NovelToon NovelToon

Ajari Aku Apa Itu Cinta

Keberanian

“Apa yang harus ku lakukan? Kenapa pembaca ingin aku menulis kisah cinta? Aku saja tak pernah tau apa itu cinta? Menjalankannya saja tak pernah.”

"Arghh."

Keluh seorang gadis sambil memegangi kepalanya karena frustasi dengan permintaan pembaca yang baru saja di terimanya. Larasati Dwi, seorang gadis lugu yang memiliki hobi menulis dan tak pernah miliki kisah di dunia percintaan. Ia benar-benar kehilangan ide untuk bisa membuat cerita seperti itu. Larasati sudah pernah mencoba untuk menolaknya, namun apa yang terjadi hanyalah sia-sia. Ia malah mendapatkan cibiran kalau dirinya tak bisa berusaha dan mencari cerita baru. Para pembaca cenderung bosan dengan cerita petualangan yang sering ditulisnya itu. Sesekali pembaca juga ingin tahu tentang kisah cinta si penulis, katanya.

Larasati memilih menutup laptopnya dan beralih ke ponsel genggamnya. Ia membuka akun Instagram miliknya untuk melihat sesuatu yang menarik disana. Postingan dari seorang yang sering ia tunggu-tunggu akhirnya muncul kembali. Postingan dari seorang laki-laki yang ditaksirnya sewaktu SMK dulu. Laki-laki tersebut bernama Dika, Putra Mahardika lengkapnya. Jujur Larasati sudah mengikuti akun instagramnya karena ia mengagumi sosok lelaki ini. Parasnya yang tampan bakatnya yang luar biasa tentu membuat semua orang akan menyukainya.

Mendadak ide gila muncul dari pikirannya. Ia tanpa sadar memencet tulisan untuk mengirim pesan di akun milik lelaki tersebut. Ia mengumpulkan sejuta keberanian dari dalam dirinya untuk bisa mengirim pesan yang tak pernah ia tulis sebelumnya.

Awal permulaan, ia mengetik.... "Hai lama tak bertemu! Apa kabar dirimu?" untuk sekedar basa-basi terlebih dahulu karena dirinya masih ragu dengan apa yang dilakukannya itu.

Melihat tak ada jawaban ia menulis kembali. "Aku hanya ingin meminta bantuan padamu entah kau mau membantuku atau tidak itu terserah padamu. Tapi sebelum itu, aku ingin bertanya apa kau memiliki seorang pacar? Jika tidak maukah kau mencobanya dengan ku?'"

"Ya ampun apa yang ku tulis ini mana mungkin ia tak memiliki pacar. Gila bener-bener gila mumpung belum di balas sebaiknya aku batalkan saja, monolog Larasati sambil menggigiti kukunya.

"Tunggu tunggu tapi bagaimana cara membatalkannya ah sudah terkirim pula."

Gelisah kini yang ia rasakan ingin membatalkan pesan tersebut tapi ia tak tahu bagaimana caranya. Terlebih lagi pesan uang ia tulis sudah terlanjur terkirim ke pihak lawan. Larasati semakin frustasi dan menggila. Adeknya yang ada didepannya tak tau jika kakaknya sedang menggila saat ini. Sebuah earphone untung saja menyumbat telinga adeknya yang manja itu.

Ting

"Apa ini? Ia membalasnya?" Kaget Larasati seketika. Dengan segera ia melihat balasan pesan tersebut.

"Hai juga, kenapa kau bertanya tentang itu padaku?" isi balasan tersebut. Larasati menarik nafas dan mulai untuk membalasnya kembali.

"Aanu begini aku memiliki kesulitan dalam menulis seorang pembaca ingin meminta ku untuk menulis kisah cinta tapi masalahnya aku tak pernah memilikinya. Apa kau mau membantuku untuk mengajari aku apa itu cinta?" ketiknya.

