Mencintaimu Tak Perlu Alasan
Selamat membaca⬇️
...***...
Adzan subuh berkumandang, seorang gadis remaja tampak menggeliatkan badannya. Perlahan membuka mata dan mengerjap berulang kali, lalu bangkit dari kasur empuknya. Tak lupa dia merapikannya kembali, kemudian menuju kamar mandi.
Selesai mandi, dia mengambil air wudhu, lalu keluar dari kamar mandi. Gadis itu segera memakai baju, lalu menjalankan ibadah dua rakaat dengan khusyu' dan dia berdoa sebentar.
Selesai sholat, dia berjalan keluar kamar menuju dapur, dan melihat sang ibu sedang berkutat di dapur mengerjakan sesuatu.
"Pagi ibuku sayang," sapanya pada ibunda tercinta sembari mencium kedua pipi wanita tersebut.
"Pagi, Sayang," jawab sang ibu, "sudah bangun?" Tanyanya kemudian.
"He'em, Ibu mau bikin sarapan apa?" Tanyanya pada sang ibu.
"Ini, Ibu mau bikin nasi goreng. Soalnya nasi kemaren masih banyak, sayang kalo dibuang. Tapi kalo Ze mau sarapan yang lain, nanti ibu bikinin," jawab bu Safira.
"Emmm...terserah ibu aja deh. Apapun masakan ibu pasti enak," sahut gadis itu
"Siaaap, putri Ibu yang cantik," ucap ibu Safira tersenyum.
"Ya udah, Ze mau ke depan ya, Bu. Mau nyapu halaman," Ucapnya berlalu dari dapur, menuju keluar rumah.
Bu Safira hanya memandangi punggung anaknya yang berlalu, anak yang dia lahirkan dengan penuh perjuangan dan airmata...
Zeya Altafunisa Winata namanya, seorang gadis remaja berusia 18th, yang memilik postur tubuh proposional, 175cm, cukup tinggi untuk ukuran seorang gadis seusianya, dia berwajah mungil, dan sangat manis, mata hitam jernih, hidung sedang, gak pesek tapi tidak mancung banget, dan bibirnya yang mungil.
Zeya lahir dan tumbuh dalam kehidupan keluarga yang rumit. Dia putri semata wayang dari pasangan tuan Bastian Arya Winata seorang CEO perusahaan ternama, dan ibu Safira Maharani.
Namun karena berbagai tekanan dan juga keadaanlah yang akhirnya membuat kedua orangtuanya memutuskan bercerai, di saat usianya menginjak 6th. Karena usianya yang masih kanak-kanak, maka hak asuh jatuh kepada ibunya, dan dia ikut bersama ibunya hingga saat ini. Keadaan itulah yang membentuk karakter Zeya tumbuh menjadi gadis yang tangguh dan mandiri.
Sekarang ini Zeya sudah duduk di kelas 12 di sebuah SMU elit yang ada di ibukota. Zeya sudah siap dengan seragam sekolahnya, dia sudah duduk manis di kursi meja makan
...***...
...Tiin,,,tiiin,,,tiiiinnnn......
"Zeya...ooh Zeya. Berangkat yuk!" seru seorang pemuda remaja tampan, turun dari motor maticnya, badannya tegap dan berbahu lebar. Tinggi 180cm, kulitnya putih bersih, alis dan rahangnya tegas, tatapan matanya tajam, hidung kek perosotan, bibir agak tebal, jangan lupa gigi kelincinya. Dia juga memiliki tahi lalat di bawah mata kanannya.
Dia adalah Daniel Naradipta Al Ghifari, usianya 17th, sohib Zeya dari piyik (TK), dan awet hingga saat ini, (lebih tepatnya si Daniel yang selalu nempel pada Zeya).
"Assalamualaikum... " Tanpa sungkan dia langsung membuka pintu rumah sahabat sehidupnya.
"Waalaikumsalam." Terdengar jawaban dari dalam rumah.
Dia langsung menyelonong masuk ke dalam tanpa di suruh. Dia menuju meja makan yang satu ruangan dengan dapur, lalu menarik kursi dan mendudukkan dirinya, di kursi yang ada di depan Zeya.
