3. Mengungkapkan Perasaan

Selamat membaca⬇️

***

Flashback on

  Di sekolah taman kanak-kanak waktu istirahat, tampak seorang anak laki-laki bertubuh bongsor berlari-lari kecil ke arah perosotan yang ada di arena bermain. Dia bergantian bermain perosotan bersama dengan teman-temannya yang lain termasuk kedua kakak kembarnya.

Namun tak lama kemudian, terdengar suara tangis seorang anak laki-laki. Rupanya yang menangis adalah anak yang bertubuh bongsor tadi. Ternyata dia terdorong oleh salah satu temannya yang lain, sehingga menyebabkan dirinya terjatuh nyungsep di bawah perosotan. Mukanya kotor terkena pasir. Dia terus menangis sesenggukan. Terlihat di situ ada dua anak lelaki yang berusaha menenangkannya. Kemudian salah satunya berlari ke arah ruang guru.

Sementara itu seorang anak perempuan yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat kejadian, langsung bergegas mendekat ke arah anak lelaki tersebut. Dia berusaha menenangkan dan memeriksa apakah ada yang terluka atau tidak, sementara anak lelaki itu terus saja menangis.

Anak perempuan itu melihat ada beberapa luka kecil di tangan dan lututnya berdarah. Kemudian mengandengnya dan membawanya masuk ke dalam kelasnya. Sedangkan anak lelaki yang tadi berusaha menenangkan Daniel berlari menyusul ke arah ruang guru.

  Sampai di dalam kelas, gadis kecil itu mendudukkan anak lelaki itu di salah satu bangku. Lalu dia mengambil kotak P3K yang selalu disediakan oleh ibunya, di dalam tasnya.

Dengan telaten dia membersihkan luka pada tangan dan lutut anak lelaki itu, dengan tissu basah hingga bersih. Lalu mengoleskannya obat merah dan salep pada luka tersebut dengan hati-hati sambil meniupinya pelan. Kemudian menutupnya dengan plaster bergambar karakter lucu.

Anak lelaki itu terdiam membisu, hanya matanya saja yang terus mengikuti setiap gerakan yang dilakukan oleh gadis kecil yang ada di depannya dengan perasaan kagum.

"Nah, sudah selesai. Nanti pasti akan cepat sembuh." Gadis kecil itu tersenyum manis, seraya tangannya mengelus pucuk kepala anak lelaki tersebut.

Anak lelaki itu tersentak, dia lalu mengangkat kepalanya. Sejenak dia terpaku, pandangannya terkunci pada wajah manis yang ada di hadapannya.

Bahkan dia hanya bisa terdiam, saat tangan gadis kecil itu menyentuh pipinya, dan mengusap airmatanya lembut. Serta membersihkan wajahnya dengan tissu basah.

 Anak lelaki itu mengedip-kedipkan matanya lucu. Hatinya menghangat, serasa ada kupu-kupu berterbangan di perutnya. Dia tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan semanis dan selembut itu dari seseorang yang belum dikenalnya. Apalagi dari seorang gadis kecil. Dia memindai wajah gadis kecil itu. Mukanya yang mungil, matanya hitam jernih, hidungnya kecil dan sedikit mancung, bibirnya tipis, manis sekali. Anak laki-laki itu benar-benar terpana. Pipinya merah merona, hingga kemudian dia tersadar oleh ucapan anak perempuan yang ada di hadapannya.

"Sudah ya, jangan menangis lagi. Anak lelaki itu tidak boleh lemah, tapi harus kuat, agar kelak menjadi orang yang hebat." Gadis kecil itu memberi semangat.

"Oh ya, namaku Zeya. Nama kamu siapa?" Zeya mengulurkan tangannya.

"Nama aku Daniel, apa kamu mau jadi temen aku?" sahut Daniel sambil terus memandang Zeya tanpa bosan

Zeya tidak menjawab, lalu tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya

"Sekarang kita berteman." Zeya memberikan sebungkus roti dan sekotak kecil susu bekalnya pada Daniel. Lalu dia mengacungkan jari kelingkingnya, Daniel menyambutnya dengan senang hati, dan segera mengaitkannya pada jari Zeya.

 "Ayo dimakan, kamu pasti lapar kan, setelah menangis." Zeya menyuapkan roti ke dalam mulutnya. Daniel pun mengangguk dan memakan roti di tangannya. Mereka makan dalam diam, sesekali Zeya menyeka mulut Daniel, karena belepotan. Sepanjang waktu mereka bersama tak pernah sekalipun Daniel melepaskan pandangannya pada Zeya. Dia sangat mengaguminya selain bundanya, 'inikah namanya cinta'.

