Mengamati Orang

Dika dan Larasati sudah sampai di sebuah tempat yang cukup indah dan tentu saja banyak orang yang sedang menjalin kasih disana. Sepanjang jalan penuh dengan orang berpacaran yang membuat Larasati menelan ludahnya sendiri.

"Tempat apa ini? Orang pada pacaran semua isinya," pikir Larasati lirih sambil terus berjalan dengan posisi masih di gandeng oleh Dika.

"Tempat pacaran lah," jawab Dika langsung.

"Lalu kita mau kemana?" tanya Larasati padanya.

"Sudah ikut saja," suruhnya.

"Lihat mereka, ya ampun," ucap Larasati terkejut karena tak sengaja menangkap seorang kekasih yang hendak berciuman.

"Apa kau mau juga?" tawar Dika meledek.

Mata Larasati melebar karena terkejut. "Sembarang, jalan saja jalan," tolaknya langsung sambil mengusir pikiran kotornya.

Kini mereka berdua berhenti di sebuah gubuk yang terletak di atas bukit dan dari sanalah mereka bisa mengamati jenis orang yang sedang berpacaran. Bukit Teletubbies namanya, letaknya tak jauh dari kota Walangsari tempat mereka berdua berasal.

"Lalu apa yang kita lakukan disini?" tanyanya lagi setelah sampai.

"Pacaran lah," jawab Dika sedikit menggodanya.

"Hah." Larasati lagi-lagi tak mengerti.

"Ckk kau ini kebanyakan hah Ras, lihat dimana-mana mereka pacaran masa kita enggak," ucap Dika yang geram dengan gadis lugu di sampingnya itu.

"Sini ku tunjukkan," tarik Dika pada tangan Larasati.

"Lihat, orang yang disana yang sedang berpelukan," tunjuknya hingga tanpa sadar posisi mereka sekarang seperti sedang berpelukan sangat dekat sekali.

"Iya terus," jawab Larasati menurut.

"Apa yang akan terjadi selanjutnya?" tanya Dika padanya.

"Hah." Larasati menatap kearah Dika.

"Jika di drama yang ku tonton mereka pasti akan...." Larasati ragu untuk melanjutkannya ia terlalu malu dan memilih menggerakkan tangannya sebagai kode.

"Berciuman," tebaknya.

Larasati mengangguk malu. "Kita lihat saja," ucap Dika padanya dan menyuruhnya untuk mengamati dua pasangan tersebut.

"Hah bener ternyata ia lelaki itu mencium dahi pasangannya," kaget Larasati saat melihat adegan yang terjadi tak jauh didepannya itu. Terlihat sangat romantis sekali.

"Kau bagaimana pernah begitu?" tanya Dika mendadak yang membuat Larasati hilang dari pandangannya.

"Hah ngarang aku jomblo sudah berabad-abad mana ada begitu-begitu an," jawabnya sambil menjauh.

"Ingin mencobanya?" tawarnya.

"Dengan mu?" Larasati merasa tak yakin.

"Iya lah, kesempatan tidak datang satu kali lho," ucapnya kembali menggoda Larasati.

"Gila!" pikir Larasati seketika.

"Gak dilarang itu, gak gak jangan, pacaran ala bener kan bisa kaya pegangan tangan misalnya," lanjutnya menolak. Entah pikiran kotor apa yang telah merasuki otak Dika saat ini. Bisa-bisanya ia berpikiran seperti itu.

"Ok ok seperti ini kan." Dika langsung memegang tangan Larasati erat layaknya sepasang kekasih.

"I-ini baru bener," ucap lirih Larasati.

"Aku haus," ucapnya lagi sedikit pelan namun masih terdengar oleh Dika.

"Sebentar." Dika langsung melepaskan pelan tangan Larasati dan pergi.

"Mau kemana?" teriak Larasati karena mendadak melepaskan pegangannya.

"Kata haus," jawabnya sambil berlari mencari kedai minuman terdekat.

"Oh."

Larasati kembali memandangi pemandangan yang ada didepannya sambil menunggu Dika kembali.

Dika meninggalkan Larasati yang masih duduk sendiri di gubuk. Ia pergi membeli minuman terdekat disana. Karena tak tau apa yang disukai Larasati ia memesan minuman dengan rasa jeruk dan coklat untuk untuk dirinya. Di gubuk, Larasati memandangi pemandangan sore yang sangat indah. Sejuk rasanya karena banyak pepohonan yang tumbuh di sekitarnya. Ia menghirup udara di sekitar hingga sampai sebuah es mendarat di pipinya.

"Dingin," ucapnya.

"Nah untuk mu jus jeruk." Dika menyodorkan satu cup es jeruk padanya.

"Milikmu rasa coklat," kata Larasati menunjuk minuman milik Dika.

"Kau mau yang ini, kita bisa tukar," tawarnya.

"Tidak ini saja aku tak terlalu suka coklat cukup membuat ku enek," tolaknya.