Ting. Lelaki tersebut dengan cepat membalasnya

"Ia membalasnya lagi," ucapnya.

"Aku tak tau bisa membantu mu atau tidak. Jika bisa besok kita bertemu saja untuk membahas masalah ini," katanya dalam balasan.

"Namamu Larasati kan?" tanyanya.

"Iya," ketik Larasati singkat.

"Baiklah kau datanglah besok ke Cafe Young dekat Prapatan aku akan menemui mu disana," ujarnya.

"Dia mengajak ketemuan pada akhirnya aku harus balas apa?" gumam Larasati bingung karena mendadak malah mendapat tawaran seperti itu. Ini pertama kalinya mereka bisa bertemu satu sama lain. Apa Larasati sanggup menerima ajakannya itu?

"Iya sajalah." Larasati hanya bisa membalasnya dengan kata singkat “Ya” karena bingung ingin membalasnya.

...--------❤️-------...

Diseberang tempat, sesosok laki-laki menampilkan senyuman kecilnya saat membaca pesan dari ponselnya. Seorang itu adalah Putra Mahardika, bekerja di salah satu perusahaan IPTEK di Jakarta yang kebetulan sedang berlibur dan pulang ke kampung halamannya. Tempat tinggal Dika dan Larasati tidaklah jauh. Mereka berdua hanya berbeda daerah saja namun berasal dari kota yang sama.

"Larasati, sepertinya aku pernah mendengarnya dulu," monolognya berpikir.

Ia lalu mengambil buku kenangan sewaktu dirinya SMK dan dicarilah nama Larasati. Ia pun menemukannya.

"Anak kelas akuntansi, dia cukup menarik juga." Ia kembali menampilkan senyuman saat melihat foto gadis yang bernama Larasati itu di album kenangan.

"Sekarang dia seorang penulis, itu yang ia bilang kan tadi. Semakin penasaran aku dengannya," ucapnya sambil menuju ke tempat tidurnya.

"Larasati, sampai jumpa besok," ucapnya lagi sebelum dirinya benar-benar terlelap dalam tidurnya.

Kembali ke rumah Larasati, di kamarnya. Ia sedari tadi mondar-mandir layaknya setrikaan setelah mengakhiri percakapan dengan Dika tadi.

"Apa yang harus kulakukan besok aku belum siap untuk ketemu dengan nya. Masa bodo lah aku temui besok apa adanya saja," ucapnya bergumam sendiri.

Bugh. Sebuah bantal melesat mengenai dirinya. Seketika aksi mondar-mandir yang ia lakukan akhirnya berhenti.

"Apaan sih dek, sakit tau?" reflek Larasati kesal sambil menatap adiknya.

"Kakak tuh yang apaan jalan mondar-mandir kaya setrikaan, ganggu tau," balas adeknya yang juga kesal.

"Maaf maaf kakak kembali ke kasur kakak, sensi bener dah," ucap Larasati akhirnya mengalah dan memilih kembali.

"Kakak lebih baik ngelakuin yang lainnya aja deh tapi jangan tidur aku belum ngantuk," kata sang adek sambil memperingati kakaknya.

"Pokoknya Kakak harus temenin aku begadang," imbuhnya lagi.

"Iya iya tapi kalau kakak ngantuk kakak tidur duluan ya," balas sang kakak.

"Gak boleh," sergah sang adek langsung.

"Hem terserah lah, aku tidur aja dia juga kagak tau," ucap Larasati memilih tak mempedulikannya lagi.

Salma Wulandari, adik satu-satunya yang sangat manja. Ia adalah gadis remaja yang sedang menduduki bangku SMA saat ini. Salma anak yang cerdas tak seperti kakaknya yang menganggur tak ada kerjaan dirumahnya. Sehar-hari Larasati hanya menghabiskan waktunya dengan berbagai rangkaian kata. Tak pernah sesekali keluar dan bahkan ia mungkin tak memiliki seorang teman saat ini. Semenjak lulus dari SMK ia tak pernah mempunyai teman lagi semua sudah pergi mengejar impiannya masing-masing.

