Selamat membaca⬇️
***
Flashback on
Di sekolah taman kanak-kanak waktu istirahat, tampak seorang anak laki-laki bertubuh bongsor berlari-lari kecil ke arah perosotan yang ada di arena bermain. Dia bergantian bermain perosotan bersama dengan teman-temannya yang lain termasuk kedua kakak kembarnya.
Namun tak lama kemudian, terdengar suara tangis seorang anak laki-laki. Rupanya yang menangis adalah anak yang bertubuh bongsor tadi. Ternyata dia terdorong oleh salah satu temannya yang lain, sehingga menyebabkan dirinya terjatuh nyungsep di bawah perosotan. Mukanya kotor terkena pasir. Dia terus menangis sesenggukan. Terlihat di situ ada dua anak lelaki yang berusaha menenangkannya. Kemudian salah satunya berlari ke arah ruang guru.
Sementara itu seorang anak perempuan yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat kejadian, langsung bergegas mendekat ke arah anak lelaki tersebut. Dia berusaha menenangkan dan memeriksa apakah ada yang terluka atau tidak, sementara anak lelaki itu terus saja menangis.
Anak perempuan itu melihat ada beberapa luka kecil di tangan dan lututnya berdarah. Kemudian mengandengnya dan membawanya masuk ke dalam kelasnya. Sedangkan anak lelaki yang tadi berusaha menenangkan Daniel berlari menyusul ke arah ruang guru.
Sampai di dalam kelas, gadis kecil itu mendudukkan anak lelaki itu di salah satu bangku. Lalu dia mengambil kotak P3K yang selalu disediakan oleh ibunya, di dalam tasnya.
Dengan telaten dia membersihkan luka pada tangan dan lutut anak lelaki itu, dengan tissu basah hingga bersih. Lalu mengoleskannya obat merah dan salep pada luka tersebut dengan hati-hati sambil meniupinya pelan. Kemudian menutupnya dengan plaster bergambar karakter lucu.
Anak lelaki itu terdiam membisu, hanya matanya saja yang terus mengikuti setiap gerakan yang dilakukan oleh gadis kecil yang ada di depannya dengan perasaan kagum.
"Nah, sudah selesai. Nanti pasti akan cepat sembuh." Gadis kecil itu tersenyum manis, seraya tangannya mengelus pucuk kepala anak lelaki tersebut.
Anak lelaki itu tersentak, dia lalu mengangkat kepalanya. Sejenak dia terpaku, pandangannya terkunci pada wajah manis yang ada di hadapannya.
Bahkan dia hanya bisa terdiam, saat tangan gadis kecil itu menyentuh pipinya, dan mengusap airmatanya lembut. Serta membersihkan wajahnya dengan tissu basah.
Anak lelaki itu mengedip-kedipkan matanya lucu. Hatinya menghangat, serasa ada kupu-kupu berterbangan di perutnya. Dia tidak menyangka akan mendapatkan perlakuan semanis dan selembut itu dari seseorang yang belum dikenalnya. Apalagi dari seorang gadis kecil. Dia memindai wajah gadis kecil itu. Mukanya yang mungil, matanya hitam jernih, hidungnya kecil dan sedikit mancung, bibirnya tipis, manis sekali. Anak laki-laki itu benar-benar terpana. Pipinya merah merona, hingga kemudian dia tersadar oleh ucapan anak perempuan yang ada di hadapannya.
"Sudah ya, jangan menangis lagi. Anak lelaki itu tidak boleh lemah, tapi harus kuat, agar kelak menjadi orang yang hebat." Gadis kecil itu memberi semangat.
"Oh ya, namaku Zeya. Nama kamu siapa?" Zeya mengulurkan tangannya.
"Nama aku Daniel, apa kamu mau jadi temen aku?" sahut Daniel sambil terus memandang Zeya tanpa bosan
Zeya tidak menjawab, lalu tangannya mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya
"Sekarang kita berteman." Zeya memberikan sebungkus roti dan sekotak kecil susu bekalnya pada Daniel. Lalu dia mengacungkan jari kelingkingnya, Daniel menyambutnya dengan senang hati, dan segera mengaitkannya pada jari Zeya.
"Ayo dimakan, kamu pasti lapar kan, setelah menangis." Zeya menyuapkan roti ke dalam mulutnya. Daniel pun mengangguk dan memakan roti di tangannya. Mereka makan dalam diam, sesekali Zeya menyeka mulut Daniel, karena belepotan. Sepanjang waktu mereka bersama tak pernah sekalipun Daniel melepaskan pandangannya pada Zeya. Dia sangat mengaguminya selain bundanya, 'inikah namanya cinta'.
*f*lashback of
"Zeya Altafunisa Winata, kita pacaran yuk," ucap Daniel mantap. Mendadak dia menembak Zeya.
"Loe tau gak---" Belum juga Daniel lanjut ngomong, Zeya sudah menyela.
"Enggak," ucap Zeya tanpa rasa bersalah.
"Diiih... Dengerin dulu makanya, baru komen." muka Daniel merengut
"Lah... Kan tadi loe nanya. Loe tau gak? Ya gue jawab enggak. Trus salahnya di mana coba." Zeya berkata agak nyolot.
"Kok jadi loe yang nyolot gitu sih? Harusnya kan gue." Bibir Daniel maju 5 senti.
"Ck... Gitu aja ngambek. Ya udah, lanjutin gue dengerin serius." Zeya menegakkan tubuhnya, meletakkan kedua tangannya di atas meja. Lalu tangan kanannya terangkat menyangga dagunya. Dia menatap dengan sayu ke arah Daniel.