"Oh ku jadi tau kesukaan mu," balas Dika tersenyum.

"Hem." Larasati hanya berdehem dan mengangguk.

"Kau tadi sedang memikirkan apa?" tanya Dika padanya.

"Tidak, hanya saja jika ku menulis disini pasti ide ku bakal mengalir deras," jawabnya sambil menyedot es jeruk miliknya.

"Datang saja setiap hari untuk menulis disini," ucapnya.

"Dengan siapa? Tak lah aku orangnya jarang keluar," tolak Larasati langsung.

"Dengan ku kan bisa padahal," ucap Dika dalam hatinya.

"Kenapa? Kau tak boleh keluar?" tanyanya ingin tahu.

"Bukan begitu, aku takut dengan orang asing aku saja takut berbicara dengan mu," jawab Larasati jujur.

"Ah itu sebabnya dulu saat SMK aku jarang melihat mu tapi aku pernah mendengar nama mu," ucapnya.

"Namaku mungkin sering terdengar teman memanggil nya untuk meminta bantuan ku, banyak anak dari kelas sebelah meminta bantuan dari ku," jelas Larasati.

"Kau mau saja?" tanya Dika padanya.

"Iya aku senang membantu tentu saja aku tak menolak nya," jawabnya mengangguk.

"Gadis ini sungguh berbeda," pikir Dika setelah mendengarkan cerita Larasati sambil menghabiskan es coklatnya. Ia benar-benar sudah mulai mencintai gadis lugu yang ada di depannya itu.

...--------❤️--------...

Senja sudah berakhir berganti menjadi malam. Dua orang terus berbicara untuk mengenal satu sama lain. Larasati juga sudah mulai nyaman untuk berbicara dengan Dika. Begitu juga sebaliknya, Dika melihat Larasati tak canggung lagi.

"Sudahlah ayo pulang, aku teringat dengan motor ku dan aku juga ingin menulis," ajak Larasati padanya.

"Baiklah, semangat dan aku akan terus membantu mu hingga novel mu laris," jawab Dika sambil menyemangati dirinya.

"Terima kasih," ucap Larasati tersenyum.

Dirumah, ibu Larasati sedang menunggu kepulangan anaknya. Ia tak biasanya pulang malam dan itu membuat sang ibu menjadi khawatir. Ibu Larasati yang bernama Jumi pergi ke kamar nya dan di sana sudah ada Salma yang sedang belajar.

"Sal, kau tau kakak mu kemana?" tanyanya.

"Lah ibu kok tanya Salma, aku kan baru pulang sekolah mana tau lah aku," jawabnya.

"Tumben banget nih anak, belum pulang bisanya seharian dirumah lah ini batang hidungnya pun kagak terlihat lagi," gumam Bu Jumi sambil melihati jam ponselnya.

"Bu, jangan-jangan kakak punya pacar lagi," tebak Salma mendadak.

"Tak mungkin kakak mu itu setiap hari kerjaannya di rumah aja dapet pacar dari mana dia," tukas ibunya langsung sebab tak percaya.

"Yee siapa tau Bu," kata Salma sambil menulis.

"Sudah lah coba hubungi dia, ibu juga," suruh ibu Jumi pada anaknya.

"Iya Bu," jawabnya.

Dari luar rumah tiba-tiba terdengar suara motor Scoopy berhenti. Dan ibu Jumi berpikir itu adalah anaknya. Dengan cepat ia keluar untuk mengeceknya.

"Akhirnya pulang juga kamu Ras," ucapnya lega.

"Hehe maaf Bu urusannya ternyata lama," jawab Larasati sambil mencopot helmnya.

"Ya sudah sana mandi seharian pergi masa kagak mandi," suruhnya.

"Malam-malam begini?" protes Larasati.

"Iya lah," jawab ibunya.

"Sudah sholat?" tanyanya.

"Dzuhur sama ashar sih udah di jalan tadi," jawab Larasati sambil menyalami ibunya.

"Kalo Maghrib?" tanyanya kembali.

"Terlewatkan sekarang masih sempat kan," jawab Larasati yang melihat jam sudah menunjukkan pukul 19.00.

"Ya masih, di qodo sholatnya," ujarnya.

"Iya Bu," jawab Larasati.

"Sudah cepet sana mandi, sholat terus makan," suruhnya.

"Iya," jawabnya lagi sambil berjalan menuju kamarnya.

Setelah menyelesaikan perintah ibunya, kini Larasati kembali menulis untuk bab pertama nya. Ia menulis seperti apa yang baru saja ia lakukan tadi. Larasati sepertinya memilih untuk menulis kisahnya dengan Dika.

Bersambung....❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

💪💪💪💪ya laras,,, semoga sukses

2024-02-21

1

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

ktny mau di ajarin pcran🤭🤭

2024-02-21

1

sempet inget motor juga

2024-01-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!