Salma, adiknya ialah salah satu teman plus saudara yang selalu menemaninya. Ya walaupun anak yang satu ini kadang kerap membuat sang kakak naik darah karena sikapnya yang manja dan penakut itu.

"Kak, jangan tidur," panggilnya lagi untuk memperingati sang kakak agar tak tidur.

"Aku tak tidur," jawab Larasati lirih yang memang dirinya sudah mengantuk berat.

Panggilan satu dua masih bisa di jawab oleh sang Kakak namun panggilan berikutnya kakaknya sudah berada di dunia lain dan sudah tertidur pulas. Salma yang penakut langsung mengakhiri belajarnya dan memilih tidur sambil menutupi dirinya menggunakan selimut ke seluruh tubuhnya.

Larasati yang belum terlelap betul sebenarnya hanya tersenyum mengetahui tingkah adeknya itu. Ia pun akhirnya ikut melanjutkan tidurnya dan melupakan apa yang akan dilakukannnya besok ketika bertemu dengan seorang lelaki yang ditaksirnya sampai sekarang.

Bersambung.....❤️❤️❤️

Bertemu

Pagi hari akhirnya datang, Larasati yang masih mengantuk memilih melanjutkan tidurnya setelah sholat subuh. Sementara sang adik sudah rapi dengan seragam sekolahnya dan siap untuk berangkat. Larasati terbangun karena teringat dengan janji temunya siang nanti. Ia masih bingung ingin pergi menemuinya atau tidak. Tapi bagaimana pun ia tetap harus menemuinya karena ia membutuhkannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi. Ia sangat malas untuk mandi pagi saat ini. Kadang ia harus mendapatkan ceramah pagi dari sang ibu yang selalu menyuruhnya untuk bangkit dari kasur, melaksanakan tugas rumah baik nyapu atau yang lainnya. Jika tak malas ia akan langsung mengerjakan jika tidak, ia akan memilih untuk menonton drama sampai siang. Pengecualian untuk hari ini dan kedepannya karena Larasati dipastikan akan bangun dan mandi awal untuk melakukan misi demi menulisnya.

Sekarang Larasati sudah rapi dengan pakaian kasualnya tak usah rapi-rapi menurutnya dandan apa kadarnya saja asal masih sopan. Sang ibu yang baru saja pulang dari tempat sayur, heran melihat putrinya sudah rapi dan siap berangkat.

"Tumben sudah rapi, mau kemana kamu?" tanya sang ibu.

"Hehe, ada urusan sebentar, aku pamit dulu ya Bu," jawabnya cengengesan sambil memasang helm di kepalanya.

"Gayanya ada urusan, biasanya juga masih di kasur," sindir sang ibu tajam.

"Adalah pokoknya, aku berangkat dulu," pamit Larasati lagi.

"Sudah sarapan?" tanya ibunya sebelum anaknya benar-benar melesat pergi.

"Nanti saja," jawabnya sambil menekan gas motornya.

Disepanjang jalan, Larasati masih memikirkan nasibnya nanti saat bertemu dengan sang pujaan hati. Ia akan bicara apa nanti, bisa dibilang ia tak pernah keluar untuk bertemu seseorang selama ini. Jujur Larasati adalah seorang introvet yang takut jika bertemu dengan seorang yang baru. Dika bukan lah orang baru sih tapi sudah berapa abad tak bertemu pasti akan menimbulkan rasa canggung diantara keduanya nanti.

...--------❤️--------...