"Pagi Zeya sayang," sapanya pada Zeya.
Zeya hanya menjawabnya dengan singkat. "Pagi." Menoleh sebentar lalu fokus kembali dengan sarapannya, seolah tidak peduli dengan kedatangan sahabatnya. Dia terus saja menyuapkan sandwich ke dalam mulutnya, tanpa menoleh sedikitpun ke arah sahabat piyiknya yang datang menghampiri dirinya itu.
Daniel meletakkan kedua tangannya di atas meja, tangan satunya terangkat untuk menyangga kepalanya. Dia mengulum senyumnya sambil terus memperhatikan Zeya dengan pandangan penuh arti. Merasa diperhatikan oleh seseorang di hadapannya, Zeya menghentikan aktivitasnya.
"Napa loe senyum-senyum gitu liatin gue? Lagi bayangin adegan iya-iya loe, ya?" tanya Zeya dengan pandangan menyelidik ke arah Daniel.
Sedangkan Daniel yang ditodong pertanyaan seperti itu, langsung gelagapan. Dia menegakkan badannya, kepalanya menggeleng-geleng sembari melambai-lambaikan tangannya
"E-ng eng-gaaak." Daniel menjawab dengan tergagap.
"Trus kenapa loe kek mupeng gitu? Awas loe ya, kalo loe sampe berani mesumin gue." Zeya mengarahkan tinjunya ke arah Daniel.
"Emang loe tau, kalo gue lagi bayangin yang iya-iya? Kan cuma gue yang tahu?"
"Ya terus?
Daniel menarik nafas panjang,
"Mana berani gue mupeng gitu sama loe sih Ze? Bisa-bisa gue udah babak belur duluan, hiii." Daniel bergidik ngeri bayangin Zeya menghajarnya.
Zeya ini menguasai beberapa jenis ilmu beladiri. Tapi dia tidak sembarangan menggunakannya. Hanya di saat-saat tertentu saja.
"Trus tadi ngapain loe liatin gue kek gitu, senyum-senyum sendiri, iiihh."
Bukannya menjawab, Daniel malah dengan santainya, mencomot roti sandwich yang ada di piring sahabatnya, lalu melahapnya cepat-cepat.
Zeya yang merasa tak terima langsung, memukul lengan Daniel
"Iiih... Danyel! Bikin sendiri sana! Loe mah kebiasaan deh, asal comot aja!" seru Zeya memprotes kelakuan absurd temennya. Tak terima sarapan paginya direcoki.
"Ogah! Ngapain repot bikin sendiri, kan udah ada punya loe, lagian makan sepiring berdua itu, lebih terasa nikmatnya dan romantis." Daniel menjawab dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Hoeeek... Mual gue." Zeya melakukan gerakan seperti orang mau muntah
"Sini gue cium biar mualnya hilang." Daniel tersenyum sembari memajukan bibirnya.
"Tuh kan bener, mesum kan loe!" Zeya berseru sambil mencibir.
"Yaelah Ze, gitu doang dibilang mesum. Emang loe tau mesum yang kek mana?" tanya Daniel.
"Ya... Kek gitulah. Pokoknya awas aja ya, kalo sampe loe berani lakuin itu sama gue. Kelar loe, mau nyoba?" Zeya langsung sewot dengan mata melotot.
Daniel menggelengkan kepalanya "Ya bukan gak berani sih, lebih tepatnya belom berani. Tapi kalo loe mau ngasih, ya gua gak akan nolak sih, hehehe," jawabnya cengengesan.
"Apa loe bilang? Coba ngomong sekali lagi!"
"Ga ada siaran ulang!"
"Awas ya, gak usah modus loe ma gue, ga mempan!" sarkas Zeya mendelik.
"Atau...." Zeya nampak berfikir, dan menepuk dagunya dengan ujung jari. "loe sudah biasa ya kek gitu, godain ciwi-ciwi keganjenan yang suka menelin loe itu?" lanjutnya lagi masih dengan mata mendelik.
