10 menit kemudian sampailah Daniel di rumahnya. Di sebuah komplek perumahan elit yang tidak jauh dari komplek tempat Zeya tinggal, hanya beda cluster saja.
Setelah memarkirkan motornya di garasi dia bergegas masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum," ucap Daniel ceria
"Waalaikumsalam," terdengar sahutan dari dalam.
Daniel melangkahkan kakinya ke dalam rumah, dengan senyum tak lepas di bibirnya. Di ruang keluarga nampak keluarganya sedang berkumpul lengkap. Dia lalu salim sama mami papinya, lalu kemudian melakukan tos kepada kedua abang dan adiknya.
Daniel tumbuh dan besar dalam lingkungan keluarga yang memang harmonis dan bahagia.
Daniel lahir sebagai putra ketiga dari lima bersaudara pasangan tuan Ibrahim Al Ghifari dan nyonya Almira Safitri.
Tuan Ibrahim sendiri seorang Direktur Utama di perusahaan yang dibangunnya, dan bergerak di bidang Game dan Teknologi.
Sedangkan mami Mia hanyalah ibu rumah tangga biasa namun sebelumnya beliau adalah seorang sekretaris papi Ibrahim di kantor.
Putra pertama mereka, kembar tidak identik sehingga wajah mereka tidak mirip
Mereka adalah Darrel Naratama Al Ghifari, dan Darren Narendra Al Ghifari. Keduanya sangat jauh berbeda, dari segi sikap dan sifatnya, jika si sulung Darrel lembut dan kalem, perfeksionis juga cinta kebersihan, maka kebalikannya yang ada pada Darren. Dia memiliki sifat yang ceria, ramah, dan cuek. Dia merupakan mood booster bagi keluarganya karena suka melawak.
Sedangkan si tengah Daniel Naradipta Al Ghifari, dia tak beda jauh sifatnya dari Darren kakaknya, sebelas duabelas lah. Makanya mereka sangat kompak. Jika keduanya bersama kapan dan di manapun pasti suasana rame oleh canda tawa dan tingkah keduanya. Namun yang membedakan Daniel agak sedikit manja.
Lalu yang ke empat ada Danish Nareswara Al Ghifari si gemoy yang sifatnya sedikit pemalu dan manja banget sama sang mami.
Dan terakhir ada Daffin Nararya Al Ghifari. Si jenius, anaknya rada pendiam kalo belum kenal, gayanya cool dan swag.
Kelima putra tuan Ibrahim memiliki jarak usia yang tidak terlalu jauh, Darrel dan Darren 18th usia mereka sedangkan Daniel 17th, ketiganya sama-sama duduk di kelas 12 namun beda sekolah. Kedua kakak kembar Daniel memilih SMK tempat mereka menimba ilmu, sedangkan Daniel di SMU. Danish berusia 15th sekarang duduk di kelas 9, begitu juga si bungsu Daffin sama kelas 9 meskipun usianya selisih 2th di bawah Danish. Walaupun sering ketus sama Danish, tapi dia selalu ngintilin kakaknya itu ke mana-mana, bahkan dia hanya memanggil nama saja, tanpa embel-embel kak atau abang, alasannya karena badan dia lebih tinggi dari Danish.
Mereka tidak pernah kekurangan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Karena meski sesibuk apapun dalam bekerja, papi Ibrahim selalu meluangkan waktunya untuk keluarganya
Papi Ibrahim dan mami Mia tidak pilih kasih dalam mendidik dan menyayangi putra-putranya, semua sama. Bahkan jika ada yang melakukan kesalahan beliau akan memberi hukuman dengan tegas.
"Mi... Anak bongsor mami, dari tadi mesam-mesem bae, Ren jadi ngeri deh. Apa jangan-jangan Daniel ketempelan ya, Mi?" ucapan Darren sontak membuat semuanya menoleh dan mendekat ke arah Daniel.
"Dih... Apaan sih loe Ren? Orang gue gak ngapa-ngapa juga," ketus Daniel. Kalo lagi kesel sama Darren, dia juga suka manggil nama aja ke abangnya.