Akhirnya Larasati sampai di Young Cafe depan Prapatan. Ia memarkirkan motornya sebelum ia masuk ke dalam. Awal masuk ia bingung karena baru pertama kali ke cafe tersebut. Kata orang cafe tersebut terkenal di kalangan anak muda. Isinya saja anak-anak remaja sekolah dan para mahasiswa yang suka tongkrongan. Larasati berasa tua karena merasa tak cocok untuk memasuki tempat tersebut. Umur Larasati emang baru 24 tahun tapi tetap saja ia merasa tua dengan penampilan dirinya saat ini. Bahkan ia berpikir mengubah nama kafenya menjadi Old Cafe. Larasati cengengesan sendiri sampai tak sadar banyak mata yang memandangi dirinya.

Larasati berjalan dan memilih tempat duduk di lantai atas dekat jendela. Kata orang pemandangan dari atas cafe terlihat sangat cantik, sebab itulah ia memilih duduk di situ.

Larasati menunggu sambil mendengarkan musik yang sedang diputar cafe tersebut. Lagu dari penyanyi asal Korea, Bol4 yang berjudul Some terdengar sangat enak ditelinga, sampai ia tak sadar akan kehadiran sosok seorang dari belakangnya.

"Sudah lama menunggu?" Larasati terkejut dan langsung menengok, namun alangkah terkejutnya mata mereka menjadi saling pandang dan membuat Larasati menelan salivanya. Sosok lelaki tersebut hanya tersenyum padanya lalu berjalan duduk di depannya.

"Hai kau Larasati kan?" sapanya bertanya.

"Apa-apaan tadi mengejutkan ku saja," gumam Larasati sambil memegangi dadanya.

"Hei kau tak apa?" Dika bertanya kembali karena melihat tingkah Larasati yang sedikit aneh.

Larasati bingung, "Tak apa tak apa," jawabnya.

Dika tersenyum kembali. "Namamu Larasati kan seharusnya sih benar," tanyanya.

"I-iya ini aku Larasati," jawabnya langsung menyerobot minuman yang baru saja tiba.

"Kau kemarin meminta ku untuk menjadi pacarmu kan?" tanyanya membuat Larasati menjadi tersedak.

Uhuk uhuk uhuk

"Ini bukan serius aku hanya meminta mu untuk mengajari ku soal percintaan saja. Kau pasti banyak memiliki kisah itu kan?" jawab Larasati setelah batuknya reda.

Dika tertawa kecil, "Kau tau darimana aku memiliki banyak pengalaman tentang cinta?"

"Dilihat dari tampang mu seharusnya kau populer dikalangan wanita."

"Termasuk dirimu," tebaknya iseng.

"Hah tidak." Larasati langsung menyangkalnya.

"Benarkah?" Tiba-tiba ia memajukan wajahnya hingga dekat dengan wajah Larasati. Lagi-lagi jantung Larasati dibuat tremor olehnya.

Larasati yang sadar langsung memundurkan badannya ke belakang.

"Kau lebih baik katakan apa yang harus dilakukan saat pacaran," suruhnya sambil menunjuk Dika untuk melupakan yang baru saja terjadi.

"Ya begini," jawab Dika santai.

"Hah." Larasati memiringkan kepalanya.

"Makan, jalan nonton bareng kan begitu," lanjutnya.

"Iya setahu ku begitu tapi yang lebih mendalam gitu, ini demi novel ku supaya laris," kata Larasati sedikit terburu-buru.

"Cepat katakan aku akan mencatatnya," suruhnya pada Dika.

Dika menghela nafasnya. Ia melihat Larasati sedikit terburu-buru dan tak menikmati waktunya bersama dirinya. Tanpa berpikir panjang, saat Larasati hendak mengeluarkan buku dan pena kecilnya. Ia langsung menarik tangannya untuk mengajaknya ke suatu tempat.

"Tunggu mau kemana?" tanya Larasati.

"Katanya ingin tahu apa itu cinta atau pacaran? Kalau mau tau ayo ikut denganku," jawab Dika sambil terus memegang tangan Larasati.