"Diih... Enggaklah ya, lihatnya aja gue ogah." Daniel bergidik ngeri.
"Ogah nolak kali!"
"Ciee... Yang cemburu, eeaaa."
"Gue...?"Zeya menunjuk dirinya, lalu memutar bola matanya malas.
"Ya gue, sayang sama loe, cinta malah."
"Apa loe bilang?" Zeya masih sewot, dan hal itu membuat Daniel makin bersemangat menggodanya.
"Enggak, tuh ada cicak lewat.'" Daniel lalu menyambar gelas susu milik Zeya, dan meminumnya hingga tandas
"Yaaaaa! Punya gue itu! aa'elaaah...Nyebelin banget sih!" seru Zeya semakin kesal saja.
"Nyebelin tapi ngangenin," sahut Daniel tak berhenti menggoda.
Tanpa menjawab Zeya, langsung melemparkan tisu ke arah Daniel, namun sayangnya tidak kena karena remaja itu reflek menghindar.
"Wleeeek... Ga kena." Daniel menjulurkan lidahnya, sembari menggoyangkan pantatnya ke kiri dan ke kanan.
"Awaaasss loe ya!"
Merasa jengah dengan kelakuan sahabatnya, Zeya lalu melihat jam tangannya, gadis itu bangkit dari duduknya sembari menyambar tasnya.
Daniel mengikutinya dan terus menggodanya. Di saat sahabatnya itu lengah, Zeya langsung menendang kaki Daniel, tepat mengenai tulang keringnya.
"Rasain tuh, mantap kan!" ucap Zeya tanpa dosa.
Daniel yang tidak mengira akan mendapatkan serangan tiba-tiba dari Zeya, langsung tersentak.
"Aawww... Aaaww." Daniel berjingkat-jingkat sambil meringis kesakitan, "iiissst... Loe dendam banget sih Ze, sama gue. Isssstt... Sakit banget ini, loe mah KDRT." Daniel berjalan terpincang, wajahnya masih meringis menahan rasa sakit.
Zeya hanya mengedikkan bahunya masa bodoh, meninggalkan sahabatnya tanpa bersalah
Begitulah mereka selalu saja ada drama jika bertemu dan bersama.
Ibu Safira yang baru turun dari lantai 2 rumahnya hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat kelakuan keduanya dari kejauhan. Sudah biasa seperti itu. Tapi beliau ikut merasa ngilu, melihat Daniel meringis kesakitan memegang kakinya. Dia tahu Zeya pandai beladiri, pasti tendangannya tidak main main. Membayangkannya saja beliau sudah bergidik ngeri.
Lalu ibu Safira menghampiri Daniel.
"Sabar ya, Daniel. Lagian kamu mah ada-ada aja. Hobi banget godain Ze. Kalo ketemu selalu ada saja yang kalian ributin, terus baikan lagi. Tapi kalo tidak ketemu sehari aja galaunya kayak tidak ketemu setahun," gumam bu Safira.
"Ya gimana lagi Tan, godain Ze itu wajib hukumnya bagi Daniel," sahut Daniel yang meringis kesakitan.
"Asli Tante. Ini mah sakit banget. Ze bener-bener dia, gak kira-kira," keluhnya kemudian.
"Udah sana, jangan bikin moodnya tambah jelek. Nanti pasti juga bakal dia obatin, percaya deh sama Tante." Ibu Safira mencoba menghibur Daniel.
"Bu, Ze berangkat ya," pamitnya pada sang ibu. Lalu salim tak lupa cipika cipiki
Zeya mengambil helm dan memakainya. Setelahnya berjalan ke arah motor, lalu mendudukkan diri di depan dan menunggu Daniel.
"Buruan udah siang nih, gua ga mau telat ya! Kek waktu itu loe ajakin manjat pager. Untung kagak ketahuan, bisa ancur reputasi gue!" seru Zeya.
"Daniel pamit ya, Tan." kemudian salim sama bu Safira.
"Hati-hati kalian!" seru bu Safira.
