senang jika Jales mendekati adik bungsunya? Apakah itu bisa dijadikan bahan pertimbangan?

Yang menjalani hubungan ini Jales, dengan mengantongi izin dari orang tua calon pacar saja sudah cukup. Kenapa dia harus mempertimbangkan izin dari orang yang kisah cintanya juga berantakan dan...sang adiknya tercinta yang emosinya masih terbilang labil?

Obrolan yang penuh dengan sumpah serapah itu tiba-tiba berhenti saat Bima, pacar dari Aulia berjalan masuk dari arah pagar mendekati mereka.

Kedua tangannya menjinjing keranjang berisikan gelas-gelas minuman.

1 pure matcha, 2 matcha latte, 1 hot americano, dan 4 ice americano.

"Kopi?" Sapanya sambil menjulurkan keranjang.

"Udah, Bim. Dibeliin Juan." Tolak Jales halus, ikut mengangkat ice americano nya yang tinggal setengah.

Juan mengernyit bingung, melihat gelas-gelas yang berada di keranjang sebelah kiri.

"Dua matcha latte? Mia ada di dalam?" Tanya Juan yang segera dijawab dengan gelengan kepala oleh Jales.

"Oh, tadi pas mampir mau beli ini ga sengaja liat Mia sama Wira lagi barengan di alun-alun kota. Kirain mau kesini, tapi ternyata belum ada ya?"

Skakmat. Jales tertinggal selangkah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!