"Biasa aja tuh bang, kagak panaspun." Mami Mia menempelkan punggung tangannya di kening Daniel.
"Mami,,, Kenapa jadi ikut-ikutan si Darren sih!" ucap Daniel merajuk.
"Ya, lagian loe kek orang gak waras aja, bengong sambil mesam-mesem gitu, ada apaan sih? Omon dong omon." sambil berkata Darren memainkan alisnya.
"Diiih,,,, omon-omon. Kepo loe!" sahut Daniel sewot.
"Kakak gak boleh gitu. Nanti kalo dicuekin sama bang Ren, kakak ngereog lagi." kali ini papi yang berbicara.
"Maaf," gumam Daniel lirih.
"Bang Ren, emang omon-omon apaan sih?" tanya Danish polos
"Yaelah, Mbul, loe ke mana aja sih? Perasaan kalo lagi pada nonton tivi, loe kagak pernah absen. Masa kata-kata yang lagi viral aja, loe kagak tahu," ucap Daffin julid.
Semua serentak ngetawain si gembul Danish.
"Mami... Tuh kan Mi, si Apin mulutnya," rengek Danish
"Sudah-sudah, kasihan si embul Mami, jangan dijulidin dong," ucap mami menengahi lalu merangkul pundah si embul.
"Ck... Sebenernya yang anak bontot mami tuh siapa sih? Si gembul apa Apin?" si Daffin merajuk, lalu menghampiri abang sulungnya yang dari tadi hanya jadi penonton.
"Ayo kakak, mandi sana buruan. Ini sudah pengin maghrib loh, nanti ketinggalan ke masjidnya," kata mami Mia tegas pada Daniel.
"Iya mi," sahut Daniel menurut. Dia meraih tasnya, lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Kalian juga sana siap-siap. Nanti kakak udah siap kalian malah yang belum siap." Kalau mami sudah bertitah tak ada yang berani membantah, termasuk papi juga. Lalu disusul oleh mami di belakangnya.
Sesampenya di kamar, Daniel langsung menuju kamar mandi. Buru-buru membersihkan dirinya, setelahnya mengambil wudhu. Karena sebentar lagi menjelang waktu maghrib.
Keluar dari kamar mandi dia mengganti baju koko dan memakai sarung, lalu keluar kamar. Ternyata keempat saudaranya juga sudah siap, tinggal menunggu papi Ibrahim saja.
Tak lama terdengar suara adzan maghrib, papi Ibrahim diikuti kelima putranya menuju masjid. Mereka melaksanakan sholat maghrib di masjid yang berada tidak jauh dari kediamannya.
Selesai sholat maghrib papi Ibrahim dan anak-anak tidak langsung pulang. Mereka menunggu waktu isya' sekalian. Karena biasanya selesai sholat maghrib sering ada kajian, hingga menjelang isya'.
Tak terasa waktu isya' tiba, adzan dikumandangkan, setelah iqomah para jamaah melaksanakan sholat berjamaah, dengan khusyu'.
Selesai sholat diakhiri doa bersama, papi Ibrahim beserta kelima putranya pulang ke rumah.
Divperjalanan Darren yang jail, tangannya gatal kalo tidak menjaili adik-adiknya. Maka diapun berniat menjaili Daniel, yang badannya doang gede kek beruang, tapi penakut. Ketika sampe di jalanan minim penerangan, Darren menoel pundak Daniel, dan memasang wajah aneh, sehingga ketika Daniel menoleh ke arahnya.... Daaannnn
"Aaaaaa,,,, " sontak Daniel berteriak diikuti Danish yang berada di sampingnya. Mereka berdua langsung mendusel-dusel pada papinya. Sedangkan Darren langsung ngakak.
"Papi,,, abang Ren nackal," ucap Danish lebay
"Abang Ren, gak boleh gitu dong, sayang," ucap papi Baim seraya mengelus kepala Darren.
"Diih, emang dasar mereka aja yang penakut, Pi." Bukan Darren yang menjawab melainkan si bungsu Daffin.