Sekarang mereka berdua sudah keluar dari cafe dan hendak pergi ke suatu tempat. Dika menyodorkan helm untuk di pakai oleh Larasati. Namun Larasati hanya diam dan membuat Dika menjadi turun tangan untuk memasangkan helm ke kepala Larasati.

"Heh apa yang kau lakukan?" reflek Larasati kaget.

"Pakai ini dan naiklah," suruhnya sambil membantu mengencangkan pengaman yang sudah dipakai Larasati.

"Lalu motorku bagiamana?" tanya Larasati kembali.

"Tak apa tak akan hilang juga kok," jawab Dika santai sambil menaiki motornya.

"Tapi...." Larasati tampak enggan meninggalkan motor kesayangannya sendirian di depan cafe. Ia takut motor satu-satunya itu akan hilang namun kata Dika motor tersebut akan aman karena keamanan cafe sangat terjamin.

Dika memberikan kode pada Larasati untuk segera naik ke motor miliknya. Larasati berhenti memikirkan tentang motornya dan naik ke atas motor yang cukup susah dinaiki itu. Ia percaya pada Dika kalau tak akan terjadi apa-apa pada motornya itu jika ditinggal terlalu lama.

Motor dinyalakan oleh Dika dan siap berangkat. "Pegangan!" suruhnya pada Larasati

"Hah." Larasati lagi-lagi terkejut.

"Pegangan jika tak ingin jatuh," jelasnya.

"Oh iya," jawab Larasati sambil mencari benda untuk di jadikan pegangan.

"Kau ini budeg atau apa?" kesal Dika karena tangan Larasati tak mengerti dengan apa yang di ucapkannya.

Melihat tangan Larasati tak ada di pinggangnya, ia pun menarik tangan Larasati agar memeluk pinggang nya dan itu membuat jantung Larasati kembali berdegup kencang tak karuan. Dika tersenyum puas dan langsung melajukan motornya. Larasati sepanjang jalan terus memegangi pinggang Dika seperti perintahnya. Ia berniat melepaskan pegangannya namun lagi dan lagi Dika terus menariknya agar tetap berpegangan pada pinggangnya itu.

Bersambung....❤️❤️❤️

Mengamati Orang

Dika dan Larasati sudah sampai di sebuah tempat yang cukup indah dan tentu saja banyak orang yang sedang menjalin kasih disana. Sepanjang jalan penuh dengan orang berpacaran yang membuat Larasati menelan ludahnya sendiri.

"Tempat apa ini? Orang pada pacaran semua isinya," pikir Larasati lirih sambil terus berjalan dengan posisi masih di gandeng oleh Dika.

"Tempat pacaran lah," jawab Dika langsung.

"Lalu kita mau kemana?" tanya Larasati padanya.

"Sudah ikut saja," suruhnya.

"Lihat mereka, ya ampun," ucap Larasati terkejut karena tak sengaja menangkap seorang kekasih yang hendak berciuman.

"Apa kau mau juga?" tawar Dika meledek.

Mata Larasati melebar karena terkejut. "Sembarang, jalan saja jalan," tolaknya langsung sambil mengusir pikiran kotornya.

Kini mereka berdua berhenti di sebuah gubuk yang terletak di atas bukit dan dari sanalah mereka bisa mengamati jenis orang yang sedang berpacaran. Bukit Teletubbies namanya, letaknya tak jauh dari kota Walangsari tempat mereka berdua berasal.

"Lalu apa yang kita lakukan disini?" tanyanya lagi setelah sampai.

"Pacaran lah," jawab Dika sedikit menggodanya.

"Hah." Larasati lagi-lagi tak mengerti.

"Ckk kau ini kebanyakan hah Ras, lihat dimana-mana mereka pacaran masa kita enggak," ucap Dika yang geram dengan gadis lugu di sampingnya itu.

"Sini ku tunjukkan," tarik Dika pada tangan Larasati.

