Selamat membaca ⬇️
***
Senyum Daniel seketika luntur, bahunya luruh ke bawah, dia merasakan seperti kakinya tidak berpijak. Dia menatap Zeya, dengan mata berkaca-kaca, dia tidak menyangka bakal ditolak. Cinta yang selama ini dipupuknya, harus layu sebelum berkembang. Ambyar berserakan, hatinya hancur. Dia meremat dadanya, lalu menundukkan kepala, tak mau Zeya melihatnya cengeng.
Zeya meraih tangan Daniel dan menggenggamnya.
"Gue emang gak mau pacaran sama loe, tapi bukan berarti gue gak mau sama loe. Selama ini loe sadar ga sih, kalo cuma loe temen cowok yang deket sama gue? Dan gue juga membatasi interaksi dengan tidak sembarangan bersentuhan terutama sama cowok. Harusnya dari situ loe udah paham Nyel,"
"Gue bukannya gak tahu sih, kalo loe menyimpan rasa ke gue, tapi emang gue yang berusaha membentengi hati gue supaya gak terlalu berharap apalagi bergantung sama loe. Gue takut kecewa, gue takut kalo harapan gue gak sesuai dengan kenyataan. Jadi, jika memang loe bener-bener tulus sama gue, mari kita berkomitmen untuk saling menjaga hati kita, dan tidak akan mudah untuk berpaling apapun rintangannya,"
"Loe tahu kan, gimana keluarga gue. Ayah dan ibu katanya saling mencintai, tapi akhirnya harus berpisah, Loe tahu, gue merasa takut akan mengalami nasib yang sama seperti ibu gue." Tak terasa airmata Zeya mengalir. Dia selalu emosional jika bicara tentang ibunya.
Daniel mengangkat wajahnya, mencoba mencerna ucapan sahabatnya. Dia seperti mendengar sebuah harapan. Dia mengulurkan tangan yang satunya dan membalas menggenggam tangan Zeya. Kini tangan mereka saling bertautan. Senyumnya kembali terbit. Lalu dirinya bicara dengan serius.
"Ze... Loe bisa percaya sama gue, sampe saat ini gue selalu jaga hati gue buat, loe. Dan gak akan pernah sedikitpun untukku berpaling pada yang lain. Loe itu masa lalu gue, sekaligus masa depan gue. Dan dunia Daniel adalah Zeya," ucap Daniel dengan mantap.
Dia mengeluarkan sepasang cincin perak, lalu menyematkannya ke jari telunjuk Zeya sebelah kanan. Kemudian ia melakukan hal sama seperti yang dilakukannya pada Zeya, yaitu menyematkan cincin di jari telunjuk kanannya.
"Sengaja gue sematkan di jari telunjuk, karena jari manisnya khusus buat cincin pernikahan kita nanti," lanjutnya dengan senyum yang sangat menawan di mata Zeya.
Zeya sendiri benar-benar sudah tak mampu berbuat apa-apa. Dia diam dan menurut, sembari menutup mulutnya yang menganga, dengan jemari kirinya.
"Nyel, ini loe serius?" tanya Zeya cengo.
"Apa gue terlihat main-main emmm? 13 belas tahun kita tumbuh bersama, bahkan kalau dikalkulasi, mungkin waktu gue lebih banyak sama loe. Semua itu gue lakuin, karena gue pengin lihat loe bahagia, gue pengin loe tidak merasa kesepian lagi. Dan entah sejak kapan, loe sudah me....."
Belum juga Daniel meneruskan ucapannya, Zeya sudah mewek. Tiba-tiba merasa melow, entah kenapa seolah dia merasa menjadi orang paling beruntung di dunia. Mendapatkan seorang sahabat yang sangat peduli padanya. (lebih tepatnya sahabat rasa pacar sih) Selalu ada di saat dia membutuhkan. Ingin rasanya dia memeluk Daniel untuk meluapkan perasaanya, tapi itu tidak mungkin dilakukannya karena bukan muhrim. Dia semakin sesenggukan, bahunya saja sampai bergetar.
"Kenapa loe seperti ini Nyel? Apa yang istimewa dari gue? Gue hanya seorang gadis biasa, gue dari keluarga broken home, hubungan keluarga gue juga rumit. Bahkan loe gak tahu kan kalo gue, adalah anak yang gak pernah diinginkan oleh keluarga ayah gue. Terutama nenek gue, karena gue terlahir sebagai anak perempuan. Gue gak pernah dianggap. Lalu... Apa yang membuat loe milih gue?" Zeya berkata dengan terisak.
Daniel berdiri, dia menggeser duduknya di samping Zeya, lalu merengkuh tubuh mungil Zeya. Daniel mengusap bahu sahabatnya itu. Setelah Zeya mulai tenang Daniel lalu melepaskan rengkuhannya, menghadapkan tubuhnya ke arah Zeya, dia mengusap airmata dengan penuh kelembutan.
"Loe mau tahu kenapa?"
Zeya mengangguk pelan. Dan menatap Daniel sendu.
"Karena mencintai loe tak perlu alasan," ucap Daniel mantap. Dia menatap Zeya lembut.
Kemudian dia melihat jam tangannya
"Ya udah yuk kita masuk, bentar lagi bel. Loe gak mau kan, kalo sampe telat masuk kelas," ucap Daniel pelan. Dia lalu membereskan kotak bekal yang dibawanya.
Sementara Zeya, dia hanya bisa mengangguk, lalu merapikan penampilannya. Mengelap mukanya dengan tissu basah, setelah beres dia pun beranjak.
Daniel meraih tangan Zeya, menautkan jemarinya. Mereka saling menggenggam, berjalan menuju kelas, sesekali mereka saling berpandangan, lalu tersipu malu.
