Selamat membaca⬇️
...***...
Seorang remaja tampan, berbahu lebar terlihat buru-buru, mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Ternyata itu adalah tas kecil yang berisi kotak bekal. Remaja itu bermaksud membaginya dengan sahabat sehidupnya. Siapa lagi kalo bukan Zeya, seorang gadis yang diam-diam dicintainya.
Daniel tak menghiraukan jika dari tadi ada dua orang sahabat rusuhnya yang memperhatikannya.
"Eeh, Niel. Loe mau ke mana sih? Loe ga ke kantin bareng kita nih?" tanya sahabatnya yang bernama Ridwan.
"Iya Niel. Kita udah lama loh gak nongki bareng. Loe sibuk terus, akhir-akhir ini sampe lupain kita," komentar sahabat satunya lagi yang bernama Jio.
"Sorry Bro. Gue kali ini ada misi yang harus gue lakuin, jadi doain gue berhasil ya," ujarnya kepada kedua sahabatnya.
"Yaelah... Emang apaan sih misi loe, penasaran gue?" tanya Ridwan.
"Ada deh. Nanti kalo berhasil gue bakalan kasih tahu kalian, dan gue bakal traktir kalian sampe puas. Udah ya gue duluan." Daniel berlalu meninggalkan kelas. Sementara kedua sahabatnya pun bergegas ke kantin lewat jalan berbeda.
Di sinilah Daniel menunggu di ujung lorong kelas Zeya, karena hanya jalan itu yang biasa dilewati oleh teman-teman kelas Zeya jika ke kantin.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Orang yang ditunggu akhirnya nongol juga. Begitu sudah dekat, Daniel langsung menariknya, dia tersenyum menunjukkan gigi kelincinya ke arah Zeya, tangan kirinya menenteng tas bekal.
"Haii!" Daniel menyapa dengan melambaikan tangannya. Setelah itu kembali jemarinya menggenggam jemari Zeya. Kedua temen Zeya pun membalas sapaan Daniel.
"Boleh pinjam Zeya nya gak?" Tanyanya kemudian.
Kedua temen Zeya mengangguk saja, mereka seperti terhipnotis ketampanan Daniel.
"Makasih." Daniel langsung menarik jemari Zeya, sementara Zeya menggumamkan kata maaf pada temannya, seraya menganggukkan kepalanya.
Kedua temen Zeya lantas melanjutkan langkah ke kantin.
Zeya dan Daniel kini telah duduk di salah satu bangku yang ada di taman. Mereka duduk berhadapan, di bawah meja bundar yang di tengahnya terdapat payung besar, sehingga mereka tidak kepanasan.
"Nyel... Kenapa loe ngajak ke sini? Kenapa ga di kantin aja, sih?" tanya Zeya
"Gak ah. Gue gak mau ada yang ngerecokin kita," jawab Daniel.
"Emang loe mau ngapain? Lagian siapa juga yang mau ngerecokin sih?" Rupanya Zeya masih belum peka juga.
"Udah ih, gak usah banyak nanya, sekarang kita nikmatin ini," sahut Daniel.
Dia lalu mengeluarkan kotak bekal dari dalam tas, ternyata terdapat 2 kotak. Dan berisi makanan yang berbeda, yang satu berisi onigiri berbentuk karakter lucu, sedangkan satunya berisi sushi. Tersusun rapi berbentuk hati. Ada satu kotak lagi isinya buah yang sudah dipotong, 2 kotak susu dan 1 botol air mineral. Zeya sangat antusias.
"Waaaah... Bentuknya lucu-lucu, jadi sayang buat dimakannya."
"Kok sayang, kan emang buat kita makanlah."
"Loe beli semua ini Nyel?" tanya Zeya. Tangannya lalu memegang sumpit dan mengambil satu onigiri
"Eemmm... Ini lezat sekali, seperti bikinan restoran. Loe pesan di restoran mana, Nyel?" tanya Zeya lagi sembari mulutnya sibuk mengunyah.
Daniel menggeleng, lalu berkata, "Mami gue yang bikin, katanya ini dibuat khusus untuk calon menantunya."
Zeya langsung tersedak, tangannya menggantung di udara. Dia mencoba mencerna ucapan Daniel.
Daniel gerak cepat, tangannya mengambil botol air mineral dan membukanya, lalu menyodorkan ke mulut Zeya.
"Loe ga𝚔 pa-pa?" Daniel bertanya khawatir.
Zeya tersenyum dan menggeleng. "Ehmm... So sweet banget sih mami loe, Nyel?"
Daniel merasa tersanjung, bibirnya mengembangkan senyum menawan. Namun dia seperti dihempaskan ke dasar saat mendengar ucapan Zeya selanjutnya.
"Emang siapa calon menantu mami loe Nyel? Trus dinikahinnya sama siapa?" Zeya bertanya dengan mulut penuh, sampe pipinya mengembung lucu.
Daniel menghela nafas, menatap Zeya dengan sendu. Dia gemes melihat tingkah Zeya yang menurutnya sok polos.
"Yaaa...! Loe itu lola apa memang sok polos sih, Ze? Udah tahu ini bekal gue yang bawa, trus gue makan sama loe, masih nanya, calon menantu mami itu siapa, emmhh?" Ucap Daniel pelan namun seperti menahan emosi.
Sementara Zeya tersenyum dengan pipi masih mengembung.
"Maaaaafff," ucapnya dengan mengedip-kedipkan matanya manja.
"Ze... Loe jangan bertingkah kek gitu bisa? Tolong jaga kondisi jantung gue," ucap Daniel lebay.