*f*lashback of

"Zeya Altafunisa Winata, kita pacaran yuk," ucap Daniel mantap. Mendadak dia menembak Zeya.

"Loe tau gak---" Belum juga Daniel lanjut ngomong, Zeya sudah menyela.

"Enggak," ucap Zeya tanpa rasa bersalah.

"Diiih... Dengerin dulu makanya, baru komen." muka Daniel merengut

"Lah... Kan tadi loe nanya. Loe tau gak? Ya gue jawab enggak. Trus salahnya di mana coba." Zeya berkata agak nyolot.

"Kok jadi loe yang nyolot gitu sih? Harusnya kan gue." Bibir Daniel maju 5 senti.

"Ck... Gitu aja ngambek. Ya udah, lanjutin gue dengerin serius." Zeya menegakkan tubuhnya, meletakkan kedua tangannya di atas meja. Lalu tangan kanannya terangkat menyangga dagunya. Dia menatap dengan sayu ke arah Daniel.

  Daniel salah tingkah, tersipu-sipu, mukanya udah kayak kepiting rebus, bahkan sampe ke telinganya. Dia mengusap-usap tengkuknya, mencoba mengurangi rasa grogi yang dirasakannya. Dia memang selalu tidak tahan jika Zeya menatapnya seperti itu.

"Gue... Mau terus-terang sama loe. Kalau gue itu, sebenarnya udah terpesona atau mungkin jatuh cinta sama loe dari pertama kali, kita ketemu saat kita kecil dulu. Gue ga tahu apa namanya itu, soalnya kan kita masih kecil waktu itu. Tapi yang pasti, gue selalu ingin bertemu, dan dekat sama loe. Gue merasa sangat bahagia kalo udah ngelihat wajah loe yang manis. Seperti ada kupu-kupu berterbangan di atas perut gue. Bahkan gue sampe ngotot, minta ke mami supaya gue bisa satu kelas sama loe apapun caranya, supaya selalu bisa bareng terus sama loe. Waktu mami bilang, gue bisa sekelas sama loe, gue bahagia banget. Sampai rasanya gue pengin guling-guling, saking senengnya, tapi ga gue lakuin sih, soalnya waktu itu ada si rusuh Darren. Loe tahu kan abang gue yang satu itu aneh bin ajaib, jadi gue staycool aja. Makanya gue sampe nekat curi-curi nyium pipi loe." Daniel menyengir, dia malu-malu rupanya.

Sedangkan Zeya tercenung, tangan kirinya langsung memegang pipi sebelah kiri, teringat kejadian di mana Daniel tiba-tiba mencium pipi kirinya.

"Loe udah ngambil ciuman pertama gue," sahut Zeya sebal, bibirnya maju sesenti.

"Ya makanya gue mau tanggung jawab. Gue udah memendam perasaan ini sangat lama, dan entah dari kapan perasaan cinta itu terus tumbuh di hati gue. Yang pasti, yang gue rasain, kalo ternyata gue udah jatuh cinta sama loe. Dan di saat sekarang kita udah remaja, gue sebenernya selalu merasa gugup kalo deket sama loe. Jantung gue rasanya kek mau copot, gue takut ga bisa ngendaliin diri, makanya gue suka godain loe, itu biar gue ga canggung sama loe." Daniel berhenti sejenak, dia menatap Zeya dalam.

Zeya langsung salah tingkah, mengalihkan pandangannya dan mengibas-kibaskan tangannya seolah kegerahan.

"Gue kan pernah bilang sama loe, kalo gue pernah nanya ke papi, kenapa jantung gue berdebar-debar. Bahkan sangat kencang, ketika gue deket sama loe--" belum juga Daniel ngelanjutin omongannya, Zeya sudah menyela...

"Trus papi loe bilang apa?" tanya Zeya.

"Ya emang bener, seperti apa yang di bilang papi, kalo gue itu udah jatuh cinta sama loe," ucap Daniel polos

"Bwahahahahaha...." Zeya tertawa terpingkal-pingkal, tangan kanannya mengepal menutupi mulutnya, sedang tangan kirinya memegangi perut. Dia gak nyangka kalo sahabatnya itu sangatlah polos.

 Melihat Zeya tertawa, Daniel menatap Zeya dengan wajah bingung.

Zeya berdehem berkali-kali, dia sebenarnya juga gugup, syok malah.