"Jadi apa status kita sekarang?" tanya Daniel
"Ya tetap seperti biasanya, toh orang lain menganggap bahwa kita selama ini memang pacaran kan? Jadi ya gak ada yang berubah, teman tapi mesra," jawab Zeya.
"Ok, loe punya gue, udah gue tandai," ucap Daniel dengan suara deepnya tepat di telinga Zeya.
Sedangkan Zeya langsung gelagapan, mukanya merona. Tak terasa mereka sudah sampe di depan kelas Zeya.
"Udah sana masuk kelas loe, bentar lagi bel tuh," usir Zeya
"Tungguin loe masuk dulu, baru gue masuk kelas gue," sahut Daniel
"Ya udah." Zeya malangkahkan kakinya ke dalam kelas, lalu membalikkan tubuhnya.
"Nih gue udah masuk. Sana masuk kelas loe!" usirnya lagi
Daniel tidak menjawab dia berjalan mundur, mengangkat tangan kanannya, lalu menyatukan kedua jemari tangannya, hingga membentuk anda love. dia kemudian bergegas menuju kelasnya. Hatinya bahagia, dia terus saja tersenyum. Tidak menghiraukan tatapan aneh teman-temannya.
Jam pelajaran terakhir berakhir, ketika bel berbunyi tanda pulang. Daniel sudah nongol di depan kelas Zeya. Begitu melihat Daniel, Zeya lalu pamit pada kedua temannya.
"Guys... Gue pulang duluan ya. Kalian juga langsung pulang, jangan kelayapan, nanti orangtua kalian nyariin." Zeya pamit pulang dan mewanti-wanti kedua temannya agar pulang juga.
"Beres.. Loe gak usah khawatir, nanti kita juga mau langsung pulang kok," sahut Sania sembari mengacungkan jempolnya.
Zeya menghampiri Daniel.
"Yuuuk!" ajaknya kepada Daniel
Setelahnya mereka berjalan bersama menuju parkiran.
Sampe di parkiran Zeya merogoh tasnya, dia mengeluarkan sapu tangannya, lalu mengelap keringat membasahi wajah dan leher Daniel dengan lembut.
"Loe dari sih Nyel? Kok bisa sampe keringetan begini?" tanya Zeya.
"Tadi kan gue lari-larian, takutnya loe udah keluar kelas duluan," jawab Daniel cuek.
"Tuhkan muka loe jadi merah gini." Zeya mengeluarkan satu lembar masker untuk Daniel.
"Nih pake masker, biar gak makin merah muka loe, kena sinar matahari," ucap Zeya menyerahkan marker pada Daniel.
Zeya memakai helmnya
"Eemmm... Kakinya masih terasa nyeri gak? Kalo iya, biar gue yang bawa motornya aja," ucapnya menawarkan diri.
"Udah ga sakit kok, makasihnya udah diobati," sahut Daniel disertai senyuman manis.
Daniel mengantar Zeya sampe ke rumahnya.
"Loe mau mampir dulu gak?" tanya Zeya pada Daniel.
"Keknya gak usah deh," sahut Daniel menolak tawaran Zeya.
"Ya udah, kalo gitu loe hati-hati ya," ucapnya seraya mengeluarkan sesuatu dari saku roknya.
"Nih, buat loe. Olesin ke kaki loe yang lebam tadi, biar cepat sembuh. Dan loe bisa beraktivitas lagi tanpa nyeri di kaki loe," ucapnya lagi seraya menyerahkan salep pada Daniel.
Mendapatkan perhatian kecil seperti itu, Daniel merasa terharu, hatinya menghangat, berasa ada kupu-kupu beterbangan di perutnya. Jantungnya berdebar kencang.
Dia menatap Zeya dengan nanar. 'inikah rasanya cinta' gumamnya dalam hati
Ingin rasanya dia memeluknya, mendekapnya erat, dan menyalurkan segenap perasaan yang selama ini dipendamnya. Tapi itu tidak mungkin dilakukannya, dia tidak berani. Masih sayang pada dirinya sendiri, tidak mau kejadian tadi pagi terulang, masih ngilu kalo ingat.
Takut tidak bisa mengendalikan dirinya, akhirnya Daniel pamit pulang.
"Gue pulang ya, terimakasih." ucapnya tersenyum manis berusaha menetralkan debaran jantungnya.
"Hmm, hati-hati di jalan ya," sahut Zeya lirih, dia juga merasakan jantungnya berdebar dengan kencang. Dia menunggu Daniel sampe menghilang dari hadapannya. Lalu dia meraba dadanya sebelah kiri .
"Ada apa sih sama gue? Kenapa akhir-akhir ini jantung gue juga selalu berdebar-debar dengan kencang, kalo ngelihat senyuman Daniel? Apa bener kalo gue, juga punya masalah dengan jantung gue, kayak Daniel?" Zeya meremas dadanya pelan, menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Itu tandanya Zeya juga sudah jatuh cinta sama Daniel," bisik ibu Safira tepat di telinga Zeya. Entah darimana dan kapan datangnya, tiba-tiba ibunya sudah berada di belakangnya.
Zeya membalikkan badannya
"Ibuuuuu... " Zeya tersipu malu, lalu kemudian berlari masuk ke dalam rumah.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
ora
Mampir sampai sini dulu, ya Bu. Habis batre😂
/Rose//Rose/ untuk Ibu ....
2024-08-24
1
ora
Ngemilmu gula ya Niel. Manis amat😭😭😭
2024-08-24
1
ora
Udah pasang cincin😩🤧🤧🤧
2024-08-24
1