Sedangkan Daniel masih dengan terpincang-pincang, berjalan ke arah Zeya, dan langsung duduk di belakang. Zeya menolehkan badannya ke belakang, lalu memakaikan helm di kepala Daniel, setelah itu dia menyalakan motor.
"Daaah, Ibu." Zeya melambaikan tangannya pada sang ibu, dan melajukan motor dengan cepat karena tak mau terlambat.
Keduanya terdiam sepanjang perjalanan. Daniel mengulum senyumnya, dalam hati dia merasa senang. Meskipun marah Zeya masih tetap perhatian padanya. Itulah sebabnya dia tak bisa jauh dari Zeya.
Dia gadis yang berbeda, walaupun tahu Daniel anak orang kaya, tapi dia sama sekali tidak pernah memanfaatkannya. Dan itu point plus untuk Daniel.
15 menit berselang, mereka tiba di sekolah. Sampai di parkiran Zeya segera turun, membuka helmnya, lalu berkata, "Gue duluan. 10 menit lagi bel masuk, loe jangan kelamaan di sini." Zeya meletakkan helm di atas kaca spion dan berlalu.
"Hmm." Daniel hanya menggumam dan menganggukkan kepala. Dia terus memandangi punggung Zeya yang telah menjauh
"Loe tahu gak sih, Ze. Kalau deket-deket sama loe itu, sebenernya gak baik buat kesehatan jantung gue. Tapi lebih ga baik lagi kalo gue jauh dari loe," gumamnya lirih.
Lalu perlahan berangsur turun dari motor. Dia masih merasakan nyeri di kakinya, melangkah tertatih sambil meringis menuju kelasnya. Daniel dan Zeya beda kelas. Tapi tetap sama kelas 12.
Sesampai divkelasnya beberapa pasang mata menatapnya.
Melihat Daniel berjalan terpincang, Ridwan teman sebangkunya, sekaligus bestie nya, bertanya sambil memperhatikan sahabatnya.
"Eeh, kenapa loe Niel? Kok jalan loe pincang gitu?"
"Tadi kesandung kursi di rumah Zeya." Daniel sengaja tidak mengatakan yang sebenarnya kerena dia tidak mau sahabatnya itu meledek.
...***...
Zeya yang sejak dari parkiran berjalan buru-buru, karena tidak mau telat masuk kelasnya, akhirnya merasa lega. Kini dia sudah duduk di bangkunya.
Tak lama bel tanda masuk berbunyi, para siswa-siswi mengikuti proses belajar-mengajar di kelas masing-masing.
Hingga 2 jam kemudian istirahat jam pertama tiba, tampak para siswa-siswi, berhamburan keluar, ada yang ke kantin, ke toilet ada juga yang tetap berada di kelas.
"Ze, loe mau ke kantin gak?" tanya Sania teman sebangkunya, dia sudah berdiri dari duduknya.
Sedangkan Zeya hanya mengangguk setuju. Dia berdiri diikuti temannya yang lain. Zeya memiliki 2 orang sahabat. Yaitu Jessi, dan Sania.
Mereka bertiga berjalan menuju kantin, sambil bercengkerama, hingga tiba-tiba tangan Zeya ditarik seseorang di:ujung lorong kelas. Ternyata yang menariknya, adalah seseorang yang tersenyum menunjukkan gigi kelincinya ke arah Zeya, tangan kirinya menenteng tas bekal.
****************
Ini adalah tulisan pertamaku guys, masih pemula. Maaf kalau ada kesalahan dan typo, harap maklum, karena masih dalam tahap belajar. Mohon bimbingan dan dukungannya.
Cerita ini hanya fiksi, maaf jika ada kesamaan nama, tokoh maupun alur dalam cerita. Tapi cerita ini murni tentang kehaluanku saja.
Terimakasih semoga suka dengan cerita yang kutulis.
Salam Sehat Selalu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
ora
Mampir Bu. Awal bab yang seru Bu🤭🤗
2024-08-24
1
ora
Terus gimana dong jadinya/Grievance//Chuckle/
2024-08-24
1
ora
Eeaaaa. Gue suka gaya Lo Daniel/CoolGuy//Facepalm/
2024-08-24
1