Pagi hari akhirnya datang, Larasati yang masih mengantuk memilih melanjutkan tidurnya setelah sholat subuh. Sementara sang adik sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan siap untuk berangkat. Larasati terbangun karena teringat dengan janji temunya siang nanti. Ia masih bingung ingin pergi menemuinya atau tidak. Tapi bagaimana pun ia tetap harus menemuinya karena ia membutuhkannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Ia sangat malas untuk mandi pagi saat ini. Kadang ia harus mendapatkan ceramah pagi dari sang ibu yang selalu menyuruhnya untuk bangkit dari kasur, melaksanakan tugas rumah baik nyapu atau yang lainnya. Jika tak malas ia akan langsung mengerjakan jika tidak, ia akan memilih untuk menonton drama sampai siang. Pengecualian untuk hari ini dan kedepannya karena Larasati dipastikan akan bangun dan mandi awal untuk melakukan misi demi menulisnya.
Sekarang Larasati sudah rapi dengan pakaian kasualnya tak usah rapi-rapi menurutnya dandan apa kadarnya saja asal masih sopan. Sang ibu yang baru saja pulang dari tempat sayur, heran melihat putrinya sudah rapi dan siap berangkat.
"Tumben sudah rapi, mau kemana kamu?" tanya sang ibu.
"Hehe, ada urusan sebentar, aku pamit dulu ya Bu," jawabnya cengengesan sambil memasang helm di kepalanya.
"Gayanya ada urusan, biasanya juga masih di kasur," sindir sang ibu tajam.
"Adalah pokoknya, aku berangkat dulu," pamit Larasati lagi.
"Sudah sarapan?" tanya ibunya sebelum anaknya benar-benar melesat pergi.
"Nanti saja," jawabnya sambil menekan gas motornya.
Disepanjang jalan, Larasati masih memikirkan nasibnya nanti saat bertemu dengan sang pujaan hati. Ia akan bicara apa nanti, bisa dibilang ia tak pernah keluar untuk bertemu seseorang selama ini. Jujur Larasati adalah seorang introvet yang takut jika bertemu dengan seorang yang baru. Dika bukan lah orang baru sih tapi sudah berapa abad tak bertemu pasti akan menimbulkan rasa canggung diantara keduanya nanti.
...--------❤️--------...
Akhirnya Larasati sampai di Young Cafe depan Prapatan. Ia memarkirkan motornya sebelum ia masuk ke dalam. Awal masuk ia bingung karena baru pertama kali ke cafe tersebut. Kata orang cafe tersebut terkenal di kalangan anak muda. Isinya saja anak-anak remaja sekolah dan para mahasiswa yang suka tongkrongan. Larasati berasa tua karena merasa tak cocok untuk memasuki tempat tersebut. Umur Larasati emang baru 24 tahun tapi tetap saja ia merasa tua dengan penampilan dirinya saat ini. Bahkan ia berpikir mengubah nama kafenya menjadi Old Cafe. Larasati cengengesan sendiri sampai tak sadar banyak mata yang memandangi dirinya.
Larasati berjalan dan memilih tempat duduk di lantai atas dekat jendela. Kata orang pemandangan dari atas cafe terlihat sangat cantik, sebab itulah ia memilih duduk di situ.
Larasati menunggu sambil mendengarkan musik yang sedang diputar cafe tersebut. Lagu dari penyanyi asal Korea, Bol4 yang berjudul Some terdengar sangat enak ditelinga, sampai ia tak sadar akan kehadiran sosok seorang dari belakangnya.
"Sudah lama menunggu?" Larasati terkejut dan langsung menengok, namun alangkah terkejutnya mata mereka menjadi saling pandang dan membuat Larasati menelan salivanya. Sosok lelaki tersebut hanya tersenyum padanya lalu berjalan duduk di depannya.
"Hai kau Larasati kan?" sapanya bertanya.
"Apa-apaan tadi mengejutkan ku saja," gumam Larasati sambil memegangi dadanya.
"Hei kau tak apa?" Dika bertanya kembali karena melihat tingkah Larasati yang sedikit aneh.
Larasati bingung, "Tak apa tak apa," jawabnya.
Dika tersenyum kembali. "Namamu Larasati kan seharusnya sih benar," tanyanya.
"I-iya ini aku Larasati," jawabnya langsung menyerobot minuman yang baru saja tiba.
"Kau kemarin meminta ku untuk menjadi pacarmu kan?" tanyanya membuat Larasati menjadi tersedak.