Daniel salah tingkah, tersipu-sipu, mukanya udah kayak kepiting rebus, bahkan sampe ke telinganya. Dia mengusap-usap tengkuknya, mencoba mengurangi rasa grogi yang dirasakannya. Dia memang selalu tidak tahan jika Zeya menatapnya seperti itu.
"Gue... Mau terus-terang sama loe. Kalau gue itu, sebenarnya udah terpesona atau mungkin jatuh cinta sama loe dari pertama kali, kita ketemu saat kita kecil dulu. Gue ga tahu apa namanya itu, soalnya kan kita masih kecil waktu itu. Tapi yang pasti, gue selalu ingin bertemu, dan dekat sama loe. Gue merasa sangat bahagia kalo udah ngelihat wajah loe yang manis. Seperti ada kupu-kupu berterbangan di atas perut gue. Bahkan gue sampe ngotot, minta ke mami supaya gue bisa satu kelas sama loe apapun caranya, supaya selalu bisa bareng terus sama loe. Waktu mami bilang, gue bisa sekelas sama loe, gue bahagia banget. Sampai rasanya gue pengin guling-guling, saking senengnya, tapi ga gue lakuin sih, soalnya waktu itu ada si rusuh Darren. Loe tahu kan abang gue yang satu itu aneh bin ajaib, jadi gue staycool aja. Makanya gue sampe nekat curi-curi nyium pipi loe." Daniel menyengir, dia malu-malu rupanya.
Sedangkan Zeya tercenung, tangan kirinya langsung memegang pipi sebelah kiri, teringat kejadian di mana Daniel tiba-tiba mencium pipi kirinya.
"Loe udah ngambil ciuman pertama gue," sahut Zeya sebal, bibirnya maju sesenti.
"Ya makanya gue mau tanggung jawab. Gue udah memendam perasaan ini sangat lama, dan entah dari kapan perasaan cinta itu terus tumbuh di hati gue. Yang pasti, yang gue rasain, kalo ternyata gue udah jatuh cinta sama loe. Dan di saat sekarang kita udah remaja, gue sebenernya selalu merasa gugup kalo deket sama loe. Jantung gue rasanya kek mau copot, gue takut ga bisa ngendaliin diri, makanya gue suka godain loe, itu biar gue ga canggung sama loe." Daniel berhenti sejenak, dia menatap Zeya dalam.
Zeya langsung salah tingkah, mengalihkan pandangannya dan mengibas-kibaskan tangannya seolah kegerahan.
"Gue kan pernah bilang sama loe, kalo gue pernah nanya ke papi, kenapa jantung gue berdebar-debar. Bahkan sangat kencang, ketika gue deket sama loe--" belum juga Daniel ngelanjutin omongannya, Zeya sudah menyela...
"Trus papi loe bilang apa?" tanya Zeya.
"Ya emang bener, seperti apa yang di bilang papi, kalo gue itu udah jatuh cinta sama loe," ucap Daniel polos
"Bwahahahahaha...." Zeya tertawa terpingkal-pingkal, tangan kanannya mengepal menutupi mulutnya, sedang tangan kirinya memegangi perut. Dia gak nyangka kalo sahabatnya itu sangatlah polos.
Melihat Zeya tertawa, Daniel menatap Zeya dengan wajah bingung.
Zeya berdehem berkali-kali, dia sebenarnya juga gugup, syok malah.
"Kok loe malah ketawain gue gitu sih, Ze? Loe gak percaya sama gue? Gue serius ini. Dan papi bener, kalo gue emang bener-bener udah jatuh cinta sama loe. Bahkan semakin ke sini perasaan gue makin dalam sama loe," ucap Daniel dengan serius
"Uummmhh... Co cweet banget ciiih." Setelah mengatakan itu, Zeya mengangkat tangannya, menangkup jemarinya dan menumpukan dagu di atasnya. Lalu menatap Daniel, matanya berkedip kedip genit
Daniel? Jangan ditanya. Hidungnya udah kembang kempis, wajah sampe telinganya sudah kek kepiting rebus. Dia ingin rasanya menenggelamkan dirinya ke kolam. Sayangnya di dekatnya tidak ada kolam, jadinya dia hanya bisa tersipu-sipu. Gak kuat lihat tingkah Zeya yang menurutnya sangat imut dan menggemaskan. 'Boleh ga sih gue karungin makhluk manis satu ini' monolognya dalam hati.
"Ekhemmm... Nyel gue berterimakasih, loe udah segitunya cinta sama gue, dan sedalam itu perasaan loe ke gue. Tapi kalo gue boleh minta, cintai gue yang sewajarnya aja, jangan sampe melebihi cinta loe sama Tuhan. Kita gak tahu ke depannya nanti akan seperti apa. Apalagi kita ini masih sangat muda, masih remaja malah, masih banyak yang bisa kita lakuin, ya seperti mengejar cita-cita misalnya.
Dan gue, tidak mau pacaran..." ucap Zeya.
Jdeeerrr....
Gimana ya kira kira reaksi Daniel?
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
ora
Maunya langsung nikah?🤣🤣🤣✌️✌️✌️
2024-08-24
1
ora
Tapi rasanya tuh sebel banget tau kalau digangguin gitu Niel ...
2024-08-24
1
ora
Cium pipi, termasuk mengambil ciuman pertama?🤭😂
2024-08-24
1