Ajari Aku Apa Itu Cinta

Ajari Aku Apa Itu Cinta

Keberanian

“Apa yang harus ku lakukan? Kenapa pembaca ingin aku menulis kisah cinta? Aku saja tak pernah tau apa itu cinta? Menjalankannya saja tak pernah.”

"Arghh."

Keluh seorang gadis sambil memegangi kepalanya karena frustasi dengan permintaan pembaca yang baru saja di terimanya. Larasati Dwi, seorang gadis lugu yang memiliki hobi menulis dan tak pernah miliki kisah di dunia percintaan. Ia benar-benar kehilangan ide untuk bisa membuat cerita seperti itu. Larasati sudah pernah mencoba untuk menolaknya, namun apa yang terjadi hanyalah sia-sia. Ia malah mendapatkan cibiran kalau dirinya tak bisa berusaha dan mencari cerita baru. Para pembaca cenderung bosan dengan cerita petualangan yang sering ditulisnya itu. Sesekali pembaca juga ingin tahu tentang kisah cinta si penulis, katanya.

Larasati memilih menutup laptopnya dan beralih ke ponsel genggamnya. Ia membuka akun Instagram miliknya untuk melihat sesuatu yang menarik disana. Postingan dari seorang yang sering ia tunggu-tunggu akhirnya muncul kembali. Postingan dari seorang laki-laki yang ditaksirnya sewaktu SMK dulu. Laki-laki tersebut bernama Dika, Putra Mahardika lengkapnya. Jujur Larasati sudah mengikuti akun instagramnya karena ia mengagumi sosok lelaki ini. Parasnya yang tampan bakatnya yang luar biasa tentu membuat semua orang akan menyukainya.

Mendadak ide gila muncul dari pikirannya. Ia tanpa sadar memencet tulisan untuk mengirim pesan di akun milik lelaki tersebut. Ia mengumpulkan sejuta keberanian dari dalam dirinya untuk bisa mengirim pesan yang tak pernah ia tulis sebelumnya.

Awal permulaan, ia mengetik.... "Hai lama tak bertemu! Apa kabar dirimu?" untuk sekedar basa-basi terlebih dahulu karena dirinya masih ragu dengan apa yang dilakukannya itu.

Melihat tak ada jawaban ia menulis kembali. "Aku hanya ingin meminta bantuan padamu entah kau mau membantuku atau tidak itu terserah padamu. Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya apa kau memiliki seorang pacar? Jika tidak maukah kau mencobanya dengan ku?'"

"Ya ampun apa yang ku tulis ini mana mungkin ia tak memiliki pacar. Gila bener-bener gila mumpung belum di balas sebaiknya aku batalkan saja, monolog Larasati sambil menggigiti kukunya.

"Tunggu tunggu tapi bagaimana cara membatalkannya ah sudah terkirim pula."

Gelisah kini yang ia rasakan ingin membatalkan pesan tersebut tapi ia tak tahu bagaimana caranya. Terlebih lagi pesan uang ia tulis sudah terlanjur terkirim ke pihak lawan. Larasati semakin frustasi dan menggila. Adeknya yang ada didepannya tak tau jika kakaknya sedang menggila saat ini. Sebuah earphone untung saja menyumbat telinga adeknya yang manja itu.

Ting

"Apa ini? Ia membalasnya?" Kaget Larasati seketika. Dengan segera ia melihat balasan pesan tersebut.

"Hai juga, kenapa kau bertanya tentang itu padaku?" isi balasan tersebut. Larasati menarik nafas dan mulai untuk membalasnya kembali.

"Aanu begini aku memiliki kesulitan dalam menulis seorang pembaca ingin meminta ku untuk menulis kisah cinta tapi masalahnya aku tak pernah memilikinya. Apa kau mau membantuku untuk mengajari aku apa itu cinta?" ketiknya.

Ting. Lelaki tersebut dengan cepat membalasnya

"Ia membalasnya lagi," ucapnya.

"Aku tak tau bisa membantu mu atau tidak. Jika bisa besok kita bertemu saja untuk membahas masalah ini," katanya dalam balasan.

"Namamu Larasati kan?" tanyanya.

"Iya," ketik Larasati singkat.

"Baiklah kau datanglah besok ke Cafe Young dekat Prapatan aku akan menemui mu disana," ujarnya.

"Dia mengajak ketemuan pada akhirnya aku harus balas apa?" gumam Larasati bingung karena mendadak malah mendapat tawaran seperti itu. Ini pertama kalinya mereka bisa bertemu satu sama lain. Apa Larasati sanggup menerima ajakannya itu?

"Iya sajalah." Larasati hanya bisa membalasnya dengan kata singkat “Ya” karena bingung ingin membalasnya.

...--------❤️-------...