"Emang jantung loe, kenapa? Emang loe punya riwayat sakit jantung gitu?" tanya Zeya, gadis itu meraba dada sebelah kiri Daniel.
"Jantung gue bermasalah kalo gue deket-deket sama loe. Rasanya debarannya jauh lebih cepat dari biasanya dan itu membuat gue tersiksa," jawab Daniel. Dia meraih tangan Zeya dan menjauhkan dari dadanya. Karena satu sentuhan saja dia sudah merasa seperti tersengat listrik.
"Ya kalo gitu, loe ga usah deket-deket sama gue dong," ucap Zeya tidak peka.
"Mana bisa gue jauh dari loe, sehari aja gue gak ketemu loe, gue---"
"Trus... Loe udah periksa ke dokter?"
"Kata mami sama papi sih gak usah, takutnya nanti malah diketawain sama dokternya."
"Loh... Kok gitu?"
"Ya kan kata papi, kalo jantung kita berdetak lebih cepat ketika dekat dengan seseorang, artinya orang itu sedang jatuh cinta."
Zeya tersentak untuk sesaat, lalu menutup mulutnya dengan jemari tangannya.
"Haah...? Berarti loe dong yang lagi jatuh cinta, sama siapa? Kok gue ga tahu?"
"Iya... Gue jatuh cinta sama loe."
Zeya terdiam mematung menatap Daniel. Keduanya saling menatap, Zeya jadi salah tingkah. Kemudian dia meraih botol minum, dan meminumnya hingga setengah. Lalu membalikkan badannya membelakangi Daniel. Zeya memegang dadanya lalu meremasnya. Jujur dia sebenarnya juga merasakan jantungnya berdetak lebih cepat, tapi dia berusaha untuk mengendalikan dirinya, agar tidak kelihatan oleh Daniel. Dia menepuk-nepuk dadanya pelan untuk menghalau rasa canggungnya. Suasana hening, keduanya tak ada yang bersuara. Sampai....
Zeya membalikkan badannya kembali, setelah menguasai dirinya.
"Aaaa'...." dengan senyum mengembang dia membuka mulutnya, meminta disuapkan makanan untuk mencairkan keheningan.
Daniel terpaku sesaat, lalu dia tersenyum, dan buru-buru menyuapkan sushi ke dalam mulut Zeya.
Setelahnya gantian Zeya menyuapkan satu onigiri ke dalam mulut Daniel. Keduanya kini malah saling bersuapan, hingga 2 kotak bekal tersebut tak tersisa. Mereka berdua tertawa bersama. Lalu Daniel mengambil 1 kotak susu, dia memasukkan sedotan dan menyodorkan kepada Zeya,
"Makasih, mas Danyel, " ucap dengan manja. Lalu meminum susu tersebut.
Daniel tersenyum dan mengusap pelan pucuk kepala Zeya yang berhijab putih.
"Ze... Gue boleh tahu ga?"
"Tahu soal apa? Perasaan loe lebih tahu deh tentang gue."
"Perasaan loe ke gue, gimana?Atau loe punya seseorang yang diam-diam loe sukai selain gue?"
"Gimana gue bisa suka sama cowok lain, sementara loe yang selalu ada di sisi gue. Trus gimana mau ada cowok yang deketin gue, kalo baru mau melangkah aja loe udah pasang badan buat jagain gue."
"Ya tapi kan semua itu gue lakuin buat loe."
"Gue bisa jagain diri gue sendiri, loe ga𝚔 perlu khawatir."
"Tapi Ze... Gue... " Daniel udah pasang wajah memelas, dia memandang sendu ke arah Zeya.
"Eeehh... Loe kenapa? Apa ada yang sakit? Apa kaki loe masih sakit?" Zeya bergegas mendekati Daniel, namun tanpa sengaja malah kakinya mengenai kaki Daniel yang terkena tendangan dia tadi pagi.
"Aww...." seketika Daniel meringis menahan sakit
"Maafin gue. Gue udah nendang kaki loe. Apa masih terasa sakit?" tanya Zeya, dia terlihat khawatir. Dia duduk di samping Daniel.
"Sedikit," jawab Daniel. Dia memang masih merasakan nyeri di kakinya.
"Sini biar gue obatin," ucap Zeya
Zeya berdiri, mengambil sesuatu dari dalam saku roknya, lalu berjongkok, di bawah meja. Tangannya meraih kaki Daniel yang ditendangnya tadi, dan meletakkan di pangkuannya. Lalu dia menaikkan celana panjang Daniel perlahan sebatas lutut. Terlihat lebam dan sedikit bengkak, kemudian dia mengambil salep dari saku roknya, dan mengoleskannya dengan lembut ke bagian kaki Daniel yang lebam. Selanjutnya dia merapikan kembali celana Daniel seperti semula.
Daniel terpaku, ingatannya kembali ke masa kanak-kanak di mana dia terjatuh dari perosotan dan Zeya mengobatinya dengan telaten.
Tanpa sadar senyumnya mengembang. Dia menatap dalam ke arah Zeya yang sudah duduk kembali di hadapannya. Dia lalu meraih jemari Zeya.
"Zeya Altafunisa Winata, kita pacaran yuk!" Daniel nembak Zeya.
Bagaimana respon Zeya, dan apa yang akan terjadi selanjutnya?
Nantikan kelanjutannya....
****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
ora
Punya sahabat kayak Daniel enak juga ya🤭🥰🥰
2024-08-24
1
ora
Calon mantu nggak tuh🤭🤣
2024-08-24
1
ora
Sok minta izin kamu Niel🤭
2024-08-24
1