Malam Minggu

Semenjak dirinya mengenal sosok Dika dalam kehidupannya. Larasati hampir setiap hari bangun pagi dan keluar rumah untuk bertemu dengannya. Itu membuat ibunya menjadi heran dengan perubahan anaknya itu.

Seperti sekarang ini, malam Minggu tiba waktu yang tepat untuk para kaum yang memiliki pasangan keluar berkencan.Tak seperti Larasati yang setiap malam Minggu pasti selalu di penuhi dengan menulis. Setelah magrib tiba-tiba ia mendapatkan pesan dari seseorang yang mendadak mengajaknya untuk keluar ke pasar malam yang berada di tengah kota.

"Hah Dika ngajak keluar lagi," ucapnya lirih.

"Mau kemana?" balas pesan yang diketik Larasati.

"Ke pasar malam, kau mau tidak," jawabnya.

"Hem demi novel ku ya sudahlah aku akan pergi," balas Larasati.

"Ok aku tunggu," jawabnya.

Larasati pun bangkit dari kasur dan bersiap untuk berganti pakaian. Salma yang sedang menonton live streaming boyband Korea favoritnya, melihat ke arah kakaknya dengan tatapan heran.

"Mau kemana kak?" tanyanya.

"Keluar," jawab singkat Larasati sambil berganti pakaian.

"Hah keluar tumben, tapi kemana?" tanyanya lagi.

"Ada deh anak kecil gak usah tau mending belajar aja sana," jawabnya.

"Yee," kesal Salma dan memilih lanjut menonton.

"Ya sudah kakak pergi dulu, kalau ibu cariin kakak bilang aja kakak keluar ada urusan," pamit Larasati sambil berpesan

"Ya," jawab singkat adeknya tanpa menoleh. Larasati susah mau meninggalkan kamar namun adiknya, Salma mencegatnya.

"Tunggu kak."

"Apa?" Larasati berbalik.

"Kakak diem-diem punya pacar ya," tebaknya membuat Larasati terkejut.

"Apaan sih dek, gak kok," sangkalnya cepat.

"Oh." Salma membulatkan bibirnya dan lanjut menonton lagi.

"Sudahlah kakak pergi, assalamualaikum," pamit Larasati meninggalkan adeknya sendirian.

"Waalaikum salam, pulangnya beli martabak ya ka," balas sang adek sambil berteriak.

"Iya...," teriak Larasati sambil menutup pintu.

"Hem kakak mencurigakan," gumam Salma dari dalam kamar.

Larasati pun pergi meninggalkan adeknya sendiri dirumah. Salma yang penakut tak akan takut lagi jika ia sudah serius menonton hingga ibunya pulang dari arisan.

Benar saja tak berlangsung lama setelah kepergian Larasati, ibunya pulang dari arisan. Ia melihat ada yang kurang dirumahnya, ia menyadari tak melihat anak besarnya di rumah.

"Mba Laras kemana Sal?" tanya sang ibu padanya.

"Pergi malam mingguan katanya," jawab Salma.

"Hah tumben, pergi sendiri atau sama siapa?" Ibunya kembali bertanya karena tak percaya anaknya keluar malam-malam.

"Sendiri tapi entah nanti," jawabnya.

"Duh kakakmu ini akhir-akhir ini sering keluar bikin khawatir aja," ucap Bu Jumi risau.

"Ho'oh Bu mencurigakan juga," timpal Salma menghentikan acara menontonnya.

"Dia pergi sudah isya atau belum?" tanya sang ibu kembali takut anaknya pergi dengan meninggalkan kewajibannya.

"Sudah sepertinya," jawabnya.

$Baguslah," ucapnya lega, "kau juga sholat jangan main ponsel melulu," suruhnya pada Salma.

"Iya Bu," jawab Salma. Ibunya pun pergi ke atas sementara dirinya tak langsung beranjak untuk sholat melainkan meneruskan acara menontonnya sampai selesai.

...--------❤️--------...

Kini Larasati telah sampai di tengah kota. Pasar malam yang sedang diadakan di sana sangat ramai pengunjung. Lagi-lagi ia menangkap dua orang yang sedang berpacaran. Larasati hanya mengangguk mengerti dan memakluminya karena sekarang malam minggu.

Di saat mencari Dika ditengah keramaian, tiba-tiba seikat bunga datang padanya. Ia pun menengok untuk melihat siapa orang yang membawanya.

"Hah Dik," kaget Larasati.

"Ini untuk mu." Dika memberikan seikat bunga padanya. Larasati tentu bingung dan enggan menerimanya.

"Untuk ku, bunga?" tanyanya tak percaya.

"Iya kau tak menyukainya," jawab Dika menatap gadis tersebut.

"Bukan cuma kurang menyukainya saja tapi terima kasih," ucapnya.

"Lalu apa yang kau suka?" tanya Dika padanya.

"Entahlah aku juga tak tahu," jawab Larasati sambil mengangkat bahunya.

"Kau tak menyukai diriku kah," batin Dika kembali berharap Larasati akan bilang menyukainya.

Mereka terdiam untuk sesaat. "Sudahlah ayo pergi!" ajak Larasati padanya karena terlalu saling diam.

"Mau kemana dulu Ras?" tanya Dika sebelum melangkah.