"Kok loe malah ketawain gue gitu sih, Ze? Loe gak percaya sama gue? Gue serius ini. Dan papi bener, kalo gue emang bener-bener udah jatuh cinta sama loe. Bahkan semakin ke sini perasaan gue makin dalam sama loe," ucap Daniel dengan serius

"Uummmhh... Co cweet banget ciiih." Setelah mengatakan itu, Zeya mengangkat tangannya, menangkup jemarinya dan menumpukan dagu di atasnya. Lalu menatap Daniel, matanya berkedip kedip genit

 Daniel? Jangan ditanya. Hidungnya udah kembang kempis, wajah sampe telinganya sudah kek kepiting rebus. Dia ingin rasanya menenggelamkan dirinya ke kolam. Sayangnya di dekatnya tidak ada kolam, jadinya dia hanya bisa tersipu-sipu. Gak kuat lihat tingkah Zeya yang menurutnya sangat imut dan menggemaskan. 'Boleh ga sih gue karungin makhluk manis satu ini' monolognya dalam hati.

"Ekhemmm... Nyel gue berterimakasih, loe udah segitunya cinta sama gue, dan sedalam itu perasaan loe ke gue. Tapi kalo gue boleh minta, cintai gue yang sewajarnya aja, jangan sampe melebihi cinta loe sama Tuhan. Kita gak tahu ke depannya nanti akan seperti apa. Apalagi kita ini masih sangat muda, masih remaja malah, masih banyak yang bisa kita lakuin, ya seperti mengejar cita-cita misalnya.

Dan gue, tidak mau pacaran..." ucap Zeya.

Jdeeerrr....

Gimana ya kira kira reaksi Daniel?

...****************...

Terpopuler

Comments

ora

ora

Maunya langsung nikah?🤣🤣🤣✌️✌️✌️

2024-08-24

1

ora

ora

Tapi rasanya tuh sebel banget tau kalau digangguin gitu Niel ...

2024-08-24

1

ora

ora

Cium pipi, termasuk mengambil ciuman pertama?🤭😂

2024-08-24

1

lihat semua
Episodes
1 1. Drama Pagi Hari
2 2. Saling Perhatian
3 3. Mengungkapkan Perasaan
4 Teman Tapi Mesra
5 Keluarga Daniel
6 6. Inikah Rasanya Cinta
7 7. Kejadian Tak Terduga
8 8. Ada Apa Dengan Zeya
9 9. Kebucinan yang Hakiki
10 10. Keluarga Yang Rumit
11 11. Curhatan Biyan
12 12. Kompetisi Basket
13 13. Prasangka
14 14. Daniel Yang Galau
15 15.Ngedate Bareng Ayah
16 16.Viral
17 17. Klarifikasi
18 18. Damai
19 19. Final
20 20. Salah Paham
21 21. Ungkapan Cinta
22 22. Malam Kelulusan
23 23. Insiden
24 24. Keputusan Mami Mia
25 25. Hikmah Dibalik Insiden
26 26. Menempuh Hidup Baru
27 27. Status Baru
28 28. Makan Bersama
29 Permintaan Mami
30 30. Obrolan Bersama Ibu
31 31. Tetangga Baru
32 32. Tetangga Baru 2
33 33. Mungkinkah???
34 34. Drama Dua Garis Merah
35 35. Masih Drama yang Sama
36 36. Makan Malam Bersama
37 37. Makan Malam Bersama 2
38 38. Baby Twins
39 39. Masuk Rumah Sakit
40 40. Surprise Party
41 41. MTPA eps 41
42 MTPA eps 42
43 43. MTPA eps 43
44 MTPA eps 44
45 MTPA eps 45
46 MTPA eps 46
47 MTPA eps 47
48 MTPA eps 48
49 MTPA eps 49
50 MTPA eps 50
51 MTPA eps 51
52 MTPA eps 52
53 MTPA eps 53
54 MTPA eps 54
55 MTPA eps 55
56 MTPA eps 56
57 MTPA eps 57
58 MTPA episode 58
59 MTPA eps 59
60 MTPA eps 60
61 MTPA eps 61
62 MTPA eps 62
63 MTPA eps 63
64 MTPA eps 64
65 MTPA eps 65
66 MTPA eps 66
67 MTPA eps 67
68 MTPA eps 68
69 MTPA eps 69
70 MTPA eps 70
71 MTPA eps 71
72 MTPA eps 72
73 MTPA eps 73
74 MTPA eps 74
75 MTPA eps 75
76 MTPA eps 76
77 MTPA eps 77
78 MTPA eps 78
79 MTPA eps 79
80 MTPA eps 80
81 MTPA eps 81
82 MTPA eps 82
83 MTPA eps 83
84 MTPA eps 84
85 MTPA eps 85
86 MTPA eps 86
87 MTPA eps 87
88 MTPA eps 88
89 MTPA eps 89
90 MTPA eps 90
91 MTPA eps 91
92 MTPA eps 92
93 MTPA eps 93
94 MTPA eps 94
95 MTPA eps 95
96 MTPA eps 96
97 MTPA eps 97
98 MTPA eps 98
99 MTPA eps 99
100 MTPA eps 100
101 MTPA eps 101
102 MTPA eps 102
103 MTPA eps 103
104 MTPA eps 104
105 MTPA eps 105
106 MTPA eps 106
107 MTPA eps 107
108 MTPA eps 108
109 MTPA eps 109
110 MTPA eps 110
111 MTPA eps 111
112 MTPA eps 112
113 MTPA eps 113
114 114. MTPA eps 114
Episodes