"Lihat, orang yang disana yang sedang berpelukan," tunjuknya hingga tanpa sadar posisi mereka sekarang seperti sedang berpelukan sangat dekat sekali.

"Iya terus," jawab Larasati menurut.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya?" tanya Dika padanya.

"Hah." Larasati menatap kearah Dika.

"Jika di drama yang ku tonton mereka pasti akan...." Larasati ragu untuk melanjutkannya ia terlalu malu dan memilih menggerakkan tangannya sebagai kode.

"Berciuman," tebaknya.

Larasati mengangguk malu. "Kita lihat saja," ucap Dika padanya dan menyuruhnya untuk mengamati dua pasangan tersebut.

"Hah bener ternyata ia lelaki itu mencium dahi pasangannya," kaget Larasati saat melihat adegan yang terjadi tak jauh didepannya itu. Terlihat sangat romantis sekali.

"Kau bagaimana pernah begitu?" tanya Dika mendadak yang membuat Larasati hilang dari pandangannya.

"Hah ngarang aku jomblo sudah berabad-abad mana ada begitu-begitu an," jawabnya sambil menjauh.

"Ingin mencobanya?" tawarnya.

"Dengan mu?" Larasati merasa tak yakin.

"Iya lah, kesempatan tidak datang satu kali lho," ucapnya kembali menggoda Larasati.

"Gila!" pikir Larasati seketika.

"Gak dilarang itu, gak gak jangan, pacaran ala bener kan bisa kaya pegangan tangan misalnya," lanjutnya menolak. Entah pikiran kotor apa yang telah merasuki otak Dika saat ini. Bisa-bisanya ia berpikiran seperti itu.

"Ok ok seperti ini kan." Dika langsung memegang tangan Larasati erat layaknya sepasang kekasih.

"I-ini baru bener," ucap lirih Larasati.

"Aku haus," ucapnya lagi sedikit pelan namun masih terdengar oleh Dika.

"Sebentar." Dika langsung melepaskan pelan tangan Larasati dan pergi.

"Mau kemana?" teriak Larasati karena mendadak melepaskan pegangannya.

"Kata haus," jawabnya sambil berlari mencari kedai minuman terdekat.

"Oh."

Larasati kembali memandangi pemandangan yang ada didepannya sambil menunggu Dika kembali.

Dika meninggalkan Larasati yang masih duduk sendiri di gubuk. Ia pergi membeli minuman terdekat disana. Karena tak tau apa yang disukai Larasati ia memesan minuman dengan rasa jeruk dan coklat untuk untuk dirinya. Di gubuk, Larasati memandangi pemandangan sore yang sangat indah. Sejuk rasanya karena banyak pepohonan yang tumbuh di sekitarnya. Ia menghirup udara di sekitar hingga sampai sebuah es mendarat di pipinya.

"Dingin," ucapnya.

"Nah untuk mu jus jeruk." Dika menyodorkan satu cup es jeruk padanya.

"Milikmu rasa coklat," kata Larasati menunjuk minuman milik Dika.

"Kau mau yang ini, kita bisa tukar," tawarnya.

"Tidak ini saja aku tak terlalu suka coklat cukup membuat ku enek," tolaknya.

"Oh ku jadi tau kesukaan mu," balas Dika tersenyum.

"Hem." Larasati hanya berdehem dan mengangguk.

"Kau tadi sedang memikirkan apa?" tanya Dika padanya.

"Tidak, hanya saja jika ku menulis disini pasti ide ku bakal mengalir deras," jawabnya sambil menyedot es jeruk miliknya.

"Datang saja setiap hari untuk menulis disini," ucapnya.

"Dengan siapa? Tak lah aku orangnya jarang keluar," tolak Larasati langsung.

"Dengan ku kan bisa padahal," ucap Dika dalam hatinya.

"Kenapa? Kau tak boleh keluar?" tanyanya ingin tahu.