Tidak terima di bilang penakut, Danish langsung melompat ke punggung Daffin, dan memeluk leher adik erat-erat. Alhasil Daffin langsung misuh-misuh.
"Apaan sih loe Mbul! Badan loe berat tauk," omelnya pada Danish. Namun bukannya dilepaskan, tapi Daffin malah membawanya berlari-larian sembari menggendong kakaknya. Tentu saja Danish kegirangan, lumayanlah gak perlu pegal kakinya.
Melihat kelakuan konyol kedua adiknya, tak urung membuat Darren yang jail memiliki ide untuk melakukan hal yang sama pada Daniel, karena badannya yang tinggi besar. Maka diapun langsung nemplok ke punggung Daniel.
"Eh eh eh,,, apa-apaan ini?" serunya kaget. Namun tak lama kemudian dia membawa lari Darren, mengejar Daffin dan Danish, hingga akhirnya mereka tertawa bersama sembari berkejaran.
"Darrel mau papi gendong juga, hemmm?" tanya papi merangkul pundak putra sulungnya.
"Ya enggaklah Pi. Emangnya Rel anak kecil, yang ada Papi malah encok nanti," jawab Darrel sambil tertawa geli.
"Papi bersyukur, memiliki kalian. Semoga selalu seperti ini ya, Nak. Saling menyayangi sampe kalian dewasa kelak. Kalian adalah kesayangan dan kebanggaan kami. Semoga keluarga kita senantiasa mendapatkan rahmat dan keberkahan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala,, aamiin," ucap papi bibirnya tersungging senyum.
"Aamiin" Darrel turut mengaminkan
"Assalamualaikum," sapa mereka serempak.
"Waalaikum salam." Mami tampak celingukan.
Setelah melihat suaminya, mami Mia tersenyum, lalu meraih tangan papi Ibrahim dan menciumnya takzim. Papi lalu mencium kening mami lama. Sehingga Danish memprotesnya.
"Papi, udah dong Pi. Nanti dilanjutin di kamar aja mesra-mesraannya, kita juga mau salim, iiih," protes Danish
Papi Ibrahim hanya tersenyum kikuk. Lalu menggaruk lehernya yang tidak gatal. Selanjutnya mereka saling bersalaman.
"Cepat ganti baju sayang, kita makan malam bersama. bajunya udah mami siapin di kamar kalian masing-masing." ucap mami. Tangannya sibuk menata hidangan di meja makan.
"Ok mami,,, thank u," seru anak-anak serempak. Tak lupa mencium kedua pipi sang mami.
"Yaa,,, istri papi itu!" seru papi tak terima.
"Tapi mami kami!" seru kelima serempak.
Mami Mia hanya terkekeh dan menggelengkan kepala, melihat tingkah suami dan anak-anaknya.
Mereka menuju kamar masing-masing, dan berganti pakaian. Selesai berganti baju, mereka pergi ke ruang makan, menempati tempat duduk masing-masing.
Mami melayani papi terlebih dahulu, baru kemudian kelima putranya, urut dari si sulung hingga si bungsu. Baru setelah itu mengambil makan untuk dirinya sendiri.
Papi Ibrahim memandang penuh cinta pada istrinya. Belum tentu jika wanita lain, bisa melakukannya. Merawat dan mendidik kelima anak yang kesemuanya laki-laki dari bayi merah hingga mereka beranjak dewasa untuk kedua abang dan kakak, dan beranjak remaja untuk kedua adik. Itu tidaklah mudah. Untuk itulah dia sangat mencintai dan menghargai istrinya. Seorang istri yang begitu tulus dan penuh kasih sayang. Meski banyak godaan di luar sana, tapi untungnya papi Ibrahim cukup kuat imannya, sehingga dirinya tidak pernah goyah.
"Abang Rel, pimpin doa sayang," ucap mami Mia pada Darrel.
Darrel langsung membaca doa dan diaminkan oleh yang lain.