Updated 114 Episodes

1
1. Drama Pagi Hari
2
2. Saling Perhatian
3
3. Mengungkapkan Perasaan
4
Teman Tapi Mesra
5
Keluarga Daniel
6
6. Inikah Rasanya Cinta
7
7. Kejadian Tak Terduga
8
8. Ada Apa Dengan Zeya
9
9. Kebucinan yang Hakiki
10
10. Keluarga Yang Rumit
11
11. Curhatan Biyan
12
12. Kompetisi Basket
13
13. Prasangka
14
14. Daniel Yang Galau
15
15.Ngedate Bareng Ayah
16
16.Viral
17
17. Klarifikasi
18
18. Damai
19
19. Final
20
20. Salah Paham
21
21. Ungkapan Cinta
22
22. Malam Kelulusan
23
23. Insiden
24
24. Keputusan Mami Mia
25
25. Hikmah Dibalik Insiden
26
26. Menempuh Hidup Baru
27
27. Status Baru
28
28. Makan Bersama
29
Permintaan Mami
30
30. Obrolan Bersama Ibu
31
31. Tetangga Baru
32
32. Tetangga Baru 2
33
33. Mungkinkah???
34
34. Drama Dua Garis Merah
35
35. Masih Drama yang Sama
36
36. Makan Malam Bersama
37
37. Makan Malam Bersama 2
38
38. Baby Twins
39
39. Masuk Rumah Sakit
40
40. Surprise Party
41
41. MTPA eps 41
42
MTPA eps 42
43
43. MTPA eps 43
44
MTPA eps 44
45
MTPA eps 45
46
MTPA eps 46
47
MTPA eps 47
48
MTPA eps 48
49
MTPA eps 49
50
MTPA eps 50
51
MTPA eps 51
52
MTPA eps 52
53
MTPA eps 53
54
MTPA eps 54
55
MTPA eps 55
56
MTPA eps 56
57
MTPA eps 57
58
MTPA episode 58
59
MTPA eps 59
60
MTPA eps 60
61
MTPA eps 61
62
MTPA eps 62
63
MTPA eps 63
64
MTPA eps 64
65
MTPA eps 65
66
MTPA eps 66
67
MTPA eps 67
68
MTPA eps 68
69
MTPA eps 69
70
MTPA eps 70
71
MTPA eps 71
72
MTPA eps 72
73
MTPA eps 73
74
MTPA eps 74
75
MTPA eps 75
76
MTPA eps 76
77
MTPA eps 77
78
MTPA eps 78
79
MTPA eps 79
80
MTPA eps 80
81
MTPA eps 81
82
MTPA eps 82
83
MTPA eps 83
84
MTPA eps 84
85
MTPA eps 85
86
MTPA eps 86
87
MTPA eps 87
88
MTPA eps 88
89
MTPA eps 89
90
MTPA eps 90
91
MTPA eps 91
92
MTPA eps 92
93
MTPA eps 93
94
MTPA eps 94
95
MTPA eps 95
96
MTPA eps 96
97
MTPA eps 97
98
MTPA eps 98
99
MTPA eps 99
100
MTPA eps 100
101
MTPA eps 101
102
MTPA eps 102
103
MTPA eps 103
104
MTPA eps 104
105
MTPA eps 105
106
MTPA eps 106
107
MTPA eps 107
108
MTPA eps 108
109
MTPA eps 109
110
MTPA eps 110
111
MTPA eps 111
112
MTPA eps 112
113
MTPA eps 113
114
114. MTPA eps 114

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!