"Bukan begitu, aku takut dengan orang asing aku saja takut berbicara dengan mu," jawab Larasati jujur.

"Ah itu sebabnya dulu saat SMK aku jarang melihat mu tapi aku pernah mendengar nama mu," ucapnya.

"Namaku mungkin sering terdengar teman memanggil nya untuk meminta bantuan ku, banyak anak dari kelas sebelah meminta bantuan dari ku," jelas Larasati.

"Kau mau saja?" tanya Dika padanya.

"Iya aku senang membantu tentu saja aku tak menolak nya," jawabnya mengangguk.

"Gadis ini sungguh berbeda," pikir Dika setelah mendengarkan cerita Larasati sambil menghabiskan es coklatnya. Ia benar-benar sudah mulai mencintai gadis lugu yang ada di depannya itu.

...--------❤️--------...

Senja sudah berakhir berganti menjadi malam. Dua orang terus berbicara untuk mengenal satu sama lain. Larasati juga sudah mulai nyaman untuk berbicara dengan Dika. Begitu juga sebaliknya, Dika melihat Larasati tak canggung lagi.

"Sudahlah ayo pulang, aku teringat dengan motor ku dan aku juga ingin menulis," ajak Larasati padanya.

"Baiklah, semangat dan aku akan terus membantu mu hingga novel mu laris," jawab Dika sambil menyemangati dirinya.

"Terima kasih," ucap Larasati tersenyum.

Dirumah, ibu Larasati sedang menunggu kepulangan anaknya. Ia tak biasanya pulang malam dan itu membuat sang ibu menjadi khawatir. Ibu Larasati yang bernama Jumi pergi ke kamar nya dan di sana sudah ada Salma yang sedang belajar.

"Sal, kau tau kakak mu kemana?" tanyanya.

"Lah ibu kok tanya Salma, aku kan baru pulang sekolah mana tau lah aku," jawabnya.

"Tumben banget nih anak, belum pulang bisanya seharian dirumah lah ini batang hidungnya pun kagak terlihat lagi," gumam Bu Jumi sambil melihati jam ponselnya.

"Bu, jangan-jangan kakak punya pacar lagi," tebak Salma mendadak.

"Tak mungkin kakak mu itu setiap hari kerjaannya di rumah aja dapet pacar dari mana dia," tukas ibunya langsung sebab tak percaya.

"Yee siapa tau Bu," kata Salma sambil menulis.

"Sudah lah coba hubungi dia, ibu juga," suruh ibu Jumi pada anaknya.

"Iya Bu," jawabnya.

Dari luar rumah tiba-tiba terdengar suara motor Scoopy berhenti. Dan ibu Jumi berpikir itu adalah anaknya. Dengan cepat ia keluar untuk mengeceknya.

"Akhirnya pulang juga kamu Ras," ucapnya lega.

"Hehe maaf Bu urusannya ternyata lama," jawab Larasati sambil mencopot helmnya.

"Ya sudah sana mandi seharian pergi masa kagak mandi," suruhnya.

"Malam-malam begini?" protes Larasati.

"Iya lah," jawab ibunya.

"Sudah sholat?" tanyanya.

"Dzuhur sama ashar sih udah di jalan tadi," jawab Larasati sambil menyalami ibunya.

"Kalo Maghrib?" tanyanya kembali.

"Terlewatkan sekarang masih sempat kan," jawab Larasati yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 19.00.

"Ya masih, di qodo sholatnya," ujarnya.

"Iya Bu," jawab Larasati.

"Sudah cepet sana mandi, sholat terus makan," suruhnya.

"Iya," jawabnya lagi sambil berjalan menuju kamarnya.

Setelah menyelesaikan perintah ibunya, kini Larasati kembali menulis untuk bab pertama nya. Ia menulis seperti apa yang baru saja ia lakukan tadi. Larasati sepertinya memilih untuk menulis kisahnya dengan Dika.

Bersambung....❤️❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!