"Hem jalan-jalan saja dulu kali ya aku juga baru kali ini keluar jadi kurang tau," jawab Larasati sambil berpikir.

"Ya sudah ayo," ucapnya lalu mengandeng tangan Larasati lagi. Namun Larasati terlanjur jalan duluan dan gagal untuk menggandengnya.

"Kau ini jika malam minggu apa yang kau lakukan?" tanya Dika kembali.

"Hoo ku menulis dan menulis," ucapnya sambil berjalan mendahului.

"Laras, kita coba permainan ini yuk," ajaknya saat melihat ada permainan yang menarik untuk di coba.

"Hem, kau memang bisa," ucap Larasati sedikit merendahkan.

"Kita lihat saja nanti." Dika menarik tangan Larasati untuk mendekat ke area permainan.

"Ok aku coba juga kalau begitu," ucap Larasati padanya.

"Yang kalah harus menuruti perintah yang menang ya." Dika mendadak memberikan tantangan untuknya.

"Siap, aku tak akan kalah ya," ucap Larasati percaya diri.

"Aku juga tak akan mengalah walau kau seorang gadis," balas Dika tak mau kalah.

Larasati dan Dika akhirnya memilih memainkan sebuah permainan sederhana yang ada di pasar malam tersebut. Sebuah permainan tembak menembak balon dan yang menang akan mendapatkan hadiah utama. Larasati dan Dika mengajukan tantangan untuk keduanya dengan syarat yang kalah akan menuruti semua perintah pemenangnya.

Dika terlihat sangat pandai dan lihai dalam menembak. Itu membuat Larasati sedikit gelisah dan tak fokus terlebih lagi postur tubuh Dika saat ini sangatlah menawan membuat Larasati menjadi tak fokus dibuatnya.Tembakan demi tembakan banyak melesat karena itu.

"Yah kalah deh," ucap Larasati sedih.

"Aku keren kan," ucap Dika berbangga hati sambil mengangkat alisnya.

"Sudahlah kau menang, apa permintaan mu?" kata Larasati dengan pasrah meminta permintaan sang pemenang.

"Kau gampang menyerah yah, kau tak ingin menang kah?" ucap Dika sambil berkacak pinggang.

"Emang bisa permainan kan sudah berakhir," jawab Larasati bingung.

"Kata siapa? Hadiah utama belum ku dapatkan," ucapnya.

"Apa tandanya aku bisa menang?" tanya Larasati padanya.

"Tentu," jawabnya.

Dika secara tiba-tiba berjalan mendekat kearah Larasati dan memeluknya dari belakang. Larasati tentu saja terkejut dan Doorr. Tembakan melesat tepat sasaran, hadiah utama pun diserahkan. Sebuah boneka berbentuk Koala besar di serahkan Abang penjual pada Dika.

"Selamat ya Mas," ucap si Abang penjual sambil tersenyum.

"Ini untuk mu." Dika memberikan sebuah boneka koala besar yang berhasil didapatkan untuknya.

"Kau yang menang jadi untuk mu saja," tolak Larasati mendorong boneka koala ke arahnya.

"Kita seri," jawabnya.

"Baiklah, terima kasih," ucap Larasati akhirnya menerima boneka tersebut.

Setelah selesai dari permainan, mereka berdua melanjutkan belajar dan berhenti di salah satu wahana yang cukup membuat merinding. Sebuah rumah hantu, ini kesempatan untuk Larasati yang tak pernah masuk ke rumah hantu selama hidupnya.

"Kau ingin masuk?" tawar Dika padanya.

"Ya. Ayo!" jawab Larasati langsung menarik Dika untuk ikut masuk dengannya.

"Tunggu tunggu," cegat Dika seketika.

"Kenapa? Jangan bilang kau takut," tebak Larasati sambil mengejek.

"Tidak, aku berani ayo masuk," jawab Dika pura-pura berani.

Mereka berdua masuk dan ini lah yang dirasakan Larasati saat memasuki rumah hantu pertama kali. Biasa saja. Larasati tak penakut jadi ia bisa menghadapi sosok hantu jadi-jadian yang mengagetkan dirinya dan Dika. Larasati sedikit terkejut ketika melihat ke arah Dika yang nyatanya takut dan terus berpegangan tangan padanya.

"Kau penakut ternyata," ledek Larasati padanya.

"Diam lah ayo cepat keluar! suruhnya.

"Kau tak perlu takut, Dika, mereka semua itu bohongan sudah pegang saja tangan ku, kita jalan keluar pelan-pelan." Larasati berusaha menenangkannya.

"Hem." Sosok Dika yang terlihat sempurna tenyata penakut juga. Larasati sedikit terkikik melihat ekspresi Dika yang ketakutan.

Mereka akhirnya keluar juga dan Dika bisa langsung merasakan lega. Larasati terbengong sambil memandangi bianglala, wahana paling indah di depannya.

"Ayo kita naik!" ajak Dika sambil tersenyum dan langsung menarik tangan Larasati kembali.

"Eh...." kaget Larasati karena mendadak ditarik olehnya.

Bersambung....❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2024-03-08

1

kamu🤣🙊🏃‍♀🏃‍♀🏃‍♀

2024-03-08

1

ehek² yang dapet bunga😗

2024-03-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!