Uhuk uhuk uhuk
"Ini bukan serius aku hanya meminta mu untuk mengajari ku soal percintaan saja. Kau pasti banyak memiliki kisah itu kan?" jawab Larasati setelah batuknya reda.
Dika tertawa kecil, "Kau tau darimana aku memiliki banyak pengalaman tentang cinta?"
"Dilihat dari tampang mu seharusnya kau populer dikalangan wanita."
"Termasuk dirimu," tebaknya iseng.
"Hah tidak." Larasati langsung menyangkalnya.
"Benarkah?" Tiba-tiba ia memajukan wajahnya hingga dekat dengan wajah Larasati. Lagi-lagi jantung Larasati dibuat tremor olehnya.
Larasati yang sadar langsung memundurkan badannya ke belakang.
"Kau lebih baik katakan apa yang harus dilakukan saat pacaran," suruhnya sambil menunjuk Dika untuk melupakan yang baru saja terjadi.
"Ya begini," jawab Dika santai.
"Hah." Larasati memiringkan kepalanya.
"Makan, jalan nonton bareng kan begitu," lanjutnya.
"Iya setahu ku begitu tapi yang lebih mendalam gitu, ini demi novel ku supaya laris," kata Larasati sedikit terburu-buru.
"Cepat katakan aku akan mencatatnya," suruhnya pada Dika.
Dika menghela nafasnya. Ia melihat Larasati sedikit terburu-buru dan tak menikmati waktunya bersama dirinya. Tanpa berpikir panjang, saat Larasati hendak mengeluarkan buku dan pena kecilnya. Ia langsung menarik tangannya untuk mengajaknya ke suatu tempat.
"Tunggu mau kemana?" tanya Larasati.
"Katanya ingin tahu apa itu cinta atau pacaran? Kalau mau tau ayo ikut denganku," jawab Dika sambil terus memegang tangan Larasati.
Sekarang mereka berdua sudah keluar dari cafe dan hendak pergi ke suatu tempat. Dika menyodorkan helm untuk di pakai oleh Larasati. Namun Larasati hanya diam dan membuat Dika menjadi turun tangan untuk memasangkan helm ke kepala Larasati.
"Heh apa yang kau lakukan?" reflek Larasati kaget.
"Pakai ini dan naiklah," suruhnya sambil membantu mengencangkan pengaman yang sudah dipakai Larasati.
"Lalu motorku bagiamana?" tanya Larasati kembali.
"Tak apa tak akan hilang juga kok," jawab Dika santai sambil menaiki motornya.
"Tapi...." Larasati tampak enggan meninggalkan motor kesayangannya sendirian di depan cafe. Ia takut motor satu-satunya itu akan hilang namun kata Dika motor tersebut akan aman karena keamanan cafe sangat terjamin.
Dika memberikan kode pada Larasati untuk segera naik ke motor miliknya. Larasati berhenti memikirkan tentang motornya dan naik ke atas motor yang cukup susah dinaiki itu. Ia percaya pada Dika kalau tak akan terjadi apa-apa pada motornya itu jika ditinggal terlalu lama.
Motor dinyalakan oleh Dika dan siap berangkat. "Pegangan!" suruhnya pada Larasati
"Hah." Larasati lagi-lagi terkejut.
"Pegangan jika tak ingin jatuh," jelasnya.
"Oh iya," jawab Larasati sambil mencari benda untuk di jadikan pegangan.
"Kau ini budeg atau apa?" kesal Dika karena tangan Larasati tak mengerti dengan apa yang di ucapkannya.
Melihat tangan Larasati tak ada di pinggangnya, ia pun menarik tangan Larasati agar memeluk pinggang nya dan itu membuat jantung Larasati kembali berdegup kencang tak karuan. Dika tersenyum puas dan langsung melajukan motornya. Larasati sepanjang jalan terus memegangi pinggang Dika seperti perintahnya. Ia berniat melepaskan pegangannya namun lagi dan lagi Dika terus menariknya agar tetap berpegangan pada pinggangnya itu.
Bersambung....❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤
gercep dika🤭😄
2024-02-18
1
〈⎳ 𝐕⃝⃟🏴☠️𝐐ᵁᴱᴱᴺPacal
kela, memintaku untuk menjadi pacarku? 🤔
2024-02-10
2
🎀🤎⃟ ♔↬sᷠ͜aⷷs̰ᷠa̰ᷛ↫❀∂я
semangat terus
2024-02-01
3