Diseberang tempat, sesosok laki-laki menampilkan senyuman kecilnya saat membaca pesan dari ponselnya. Seorang itu adalah Putra Mahardika, bekerja di salah satu perusahaan IPTEK di Jakarta yang kebetulan sedang berlibur dan pulang ke kampung halamannya. Tempat tinggal Dika dan Larasati tidaklah jauh. Mereka berdua hanya berbeda daerah saja namun berasal dari kota yang sama.

"Larasati, sepertinya aku pernah mendengarnya dulu," monolognya berpikir.

Ia lalu mengambil buku kenangan sewaktu dirinya SMK dan dicarilah nama Larasati. Ia pun menemukannya.

"Anak kelas akuntansi, dia cukup menarik juga." Ia kembali menampilkan senyuman saat melihat foto gadis yang bernama Larasati itu di album kenangan.

"Sekarang dia seorang penulis, itu yang ia bilang kan tadi. Semakin penasaran aku dengannya," ucapnya sambil menuju ke tempat tidurnya.

"Larasati, sampai jumpa besok," ucapnya lagi sebelum dirinya benar-benar terlelap dalam tidurnya.

Kembali ke rumah Larasati, di kamarnya. Ia sedari tadi mondar-mandir layaknya setrikaan setelah mengakhiri percakapan dengan Dika tadi.

"Apa yang harus kulakukan besok aku belum siap untuk ketemu dengan nya. Masa bodo lah aku temui besok apa adanya saja," ucapnya bergumam sendiri.

Bugh. Sebuah bantal melesat mengenai dirinya. Seketika aksi mondar-mandir yang ia lakukan akhirnya berhenti.

"Apaan sih dek, sakit tau?" reflek Larasati kesal sambil menatap adiknya.

"Kakak tuh yang apaan jalan mondar-mandir kaya setrikaan, ganggu tau," balas adeknya yang juga kesal.

"Maaf maaf kakak kembali ke kasur kakak, sensi bener dah," ucap Larasati akhirnya mengalah dan memilih kembali.

"Kakak lebih baik ngelakuin yang lainnya aja deh tapi jangan tidur aku belum ngantuk," kata sang adek sambil memperingati kakaknya.

"Pokoknya Kakak harus temenin aku begadang," imbuhnya lagi.

"Iya iya tapi kalau kakak ngantuk kakak tidur duluan ya," balas sang kakak.

"Gak boleh," sergah sang adek langsung.

"Hem terserah lah, aku tidur aja dia juga kagak tau," ucap Larasati memilih tak mempedulikannya lagi.

Salma Wulandari, adik satu-satunya yang sangat manja. Ia adalah gadis remaja yang sedang menduduki bangku SMA saat ini. Salma anak yang cerdas tak seperti kakaknya yang menganggur tak ada kerjaan dirumahnya. Sehar-hari Larasati hanya menghabiskan waktunya dengan berbagai rangkaian kata. Tak pernah sesekali keluar dan bahkan ia mungkin tak memiliki seorang teman saat ini. Semenjak lulus dari SMK ia tak pernah mempunyai teman lagi semua sudah pergi mengejar impiannya masing-masing.

Salma, adiknya ialah salah satu teman plus saudara yang selalu menemaninya. Ya walaupun anak yang satu ini kadang kerap membuat sang kakak naik darah karena sikapnya yang manja dan penakut itu.

"Kak, jangan tidur," panggilnya lagi untuk memperingati sang kakak agar tak tidur.

"Aku tak tidur," jawab Larasati lirih yang memang dirinya sudah mengantuk berat.

Panggilan satu dua masih bisa di jawab oleh sang Kakak namun panggilan berikutnya kakaknya sudah berada di dunia lain dan sudah tertidur pulas. Salma yang penakut langsung mengakhiri belajarnya dan memilih tidur sambil menutupi dirinya menggunakan selimut ke seluruh tubuhnya.

Larasati yang belum terlelap betul sebenarnya hanya tersenyum mengetahui tingkah adeknya itu. Ia pun akhirnya ikut melanjutkan tidurnya dan melupakan apa yang akan dilakukannnya besok ketika bertemu dengan seorang lelaki yang ditaksirnya sampai sekarang.

Bersambung.....❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ●Maldini

◌ᷟ⑅⃝ͩ●Maldini

aku hadirrr di cerita Larasati🙏🤗

2024-05-05

1

🧡⃟ᴄᴇͫɢᷲɪᷝʟᷲ ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥

🧡⃟ᴄᴇͫɢᷲɪᷝʟᷲ ⍣⃝ꉣꉣ𝓐𝔂⃝❥

waah kisah yang bagus ini

2024-04-28

2

Ñůŕšý

Ñůŕšý

pengacara sibuk nulis sama main GC ya Thor🤣🤣🤣

2024-03-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!