Mereka makan dengan lahap dan khitmad, kadang diselingi candaan. Keluarga mereka sangat sederhana, tidak ada aturan di meja makan, yang penting tetap sopan, dan tidak membahas hal-hal yang bisa mengurangi selera makan, mereka itu saja.
Selesai makan mereka membantu membawa bekas makan mereka masing-masing ke tempat cuci piring, dan langsung mencucinya. sedangkan mami membereskan meja makan. Art di sini cuma kerja bersih-bersih, dan cuci gosok jadi tidak ada yang menginap. Beres semuanya mereka berkumpul di ruang keluarga.
Darren dan Daniel sibuk berkaraoke, mereka berdua terlihat sangat kompak, bernyanyi, sambil menari ala-ala mereka. Gerakannya juga dibuat heboh. Sehingga sukses membuat seisi ruangan tertawa bersama.
Darrel sama papi satu hoby yaitu nonton bola, Daffin asyik dengan ponselnya. Sedangkan Danish, begitu mami mendudukkan dirinya di sofa, dia langsung merebahkan kepalanya di pangkuan maminya.
"Gimana gak tumbuhnya ke samping coba, habis makan ndelosor gitu. Nanti badannya gembul, ngereog deh," ucap Daffin ketus.
"Mi, waktu mengandung si Daffin dulu, mami suka makan cabe ya?" tanya Dannis manja
"Eeehmmm... Perasaan enggak deh. Emang kenapa sayang?" tanya mami.
"Habisnya mulutnya itu, kalo ngomong berasa pedaaas banget loh Mi. Kek ada cabenya aja," ucap Danish, mulutnya maju beberapa senti.
"Hahahaha.... " Darren dan Daniel datang menghampiri Danish, Darren menguyel-uyel pipinya yang gembul, sedangkan Daniel menarik bibirnya.
"Uluh uluh uluh,,,, " gumam Darren gemes
"Jiahahahaha,,,, akhirnya semua menertawakan tingkah konyol mereka bertiga.
"Itu artinya gue care sama loe, loe nya aja yang salah paham. Emang loe mau di antara kita berlima, loe sendiri yang tumbuhnya ke samping, gak ke atas?" sahut Daffin.
Daffin ini jarang ngomong, tapi sekalinya ngomong ya... mak jleb
"Nah benar tuh Nish,,,,masa kita-kita langsing begini, cuma loe doang yang.... " Darren tidak melanjutkan ucapannya. Karena Danish sudah menyela.
"Oh iya, mas lupa," sahutnya terkekeh. lalu duduk bersila di samping maminya.
"Kak Niel, gimana tadi sukses misinya?" tanya mami pada Daniel.
"Ya,,,gak gimana-gimana sih Mi. orang Zeyanya ga mau diajak pacaran. Jadi ya kami tetap seperti biasanya teman tapi mesra," jawab Daniel seadanya.
"Bwhahahahaha,,,wah-wah-wah parah loe Nyel, mendem cinta dari jaman loe piyik, sampe sekarang. Tapi tetep aja dijadiin temen. Hahahaha." Si Darren ngetawain Daniel sambil guling-guling.
"Puas loe! Puas ketawain gue. Daripada loe, jomblo!" sahut Daniel sembari melempar bantal sofa ke arah Darren. Sayangnya Darren menghindar.
"Weit,,, gak kena!" serunya masih terus tertawa.
Tak terima karena diledekin abangnya, Daniel lalu menghampiri Darren, dan memiting lehernya. Ketiga saudaranya yang lain malah bersorak, menertawakan tingkah mereka berdua. Akhirnya pergulatan dimenangkan Daniel. Ya iyalah dia yang menang, badan dia aja segede gitu, sementara Darren kecil.
Begitulah mereka selalu ada keseruan jika berkumpul.
Si gembul lagi mantengin ketiga abang dan adiknya maen.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
ora
Seru amat keluarganya Niel🥰😂
2024-08-25
1
ora
Ya , ampun. Kenapa mereka random banget sih😭😭😭🤣
2024-08-25
1
ora
Aku pun kagak tahu😌😂
2024-08-25
1